“I Like Movies” adalah film coming of age asal Kanada, disutradarai oleh Chandler Levack. Dibintangi oleh Isaiah Lehtinen sebagai Lawrence Kweller, remaja 17 tahun yang bekerja paruh waktu di toko penyewaan film demi mewujudkan impiannya berkuliah di NYU. Namun ini bukan film tentang film yang mungkin memenuhi ekspektasi kebanyakan dari kita ketika melihat judul dan premisnya. Ini adalah film drama remaja yang mengeksplorasi kompleksitas dari Lawrence sebagai remaja prolematik.
Kita akan mengikuti rutinitas Lawrence yang lebih menyukai film daripada berpesta seperti remaja pada umumnya. Berusaha memenuhi semua harapannya sebagai sutradara film akhir tahun sekolah dan sangat yakin bahwa dirinya akan masuk NYU. Kemudian menjaga hubungan dengan sahabatnya serta ibunya, dimana tidak terlalu berhasil.
Remaja Penggemar Berat Film yang Narsistik dan Egois
Lawrence tidak akan menjadi kawan yang menyenangkan untuk dikenal semakin kita memperhatikan penokohannya. Ia tidak memberikan respon terbaik ketika sedang berinteraksi dengan sahabatnya maupun ibunya. Begitu juga curhatannya tentang film-film yang ia sukai hingga cita-citanya sebagai sutradara kondang. Namun sekalipun Lawrence dipresentasikan sebagai karakter yang problematik, naskah “I Like Movies” ditulis dengan berbobot untuk memikat penontonnya.
Kita mungkin tidak menyukai Lawrence, namun kita akan dibuat penasaran dengan pembuktian dari omongan besarnya. Apa yang ia tuai dengan sifatnya sebagai remaja narsistik dan egois sepanjang film. Akan butuh beberapa saat untuk memahami dan mengenal apa maksud dari penulis dalam mempresentasikan karakter seperti Lawrence dan ‘film’ sebagai topik favoritnya. Beberapa film menyuguhkan perjalanan yang tidak menyenangkan, tak lantas membuat kualitas film menjadi rendah secara keseluruhan. “I Like Movies” bisa menjadi film yang menantang sekaligus memberikan feel-good vibe bagi yang setia menonton hingga akhir.
Kurang Lebih Serupa dengan Lady Bird dari Greta Gerwig
Dibuka dengan film home video yang diciptakan oleh Lawrence dan sahabatnya, “I Like Movies” akan membawa kita kembali ke era 2000an. Tanpa popularitas internet dan media sosial, ketika remaja seperti Lawrence menghabiskan waktu dengan menonton DVD film yang disewa atau talk show pada malam akhir pekan di ruang televisi. Selalu menjadi kesegaran tersendiri ketika melihat film drama remaja terbaru dengan latar sebelum kebangkitan internet.
Bagaimana para remaja pada masa menekuni hobi dan minat mereka dengan fasilitas terbatas. Seperti yang telah disebutkan, “I Like Movies” kurang lebih serupa dengan “Lady Bird”. Keduanya tidak ingin terjebak di kampungan halaman yang mereka rasa tidak berbudaya, memiliki impian untuk merantau ke New York.
Keduanya juga sangat ambisius untuk mengejar impian mereka yang idealis tanpa mempedulikan keterbatasan dan kemampuan orang tua mereka. Bedanya hanya, bagaimana penulis naskah dan sutradara mempresentasikan protagonisnya. Ada elemen romantisasi pada “Lady Bird”, sementara ” I Like Movies” memiliki presentasi protagonis yang lebih otentik dan tidak bias.
Sebelum Menjadi Sutradara Terbaik, Lawrence Harus Menjadi Pribadi yang Lebih Baik
Untuk penonton muda, “I Like Movies” bisa menjadi refleksi dan menyadarkan. Sementara untuk penonton yang sudah lebih dewasa, film ini sifatnya lebih menghibur dan nostalgia masa muda. Ketika kita masih memiliki harapan yang naif dan idealis. Semua permasalahan dan konflik batin yang dirasakan oleh Lawrence kemungkinan besar relevan dengan pengalaman semua remaja. Namun menarik bagaimana kita yang sudah melalui segalanya bisa melihat jelas sebetulnya keadaan Lawrence tidak akan terlalu rumit jika ia tidak keras kepala dan egois.
Memang akan ada lebih banyak porsi dalam durasi film kita akan menghujat Lawrence dengan sikap-sikapnya. Namun masa remaja adalah tempatnya kesalahan dan kesempatan kedua. Film ini ditutup dengan sekuen penebusan dengan prospek yang lebih positif. Di sini ketika semuanya bertransisi menjadi drama feel-good.
Secara keseluruhan, “I Like Movies” bisa menjadi satu lagi film drama coming of age yang patut ditonton. Kekuatan terbesar dalam film ini adalah penokohan menantang namun menarik untuk dipahami dari Lawrence, didukung dengan penampilan akting yang otentik dari Isaiah Lehtinen. Setidaknya Lawrence sebetulnya sama saja dengan kita; mencari pelarian dan mengalihkan masalah kehidupan kita dengan menonton film.