“In The Tall Grass” merupakan Original Netflix Film terbaru yang telah rilis pada 4 Oktober lalu. Film ini diadaptasi dari salah satu novel karya Stephen King dengan judul serupa. Telah banyak film dari novelist ini dengan berbagai ide original, “In The Tall Grass” merupakan salah satu yang memiliki premis menarik. Sayangnya, film adaptasi ini harus masuk dalam tim-film-adaptasi-Stephen-King-yang-gagal.
Film ini berawal dari sudut pandang seorang wanita bernama Becky yang sedang dalam perjalanan dengan saudaranya Cal ke San Diego. Becky yang sedang dalam keadaan hamil tiba-tiba mual dan berhenti di tepi jalan sepi dengan padang ilalang dan bangunan gereja tua.
Ketika mendengar suara bocah meminta tolong dalam padang ilalang yang tinggi, Becky dan Cal pun masuk ke dalam padang tersebut tanpa mengetahui nasib buruk yang telah menanti mereka di dalam ilalang tinggi yang menyesatkan.
Premis Menarik Namun Terasa “Kosong”
Mendengar premisnya yang menarik dan label “adaptasi Stephen King”, pastinya akan membuat kita memiliki ekspektasi yang tinggi untuk film horror satu ini. Belum lagi kehadiran aktor Patrick Wilson yang melengkapi lineup casting film ini.
Ibarat sebuah barang, “In The Tall Grass” memiliki packaging yang menarik namun isinya kosong. Film ini tidak memiliki esensi dan makna yang jelas dalam penulisan dialog dan kesimpulan ceritanya. Pada beberapa menit pertama, kita hanya akan disuguhkan dialog masing-masing karakter yang saling memanggil nama dan meracau satu sama lain.
Masing-masing karakter juga tidak memiliki ciri khas kepribadian yang kuat. Setiap karakter bisa berubah pikiran dalam beberapa saat tanpa alasan yang jelas. Banyak pula keputusan bodoh yang diambil ala film horror murahan yang akan membuat kita frustrasi menontonnya.
Sebagai film adaptasi novel, tampaknya sutradara dan penulis film ini kurang membaca novel secara keseluruhan untuk mematangkan materi. Kata-kata dalam kertas dan visual pada layar adalah dua media berbeda. Diperlukan keahlian khusus untuk menghidupkan cerita pada novel ke sebuah layar lebar.
Mind-Twisting dan Menegangkan
Salah satu konsep yang cukup menarik dalam film ini adalah alur ceritanya yang mind-twisting. Kita akan disuguhkan cerita yang berhubungan dengan dunia paralel antar waktu dengan alur waktu yang cukup acak. Namun, kita akan dikecewakan berkali-kali setiap kali alur waktu terbuka. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kita akan frustasi dengan keputusan-keputusan konyol yang diambil oleh setiap karakter.
Konsep menarik dan hasil yang mengecewakan bertubi-tubi akan membuat kita mengharapkan plot twist yang memuaskan. Sayangnya hingga akhir cerita, kita tidak akan mendapatkan jawaban atau makna tentang; apa yang sebetulnya terjadi pada padang ilalang sakral tersebut? Apa yang ada di dalam sana?
Penulisan screenplay untuk film ini gagal memberikan jawaban pada penonton secara visual maupun verbal.
Meskipun begitu, film ini cukup menegangkan dan akan membuat kita kaget dengan beberapa jumpscare di beberapa adegan. Latar dan medan pada ilalang juga terasa semakin mencekam mendekati akhir cerita. Tidak terlalu mengecewakan, kita akan disuguhkan akhir cerita yang cukup untuk mengobati trauma kita selama 1 setengah jam film berlangsung.
Secara keseluruhan, “In The Tall Grass” merupakan film horror menegangkan namun tidak memiliki esensi. Membuat film ini langsung masuk dalam jajaran film adaptasi Stephen King yang tidak dieksekusi dengan sempurna. Namun, cukup menghibur dan menegangkan sebagai tonton di malam akhir pekan bersama teman-teman.