Connect with us
A Man Called Otto Review

Film

A Man Called Otto Review: Mengharukan Meski Generic

Tetap berikan sinema penuh haru walau terasa generic.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Pada satu titik kehidupan, seseorang tentu akan ditinggalkan oleh orang-orang tersayang di sekitarnya. Walau tak terhindarkan, tetap saja kesendirian karena hal tersebut menjadi ditakuti tanpa kita tahu bagaimana cara mengatasinya. Sekilas, premis itu yang ingin diangkat dalam film ‘A Man Called Otto’.

‘A Man Called Otto’ merupakan film drama komedi produksi Columbia Pictures yang disutradarai oleh Marc Forster. Menempatkan Tom Hanks sebagai pemeran utama, film ini berfokus dengan Otto yang terkenal pemarah pada berbagai hal di sekitarnya. Seiring dengan hadirnya tetangga baru, pandangannya terhadap hidup menjadi berubah sembari berkutat dengan perihnya kesendirian yang ia alami.

A Man Called Otto Review

Narasinya sendiri berpusat pada Otto dan ragam hal dalam kehidupannya. Alurnya cenderung maju secara linear, dengan sesekali menyelipkan flashback sebagai media eksposisi pada beberapa titik penceritaan. Durasinya yang mencapai 126 menit akan mudah membuat penonton kelelahan, terutama dengan pola penceritaan serupa seiring plot berjalan.

Drama yang diangkat sendiri berpusat pada keengganan seseorang untuk move on. Keengganan ini membuatnya menjadi pribadi berbeda, bahkan tak segan untuk mengakhiri hidup demi tetap bertahan dengan memorinya di masa lampau. Namun tentu saja, ia bisa saja bergerak maju apabila ada yang bisa memahaminya seiring waktu, memberikan arti lebih hingga akhir hayat.

Meski terasa generic, representasi dari pesan tersebut berhasil diusung dengan baik yang membuat Otto dan para karakter lainnya mudah untuk dipedulikan.

Sebagai pemeran utama, Tom Hanks berhasil membawakan Otto dengan konsisten. Jam terbangnya dalam sinema Hollywood membuat sang karakter utama terlihat masuk akal dengan segala keluhnya seiring ‘A Man Called Otto’. Film ini juga terasa lebih hidup dengan hadirnya Mariana Trevino yang cukup mampu mengimbangi Tom Hanks sebagai Marisol, membuat filmnya menjadi lebih hangat untuk dinikmati oleh keluarga.

Secara teknis, tak ada yang benar-benar menonjol dalam ‘A Man Called Otto’. Penggunaan color tone yang konsisten berkarakteristik cool dan warm, sinematografi yang cenderung steady, hingga scoring yang dramatis membuatnya enjoyable meski bukan sebuah pencapaian sinematik tertinggi dalam Hollywood.

Akhir kata, ‘A Man Called Otto’ adalah drama generic yang berkutat dengan kesendirian dan keengganan untuk move on. Walau begitu, performa menawan dari Tom Hanks dan Mariana Trevino membuatnya tetap asik untuk dinikmati.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect