“A Separation” (2011) merupakan film pertama Asghar Farhadi yang berhasil meraih piala Oscar untuk kategori Best Foreign Language Film. Film ini juga menjadi pintu pembuka karya-karya Asghar Farhadi lainnya, seperti “The Salesman” (2016) dan “Everybody Knows” (2018) yang akhirnya lebih diperhitungkan di kancah internasional.
Mengambil tema tentang retaknya hubungan rumah tangga sepasang suami istri yang sudah menjalani pernikahan lebih dari empat belas tahun. Film ini bukan hanya menyajikan drama suami-istri yang saling menyalahkan, tetapi juga memperlihatkan bagaimana cara mereka menghadapi kekacauan yang datang tumpang tindih ditengah masalah besar yang sedang dihadapi.
Mengurai Konflik dengan Masalah Baru yang lebih Pelik
Film “A Separation” dibuka dengan konflik verbal antara Nader (Payman Maadi) dan Simin (Leila Hatami) dihadapan seorang hakim yang sedang mengurus proses perceraian mereka. Ketegangan antara suami-istri yang saling menggugat itu sama kuat, Simin yang terus-menerus memaksakan rencananya untuk pindah ke luar negeri, dan Nader yang tidak bisa meninggalkan ayahnya (Ali-Asghar Shahbazi) yang kini menderita alzheimer.
Konflik rumah tangga itu mau tidak mau menyeret Termeh (Sarina Farhadi) putri semata wayang mereka yang baru menginjak usia remaja. Dia dibingungkan dengan perseteruan kedua orangtua yang sangat rumit, sulit untuk diurai, dan memperlihatkan tabiat orang-orang dewasa yang egois.
Masalah Nader bertambah besar saat Simin memutuskan untuk pulang ke rumah orangtuanya. Dengan keterbatasan waktu dan tenaga yang dimiliki, akhirnya Nader mempekerjakan seorang asisten rumah tangga bernama Razieh (Sareh Bayat) untuk membantu pekerjaan rumah sekaligus mengurusi sang ayah yang sudah pikun.
Namun, kondisi semakin kacau saat Nader terlibat konflik hukum dengan Razieh. Masalah ini bermula saat Razieh membuat kesalahan dan Nader secara tidak sengaja membuat Razieh kehilangan anak dalam kandungannya.
Film yang pada awalnya berjalan lambat mulai menaikkan tensinya melaju semakin cepat, mengurai kejadian satu hari yang membuat masalah semakin berantakan. Disini penonton disajikan dengan banyak krisis kepercayaan orang-orang terdekat, alibi-alibi yang menguntungkan sebelah pihak, dan kekuatan religius yang mengikat kebaikan serta pertanggungjawaban moral seorang manusia kepada Tuhan.
Karakteristik Penokohan dari Dua Kelas Sosial yang Berbeda
Dalam film ini, Asghar Farhadi masih setia dengan ciri khasnya yang selalu menggambarkan nilai baik dan buruk manusia dengan sangat bias. Tidak ada protagonis yang benar-benar bersih, dan tidak ada tokoh jahat yang penuh tipu muslihat. Semua karakternya dibuat masuk akal dengan ketakutan dan kecemasannya masing-masing.
Ada dua pasangan suami istri yang coba dibingkai kisah rumah tangganya dalam “A Separation”. Pertama adalah Nader dan Simin, keluarga kelas menengah yang hidup di lingkungan baik, keduanya adalah pekerja kerah putih yang sama-sama memiliki pendapatan.
Dalam beberapa kesempatan, Simin terlihat berani membantah Nader, keduanya berada dalam posisi sejajar, saling mengkritik, berpendapat, dan memiliki prinsip serta pendirian masing-masing. Walaupun pada akhirnya, sikap keduanya tanpa disadari mengorbankan Termeh, anak semata wayang mereka yang mulai bisa membaca situasi dan keadaan.
Sedangkan dari pihak berseberangan, pasangan Razieh dan Hodjat (Shahab Hosseini) datang dari kaum proletar yang hanya menerima gaji rendah dari pekerjaan-pekerjaan kasar yang harus mereka lakukan.
Razieh harus rela menempuh perjalanan panjang untuk mengurus orangtua dan membantu pekerjaan rumah, ia bekerja tanpa banyak komentar sekalipun suaminya pengangguran. Walaupun begitu, Razieh digambarkan sebagai seorang istri penurut, tetap patuh dan takut kepada suaminya, serta selalu menjaga fitrahnya sebagai perempuan muslim yang taat.
Kondisi kontras tersebut kemudian menjadi celah yang dibangun sebagai naskah apik dalam film “A Separation” yang memperlihatkan bagaimana kedua pasangan tersebut mencoba memecahkan masalah hingga ke dasar dengan caranya masing-masing.
Nader dan Simin selalu bergelut dengan prasangka-prasangka dan saling berlomba untuk menjadi nomor satu hingga akhir, mereka lebih sering mengandalkan kepentingan pribadi untuk bisa hidup lebih nyaman.
Sedangkan pasangan Razieh dan Hodjat selalu mempertaruhkan rasa saling percaya, sebagai seorang istri Razieh yang selalu dikejar bayang-bayang dosa karena kesalahannya tidak meminta restu kepada suami untuk bekerja.
Hal-hal yang menjadi masalah dalam kedua rumah tangga itu sangat krusial dalam pandangannya masing-masing, tidak ada yang bisa mengusik prinsip hidup orang lain, apalagi jika kelas sosial mereka berbeda, tembok ketidak pahaman itu benar-benar tinggi menjulang, dan “A Separation” mencoba mengurai perbedaan antara dua kelas sosial secara terang benderang.
Film ini seolah menggambarkan kehidupan orang-orang Persia yang kini lebih heterogen, Asghar Farhadi secara tidak langsung membuka mata dunia tentang kisah-kisah rumit yang tidak hanya bersandar pada konflik-konflik besar, tetapi juga menguliti pertentangan baik dan buruk dimata orang-orang dengan suku, agama, gender, dan kelas sosial yang berbeda.