Connect with us
Akhirat: A Love Story Review
BASE Entertainment/Studio Antelope

Film

Akhirat: A Love Story Review

Kisah cinta beda keyakinan dengan kemasan fantasi yang baru. 

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Kisah cinta dengan keyakinan berbeda menjadi masalah yang cukup banyak dihadapi oleh pasangan di Indonesia. “Akhirat: A Love Story” adalah film romansa tentang pasangan beda keyakinan yang kini sudah bisa kita streaming di Netflix. Dibintangi oleh Adipati Dolken dan Della Dartyan sebagai pasangan kekasih, film ini merupakan film romansa fantasi dengan naskah yang belum pernah kita temukan di skena perfilman lokal. 

Timur dan Mentari adalah sepasang kekasih yang merahasiakan hubungan mereka dari teman dan keluarga mereka. Meski mereka saling mencintai, keduanya memiliki latar belakang keluarga dan keyakinan yang berbeda, menimbulkan penolakan dari kedua orang tua mereka. Hingga akhirnya Timur dan Mentari mengalami kecelakaan kemudian terbangun di akhirat, dimana perbedaan mereka terus mengikuti dan mengancam kehendak mereka untuk menemukan kebahagian yang kekal.

Akhirat: A Love Story Review

Konsep Alam Baka Ciptaan Jason Iskandar yang Menarik

Jason Iskandar menulis naskah romansa fantasi yang original untuk “Akhirat: A Love Story”. Dengan plotnya yang imajinatif, semesta alam baka versi Jason menyajikan konsep yang unik dan bisa disesuaikan oleh kepercayaan kita dunia nyata. Tanpa memihak pada kepercayaan tertentu, penerapan ‘beda keyakinan, beda alam baka’ menjadi ide yang sangat menarik untuk disimak.

Ada pula beberapa ‘hukum alam roh’ lainnya yang melengkapi keseluruhan semesta sebagai wadah kisah cinta Timur dan Mentari dengan kepercayaan berbeda. Mulai banyak bermunculan film fantasi dengan konsep original yang rilis di industri film lokal. Film ini merupakan salah satu contoh naskah bergenre fantasi dengan konsep fiksi yang matang. 

Saran untuk kita bisa menikmati “Akhirat: A Love Story” adalah bebaskan imajinasi kita seperti Jason Iskandar yang imajinatif ketika menulis naskahnya. Meski memiliki media latar cerita yang fiktif, problematika cinta yang dimuat dalam film kisah ini tetap relevan dengan kehidupan nyata. Setiap dialog, setiap pemikiran hingga keputusan yang diambil oleh setiap karakter dalam kisah ini akan menyentuh kita dalam memaknai kehidupan.

Pendekatan naskah yang kreatif menjadi angin segar bagi penikmat film cinta lokal. Sudah terlalu banyak film romansa di perfilman lokal, namun “Akhirat: A Love Story” memiliki ide cerita berbeda yang patut kita tonton.

Akhirat: A Love Story Review

Adipati Dolken dan Della Dartyan yang Sudah Klop sebagai Pasangan

Ini bukan pertama kalinya Adipati Dolken dan Della Dartyan berakting sebagai pasangan dalam film. Keduanya telah memberikan penampilan memikat dalam “Love for Sale 2” (2019). Menciptakan chemistry kuat sebagai pasangan (lagi) menjadi hal yang mudah bagi kedua aktor ini dalam “Akhirat: A Love Story”. Namun, kini keduanya dihadapkan pada isu berbeda dalam hubungan mereka. Adipati Dolken selalu tampil menyakinkan sebagai pacar yang hopeless romantic dengan kecenderungan posesif. Sementara Della Dartyan mengantongi penokohan baru dalam curriculum vitae-nya melalui film ini. 

Sebagai kedua pasangan yang ceritanya beda kepercayaan, ada sedikit kekurangan dalam penokohan dan eksplorasi latar belakang Timur dan Mentari. Daripada beda kepercayaan, lebih tepatnya film ini hanya fokus pada perbedaan ‘agama’. Intinya, kita hanya diberikan prompt bahwa Timur beragama Kristen, sedangkan Mentari anak perempuan dari keluarga Muslim. Kedua orang tua mereka menunjukan penolakan, hanya karena keduanya beda agama. 

Namun kita tidak cukup memahami, sejauh mana keberatan keduanya akan perbedaan agama tersebut? Menunjukan bahwa Mentari menjalankan sholat tak cukup untuk menjelaskan kedalaman iman dan keyakinannya. Tak ada pembicaraan dari Timur maupun Mentari tentang seberapa mereka merasa berat untuk merelakan agama mereka demi cinta. Pada akhirnya, hal yang menghalangi mereka sebetulnya hanya restu orang tua. Meski begitu, naskah yang disajikan sudah cukup menangkap rasa frustasi akan isu perbedaan kepercayaan dalam sebuah hubungan. 

Film Terasa Lambat karena Desain Produksi yang Kurang Maksimal

Sebagai film dengan durasi yang tidak genap dua jam, “Akhirat: A Love Story” terasa cukup lambat untuk ditonton. Meski memiliki naskah dengan konsep fantasi yang menarik, film ini masih kurang memikat dalam segi produksinya.

Sinematografi film termasuk standar tanpa ciri khas yang menggugah untuk sebuah naskah yang eksentrik. Desain properti juga kurang maksimal dalam menciptakan ambience fantasi yang seharusnya terasa kental dan immersive dalam film ini. Kebanyakan film lokal dewasa ini juga memiliki masalah yang sama. Ketika naskahnya sudah unik dan original, kita masih membutuhkan desain produksi yang benar-benar mau all out untuk mengeksekusi sebuah film dengan visual artistik dan berkualitas tinggi. 

Meski naskahnya menarik untuk disimak, “Akhirat: A Love Story” jadi terasa lambat hanya karena tidak didukung oleh produksi yang menstimulasi setiap indra dari penontonnya. Beberapa adegan yang seharusnya monumental juga jadi kurang menggugah. 

Secara keseluruhan, “Akhirat: A Love Story” merupakan film romansa Indonesia dengan konsep baru meski memuat topik yang lama. Sentuhan fantasi dalam naskahnya menunjukan potensi Jason Iskandar sebagai penulis yang kreatif.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect