Quantcast
Alien: Romulus Review - Menyeimbangkan Horor Klasik & Modern Dengan Apik - Cultura
Connect with us
Alien: Romulus
Cr. 20th Century Studios

Film

Alien: Romulus Review – Menyeimbangkan Horor Klasik & Modern Dengan Apik

Berhasil membawa rasa takut dan ketegangan yang membuat franchise Alien begitu ikonik, sambil tetap menawarkan sentuhan segar.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Disutradarai oleh Fede Álvarez, Alien: Romulus merupakan langkah menarik dalam franchise Alien, kembali ke akarnya sebagai horor sci-fi yang menegangkan. Film ini mengambil tempat di stasiun luar angkasa bernama Romulus dan Remus, di mana sekelompok kolonis muda berusaha bertahan hidup melawan Xenomorphs.

Dengan pendekatan yang lebih dekat ke film orisinal Ridley Scott daripada prekuel filosofis seperti Prometheus, Romulus fokus pada ketegangan dan atmosfer klaustrofobik. Struktur cerita sederhana namun efektif—mengingatkan pada formula haunted house in space dari film pertama.

Sepanjang film, penonton dibawa ke dalam misi bertahan hidup sambil menghadapi berbagai konflik internal dan ketidakpercayaan antar karakter. Salah satu karakter utama adalah Rain (Cailee Spaeny), seorang teknisi yang harus mengandalkan nalurinya ketika Xenomorph mulai mengintai setiap sudut gelap stasiun.

Meskipun ‘Alien: Romulus’ secara naratif mengikuti jejak film-film sebelumnya, beberapa kritikus merasa bahwa terdapat elemen fan service berlebih. Beberapa referensi eksplisit ke film orisinal membuat alurnya terasa terlalu bergantung pada nostalgia, meskipun ini tidak sepenuhnya mengurangi kenikmatan bagi penggemar setia.

Alien: Romulus

Sinematografi Galo Olivares berhasil menciptakan suasana yang gelap dan menekan dengan pencahayaan redup dan bayangan dramatis, menghadirkan atmosfer yang mencekam sejak awal. Setiap koridor dan ruang di stasiun luar angkasa tampak hidup dan detail, mengingatkan penonton pada estetika retro sci-fi dari film orisinal Ridley Scott.

Penggunaan efek praktikal pada desain Xenomorph dan Facehuggers memperkuat kesan horor fisik, menciptakan rasa kehadiran nyata yang membuat penonton merasa terjebak bersama para karakter.

Sound design juga menjadi sorotan, dengan setiap suara—mulai dari langkah kaki hingga desis alien—membangun atmosfer yang membuat bulu kuduk merinding. Musik orkestra yang megah tidak hanya berfungsi sebagai latar, tetapi juga menambah intensitas dan ketegangan sepanjang film.

Alien: Romulus

Cailee Spaeny memberikan penampilan kuat sebagai Rain, mencerminkan sosok Ripley dari film-film awal. Ia membawa keseimbangan antara ketakutan dan ketangguhan, membuat penonton terhubung dengan perjuangannya.

Karakter Andy, android yang diperankan oleh David Jonsson, juga menambah dimensi emosional pada cerita. Relasi kompleks antara Rain dan Andy memberikan kedalaman pada alur cerita, menciptakan momen-momen introspektif di tengah aksi yang mendebarkan.

Beberapa kritikus merasa bahwa tidak semua karakter mendapat pengembangan yang memadai. Beberapa tokoh sekunder cenderung berfungsi sebagai pengisi alur dan tidak meninggalkan kesan mendalam, meskipun ini tidak mengurangi kekuatan adegan aksi dan horor yang dominan.

Salah satu kekuatan ‘Alien: Romulus’ adalah kemampuannya menyeimbangkan aksi dan horor, menghadirkan pertempuran brutal sambil tetap mempertahankan atmosfer klaustrofobik. Meskipun begitu, beberapa momen dirasa terlalu bergantung pada elemen nostalgia dan dialog referensial, yang bagi sebagian penonton terasa sedikit dipaksakan.

Selain itu, film ini membuka kemungkinan untuk sekuel, dengan epilog yang mengisyaratkan adanya cerita lebih besar. Ini mencerminkan ambisi Álvarez untuk mengembangkan franchise, tetapi juga memunculkan tantangan untuk mempertahankan fokus pada narasi utama.

Pada akhirnya, ‘Alien: Romulus’ adalah tambahan solid dalam franchise Alien, menggabungkan elemen horor klasik dengan sentuhan modern. Dengan sinematografi yang mengesankan, akting kuat dari Cailee Spaeny, dan desain produksi yang detail, film ini memberikan pengalaman yang mencekam bagi penggemar horor dan sci-fi.

Meskipun terdapat beberapa kekurangan dalam hal pengembangan karakter dan sedikit terlalu banyak elemen nostalgia, Romulus tetap menjadi tontonan yang memuaskan dan memperkuat warisan franchise Alien.

Havoc Review Havoc Review

Havoc Review: Kekacauan Brutal dalam Dunia yang Korup

Film

The Amateur The Amateur

The Amateur – Ketika Sang Analis Menjadi Pembunuh Bayaran

Film

Lady Snowblood: Balas Dendam yang Puitis dan Berdarah

Film

Azumi Review – Aksi Ninja Berbalut Tragedi dan Pertarungan Moral

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect