Sebagai sebuah salah satu aliran musik yang sedang sangat digemari saat ini, para musisi K-pop dituntut agar terus berkarya dan memproduksi lagu untuk memenuhi permintaan para penggemarnya. Sehingga, jangka waktu antara promosi dari album ke album maupun satu single ke single lainnya terkadang memiliki jeda yang sangat sempit.
Meskipun demikian, agensi-agensi yang menaungi para penyanyi maupun idol memiliki caranya tersendiri untuk mengakali hal tersebut diantaranya melakukan cover dari lagu-lagu terkenal K-pop pada masa-masa sebelumnya. Selain dinilai lebih praktis, hal ini juga dapat memberikan sensasi nostalgia kepada para pendengar yang lebih dahulu mengenal lagu tersebut sebelum versi covernya.
Melakukan cover ini dirasa lumrah-lumrah saja karena banyak artis di dunia menggunakan lagi lagu-lagu yang telah dinyanyikan oleh para musisi di masa lalu dan membuat lagu tersebut kembali terkenal seperti pada masanya. Pada umumnya, hal ini dilakukan dengan cara melakukan penyusunan musik ulang agar lagu yang dinyanyikan terasa segar namun tidak menghilangkan keaslian gambaran lagu tersebut.
Super Junior dan Red Velvet adalah contoh idol grup yang menggunakan cara ini dalam debutnya. Kedua artis tersebut melakukan cover pada lagu-lagu terkenal yang dinyanyikan artis-artis lawas dari SM Entertainment yaitu Happiness dari H.O.T dan Be Natural dari S.E.S.
Selain itu, tidak jarang beberapa agensi besar juga melakukan pembelian lisensi lagu populer terkenal dunia mengikuti konsep yang sedang diusung oleh sang penyanyi maupun idol tersebut. Salah satu hal yang paling unik disini adalah menjadi dominannya penggunaan bahasa Korea dan juga perubahan yang signifikan dari komposisi musiknya yang akan menjadi lebih K-pop dibandingkan sebelumnya.
Salah satu contohnya adalah lagu Whatta Man (Good Man) dari Linda Lyndell yang rilis tahun 1968 dinyanyikan kembali oleh I.O.I. Lagu yang memiliki konsep jazz dan R&B kental ini dirubah menjadi lebih bertenaga dengan konsep girl crush yang sedang diusung oleh I.O.I.
Dilihat dari sisi kemampuan agensi, melakukan cover lagu dan memasukkannya dalam album bisa jadi hanya berlaku ataupun dilakukan oleh agensi-agensi besar yang terus melakukan regenerasi dengan memunculkan artis-artis baru dengan jarak yang cukup jauh dengan artis-artis yang telah debut.
Selain itu, lagu-lagu yang biasanya dipilih memang lagu andalan artis sebelumnya dengan harapan kesuksesan yang telah diraih di masa lalu dapat menular pada artis baru yang menyanyikan kembali lagu tersebut.
Untuk pembelian lisensi lagu populer, setiap agensi memiliki kebijakan keuangannya sendiri. Sehingga, agensi besar maupun kecil sepertinya dapat melakukan hal ini ketika memang lagu yang akan dibeli memiliki kecocokan dengan konsep yang diusung sang artis. Namun, sistem ini juga sepertinya bisa jadi dapat sangat dimanfaatkan oleh agensi-agensi yang memiliki sokongan dana fantastis dari para investornya.
Beberapa agensi yang belum populer serta memiliki dana terbatas umumnya melakukan produksi lagunya secara mandiri. Namun, beberapa artis dari agensi besar pun (seperti SHINee dan BTS) melakukannya atas nama originalitas karya dan juga mempertajam kemampuan di industri musik.
Biasanya hal ini dilakukan dengan cara memanfaatkan keahlian dari sang artis untuk melakukan penulisan lirik hingga penyusunan musik. Beruntungnya, kebanyakan lagu yang dihasilkan dengan cara seperti ini memiliki popularitas yang lebih bertahan lama di tangga lagu musik dan dinominasikan dalam penghargaan acara-acara musik bergengsi.