Connect with us
keroncong

Culture

Keroncong, Musik Asli Indonesia Dengan Segala Perkembangannya

Akar dari Keroncong ternyata sudah masuk ke Indonesia abad ke-16 dan dibawa oleh para pelaut dan budak kapal dari Portugis.

Apabila dilihat dari perkembangan musik saat ini, kami yakin mungkin pendengar musik Keroncong sudah menurun dengan sangat drastis dari tahun ke tahunnya. Bahkan mungkin beberapa orang dari kita masih sangat asing dengan musik ini.

Salah satu rekan terdekat mengatakan bahwa musik Keroncong adalah musik daerah yang tentu saja mewakili hanya sebagian daerah saja, dan hal tersebut yang membuat tidak semua rakyat Indonesia tidak tahu dan ‘mungkin’ tidak perlu tahu apa itu musik Keroncong. Lalu kami bertanya, “Menurutmu, musik apa yang mewakili kultur Indonesia?” Dan ia menjawab, “Yaa tentu saja dangdut. Dangdut is the music of my country!”

Sedikit meluruskan, Dangdut memang cukup dikenal sebagai salah satu musik yang mewakili Indonesia. Akan tetapi, Dangdut sendiri bukanlah merupakan musik asli dari Indonesia. Menurut Ages Dwi Harso, Dangdut merupakan musik turunan dari Negara India dan Arab. Bahkan apabila melihat jauh ke sejarahnya, musik Keroncong yang lebih pantas dikatakan sebagai musik asli Indonesia.

musik keroncong

Grup keroncong Insulinde, bentukan pelajar Hindia di negeri Belanda, Circa 1942 | Source: Twitter @Potretlawas

Awal mula datangnya musik Keroncong

Akar dari Keroncong ternyata sudah mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-16. Musik ini dibawa oleh para pelaut dan budak kapal dari Portugis. Musik seperti ini pada awalnya dikenal dengan nama Fado, di mana namanya itu sendiri merupakan nama bawaan dari Portugis.

Musik ini mulai masuk ke Indonesia tepatnya di Malaka. Walaupun masa jaya Portugis mulai melemah di Indonesia, musik ini tidak lantas hilang begitu saja. Para budak di Maluku kala itu mulai menyerap musik tersebut dan memainkannya di daerah mereka.

Dalam perkembangannya, musik ini mulai dimasukan dengan berbagai macam unsur nusantara, seperti gamelan dan juga suling. Musik Keroncong pun mulai banyak dikenal di seluruh dataran Indonesia, hingga pada akhirnya mulai kembali redup sekitar tahun 1960-an.

Redupnya musik Keroncong karena mulai mendominasinya kultur musik popular di dunia, seperti Pop dan juga Rock. Munculnya The Beatles menjadi salah satu faktor cepatnya persebaran musik populer ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Selain adaptasi dari musik Fado yang dibawa bangsa Portugis di abad ke-16, musik Keroncong sendiri baru secara resmi dikenal di Indonesia pada tahun 1880. Perubahan yang terjadi dari pertama kali musik Fado masuk ke Indonesia adalah nada-nada yang digunakan.

Musik Fado sendiri pada awalnya lebih banyak memainkan nada minor karena adanya pengaruh dari Arab yang juga pernah menduduki Portugis. Perpindahan nada dari minor ke mayor mulai terjadi ketika pergantian masa dari Portugis ke Pemerintah Hindia Belanda. Pada masa itu, para pegiat musik Fado harus menyanyikan lagu-lagu mereka di dalam Gereja Protestan dan secara tidak langsung nada yang biasa mereka gunakan pun berubah menjadi mayor.

Pengaruh lainnya datang dari musik Hawai yang kental dengan nada mayor, dan masuk ke Indonesia hampir bersamaan dengan munculnya musik Keroncong.

perkembangan musik keroncong

Photo via pesona.co.id

Perkembangan musik Keroncong

Mungkin bagi yang pernah membaca tentang sejarah Keroncong akan sedikit bertanya-tanya, “Bukannya Keroncong lahir di pertengahan 1880? Lalu apa hubungannya dengan kedatangan Fado di abad ke-16?”

Keroncong sendiri secara kultur diketahui lahir tahun 1880. Dari awal masuknya Fado di abad ke-16 tidak serta merta membuat musik tersebut merupakan musik Keroncong. Kehadiran Fado merupakan “akar” dari munculnya Keroncong. Hanya sekedar akar yang mempengaruhi munculnya musik Keroncong.

Singkat cerita, pada tahun 1880 lah musik Keroncong baru benar-benar hadir dan dikenal sebagai identitas musik dari Indonesia. Salah satu alasannya adalah karena alat musik yang digunakannya adalah alat musik yang kental kaitannya dengan budaya Indonesia, seperti rebab, suling bambu dan juga set gamelan.

Dari tahun 1880, menurut Sunarto Joyopuspito, musik Keroncong sudah melewati 4 fase, yaitu Keroncong tempo doeloe (1880 – 1920), Keroncong abadi (1920 – 1960), Keroncong modern (1960 – 2000) dan Keroncong millennium (2000 – saat ini).

Sampai saat ini, musik Keroncong masih terus diperjuangkan oleh beberapa musisi agar eksistensinya tidak kalah tertimpa oleh jenis-jenis musik lainnya. Ada beberapa nama besar musisi Indonesia yang memilih Keroncong sebagai musik utama mereka, atau pun sebagai salah satu jenis musik yang mereka gunakan.

Bram Aceh, Gesang, Waldjinah, Mus Mulyadi, Hetty Koes Endang, Emilia Contessa, Indra Utami Tamsir, Sundari Soekotjo, dan juga Bondan Prakoso merupakan sedikit dari beberapa musisi Indonesia yang turut mengenalkan musik asli Indonesia ini, bahkan sampai ke penjuru dunia.

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Declan McKenna: What Happened to the Beach?

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Album Review

Music

Ariana Grande: Eternal Sunshine Ariana Grande: Eternal Sunshine

Ariana Grande: Eternal Sunshine Album Review

Music

Java Jazz Festival 2024: Embracing Unity Through Music

Entertainment

Green Day: Saviors Album Review

Music

Connect