Sebuah thriller psikologis yang menandai debut penyutradaraan Zoë Kravitz, mengeksplorasi dinamika kekuasaan dan manipulasi melalui lensa modern. Film ini memadukan elemen misteri dengan komentar sosial yang tajam, terutama seputar “cancel culture” dan perilaku predator. Dibintangi oleh Naomi Ackie dan Channing Tatum, film ini menampilkan plot penuh ketegangan yang menantang ekspektasi penonton.
Cerita berfokus pada Frida (Naomi Ackie), seorang pekerja restoran yang tertarik oleh kharisma Slater King (Channing Tatum), seorang miliarder yang tengah terjebak skandal. Frida dan sahabatnya Jess (Alia Shawkat) menerima undangan Slater untuk mengunjungi pulau pribadinya, yang segera berubah menjadi perjalanan penuh kejutan gelap. Latar tempat pulau tropis digunakan dengan cermat untuk menciptakan kesan paradoks antara kemewahan dan ancaman yang tersembunyi.
Meskipun film ini memanfaatkan banyak tropes thriller klasik, seperti protagonis yang tersesat dalam keanggunan palsu, Kravitz memberikan sentuhan unik dengan memadukan unsur humor gelap dan plot twist yang terungkap secara bertahap. Beberapa penonton mungkin menemukan alurnya sedikit familiar, namun gaya penyampaian Kravitz—dengan pacing yang cepat dan penggunaan kilas balik yang bijaksana—membuat film ini tetap menarik.
Naomi Ackie bersinar sebagai Frida, menunjukkan spektrum emosi mulai dari rasa ingin tahu hingga ketakutan mendalam. Perannya mencerminkan ketahanan dalam menghadapi situasi sulit, memberikan kedalaman pada karakter yang mudah terhubung dengan penonton. Channing Tatum, di sisi lain, memberikan performa tak terduga sebagai Slater. Ia sukses menyeimbangkan pesona awal dengan nuansa ancaman yang semakin jelas seiring cerita berjalan.
Penampilan pendukung dari aktor seperti Christian Slater dan Alia Shawkat juga layak disebut, menambah dimensi pada cerita dengan interpretasi karakter yang kuat. Chemistry antarpemeran, terutama antara Ackie dan Shawkat, memperkuat aspek emosional dari film ini.
Visual film ini didukung oleh sinematografi yang cermat, menampilkan latar tropis dengan saturasi warna tinggi yang menipu, seolah mengaburkan ancaman yang sesungguhnya. Adam Newport-Berra berhasil menangkap esensi keindahan pulau sekaligus ketidaknyamanan yang menyelimuti narasi.
Penggunaan pencahayaan redup dan sudut kamera dramatis membantu membangun suasana mencekam, mengingatkan pada film-film Hitchcock dengan pendekatan yang lebih modern dan berani.
Kekuatan Blink Twice terletak pada keberanian Kravitz mengarahkan debutnya dengan gaya yang tegas. Dia menggunakan elemen-elemen suspense dengan cerdas, menjaga penonton tetap terpaku dengan perkembangan cerita yang penuh teka-teki. Namun, beberapa kritik diarahkan pada tema yang mungkin terasa terlalu eksploitasi atau tidak menawarkan kedalaman baru, meskipun film ini tetap menarik bagi penonton yang menghargai plot twist dan dinamika karakter yang intens.
Sebagai debut penyutradaraan, ‘Blink Twice’ membuktikan bahwa Zoë Kravitz memiliki bakat visual yang menjanjikan. Dengan akting menonjol dari Naomi Ackie dan Channing Tatum, serta plot yang sarat ketegangan, film ini menjadi tontonan yang menggugah meski tidak sempurna.