Connect with us
Diana The Musical
Netflix

Film

Diana The Musical Review: Broadway Comedy Show yang Tak Pantas untuk Putri Diana

Project musical Putri Diana yang mengecewakan dan tidak sensitif.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Sudah lebih dari 20 tahun semenjak meninggalkan Putri Diana, media tampaknya tak pernah ada habisnya mengeksploitasi kehidupan wanita paling ikonik dalam sejarah kerajaan Inggris satu ini.

Beberapa tahun belakangan, kehidupan tragisnya kembali dipertontonkan melalui serial “The Crown” Season 4. Belum lagi film yang dibintangi oleh Kristen Stewart, “Spencer” yang akan segera rilis di bioskop pada November 2021.

Kemudian muncul “Diana: The Musical”, pertunjukan Broadway yang menyuguhkan kisah Putri Diana layaknya seorang putri dalam cerita dongeng. Dimana Pangeran Charles (Roe Hartrampf) dan Camilla (Erin Davie) menjadi antagonis, sementara Putri Diana (Jeanna de Waal) tampil sebagai damsel in distress yang menjelma sebagai wanita kuat, hanya untuk dihancurkan oleh realita yang tragis.

Diana The Musical

Ubah Kehidupan Tragis Putri Diana sebagai Broadway Parody Show

Putri Diana seperti yang telah kita ketahui merupakan sosok perempuan yang berpengaruh dalam sejarah. Tak hanya dalam kerajaan Inggris, namun di mata dunia.

Lebih dari sekadar perempuan cantik dalam balutan gaun yang modis, namun sebagai people’s princess, seorang aktivis, humanis, yang peduli pada kaum-kaum terpuruk. Meski secara teknis Ia sudah bukan bagian dari anggota kerajaan Inggris (setelah resmi bercerai dengan Pangeran Charles), pesona sebagai Princess of Wales tak akan lekang oleh waktu. Diana Spencer sudah terpatri sebagai seorang putri dari kerajaan Inggris yang tak pernah bisa dihapus dalam sejarah.

Dengan citra yang kuat dan bermartabat, namun akhir yang tragis serta membuat dunia terpukul, karya adaptasi Putri Diana kerap mendapatkan treatment yang “mengagungkan” Diana. Mulai dari film dokumenter, serial, hingga film komersial, materi atau naskah yang dieksekusi harus layak dan pantas.

Dengan hype akan “Spencer” yang telah merilis poster beserta trailer yang anggun, melankolis, dan emosional, “Diana: The Musical” tiba-tiba muncul sebagai pertunjukan yang menghancurkan ekspektasi penonton. Kisah hidup tragis Putri Diana yang “sakral” diubah menjadi Broadway Parody Show. Dengan sentuhan komedi dan dramatis ala opera sabun murahan.

Diana The Musical

Arahan Adegan Dramatis dan Penulisan Lirik yang Tidak Sensitif

Dengan banyaknya informasi yang telah kita ketahui tentang Putri Diana pada poin ini, setiap adegan dan naskah yang disuguhkan terasa tidak faktual dan misleading. Ada banyak referensi terkenal dari drama kehidupan Diana dan Charles yang diselipkan, namun bagai potongan-potongan gossip yang satukan menjadi satu.

Mulai dari ungkapan Sarah (Kakak Diana), ‘Sudah terlambat. Wajahmu sudah tercetak pada mug dan handuk’, hingga ungkapan Charles pada hari pertunangan mereka yang kontroversial, ‘Apapun artinya cinta’. Serta bagaimana media sudah terlalu sering mengantagoniskan Ratu Elizabeth, Pangeran Charles, dan Camilla dalam kisah ini. Dimana kisah tersebut sudah basi untuk diungkit, ada kompleksitas lebih dalam kisah cinta segitiga ini.

Beberapa adegan ditampilkan dengan cara yang tak akan membuat penonton merasa nyaman. Dengan tarian dan lirik-lirik lagu yang tidak sensitif. Dimana Diana bersenandung ‘Harry my ginger-haired son, you’ll always be second to none’. Dan bagaimana pertunjukan musikal ini mengubah interaksi Diana dan Camilla yang memperebutkan Pangeran Charles sebagai adegan pertarungan dalam ring dengan sumpah serapah dalam lagu “The Main Event”, dengan lirik ‘a Thrilla in Manilla with Diana and Camilla’. Kita dibuat tak yakin dan bingung dengan objektif sebenarnya dalam “Diana: The Musical”; apa ini tribute atau parodi?

Potret Terburuk Bagaimana Media Telah Mengeksploitasi Diana Selama Ini

Layaknya gosip selebriti yang memuakkan, tidakkah eksploitasi pernikahan Pangeran Charles dan Putri Diana semakin memuakkan jika terlalu sering dibahas? Tidak ada yang perlu diungkap lagi, setiap momen, setiap rumor, setiap fakta sudah terlalu jelas untuk diperjelas kembali. Setiap langkah dalam hidupnya telah menjadi konsumsi publik, begitu pula drama pernikahannya yang kontroversial dan melelahkan.

Bahkan hingga detik ini, media tak pernah berhenti memuat cerita yang itu-itu saja. Didramatisir dalam berbagai format yang berbeda, dalam platform yang berbeda, dengan aktor yang berbeda. “Diana The Musical” bisa jadi potret terburuk bagaimana media telah mengeksploitasi Putri Diana. Tak ada rasa sungkan, tak ada empati, tak ada pertimbangan akan luka yang tertoreh kembali, baik untuk publik maupun keluarga kerajaan Inggris.

Kisah Putri Diana seakan telah berubah menjadi salah satu dongeng seorang putri yang “fiksi”. Terus dieksploitasi oleh media sebagai materi komersial yang tak pernah berhenti.

Diana mungkin telah beristirahat dengan tenang dan tak perlu menghadapi semua ini. Namun Pangeran Charles dan Camilla juga berhak untuk menjalankan hidup yang tenang. Begitu pula anak-anak Diana, Pangeran William dan Harry. Karena Putri Diana bukan seorang putri dari negeri dongeng, Ia pernah ada dan telah meninggalkan kesan baik serta luka bagi dunia.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect