Connect with us
A BOY CALLED CHRISTMAS
Netflix/Studiocanal SAS

Film

A Boy Called Christmas Review: Tentang Harapan dalam Kemalangan di Hari Natal

Dongeng fantasi tentang asal mula Hari Natal yang memberikan kebahagiaan.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Memasuki tahun kedua pandemi, perayaan Natal tahun ini masih harus diselenggarakan dengan banyak batasan dan protokol yang meminimalisir semarak yang dulu kita rasakan di tempat umum dan rumah ibadah dengan dekorasi Natal.

Banyak halangan pun harus kita hadapi untuk berkumpul dengan keluarga besar, beberapa keluarga mungkin sedang berkabung di tengah masa pandemi ini. Begitulah yang dialami sebuah keluarga dalam film Netflix terbaru, “A Boy Called Christmas”.

Tiga orang bersaudara yang baru saja kehilangan ibunya memutuskan untuk tidak merayakan Natal tahun ini. Berharap ketiga keponakannya tidak patah semangat di malam Natal, Ruth (Maggie Smith) mulai membawakan dongeng tentang seorang bocah dari Finlandia bernama Nikolas (Henry Lawfull).

A Boy Called Christmas Review

Keajaiban Semarak Natal di Tengah Kemalangan

“A Boy Called Christmas” merupakan film petualangan anak bernuansa Natal klasik, dibuka dengan kehadiran Maggie Smith (yang terkenal melalui ‘Harry Potter’), berjalan melalui sederet hunian dengan dekorasi Natal yang semarak. Kehadiran aktor senior ini saja dijamin langsung memikat kita, terutama para Potterhead.

Memasuki dunia dongeng, kita akan disajikan panorama hutan Finlandia kala musim dingin, diselimuti oleh salju yang tebal. Meski latar lokasi tercipta melalui rekayasa studio dengan CGI, film ini memiliki produksi yang maksimal dan jauh dari kata murahan. Bisa disandingkan dengan film anak-anak lain seperti “Charlie and the Chocolate Factory” (2005) dan sejenisnya. Animasi makhluk CGI seperti tikus dan rusa yang menjadi teman Nikolas juga sudah dieksekusi dengan sangat bagus.

Tak hanya tiga bersaudara dalam prolog saja yang sedang berduka, Nikolas juga mengalami cukup banyak kesedihan dalam kisah ini. Kita akan masuk dalam sebuah dunia fantasi dimana Hari Natal (Christmas) belum ditemukan.

Perjalanan menuju harapan dan kebahagian itu pun tidak mudah untuk diraih oleh Nikolas dan pihak-pihak lain dalam kisah ini. Meski ada cukup banyak momen penuh keputusasaan dan karakter yang terlihat jahat, pada akhirnya film ini menyajikan berbagai hal yang positif dan menimbulkan kebahagiaan untuk segmentasi penonton anak-anak.

A Boy Called Christmas

Petualangan Nikolas yang Seru, Emosional, serta Memberikan Pelajaran untuk Tegar

Kita akan dibawa kembali dalam dunia dongeng anak klasik ala “Hansel and Gretel”, “Little Red Riding Hood”, dan cerita pendek anak-anak sejenisnya. Kali ini kita akan mengikuti petualangan Nikolas bersama tikusnya, Miika dan seekor rusa bernama Blitzen. Misi mereka adalah menyusul ayah Nikolas dan menemukan Elfhelm, diyakini Nikolas sebagai kota para peri yang penuh dengan kebahagian dan harapan.

Akan ada adegan-adegan aksi yang seru untuk memberikan euphoria, diiringi dengan alunan musik khas petualangan Natal menggugah. Mulai dari aksi kejar-kejaran hingga bertarung dengan monster. Namun, ada juga adegan-adegan emosional yang bikin patah hati, dieksekusi dengan tepat, kemudian disambut dengan narasi yang memberikan semangat dan rasa tegar.

Lebih dari sekadar adaptasi kisah asal mula perayaan Hari Natal dan sosok Sinterklas, film ini hendak menggunakan ‘Hari Natal’ sebagai sebuah ide tentang kebahagian dan harapan. Perayaan akhir tahun ini sendiri kini lebih dari sekadar perayaan keagamaan, setiap negara mengadaptasi kehangatan dan nuansa festivalnya sebagai momen untuk agenda yang lebih universal.

Film Natal Seru yang Bisa Dinikmati Anak-Anak maupun Orang Dewasa

“A Boy Called Christmas” jelas merupakan film Natal dengan segmentasi anak-anak. Tahun sebelumnya sendiri Netflix juga merilis film seperti “Klaus” hingga “Jingle Jangle: A Christmas Journey”. Namun, tak jarang film anak-anak memiliki cerita yang terlalu sederhana, cenderung membosankan bagi kita penonton dewasa.

Film yang disutradarai oleh Gil Kenan ini memiliki rangkaian plot yang cukup menyenangkan dan menyentuh bahkan untuk kita penonton dewasa. Kita juga akan melihat banyak aktor ternama seperti Kristen Wiig, Michiel Huisman, Sally Hawkins, Toby Jones, dan Jim Broadbent.

Meski pada akhirnya kita bisa melihat kemana arah cerita yang hendak disuguhkan, setiap adegan tetap menarik untuk disimak. Alur ceritanya yang kronologis, bertabur bagian monumental yang tidak membosankan, kemudian dibungkus dalam produksi bernuansa Natal yang berkualitas, “A Boy Called Christmas” juga bisa kita nikmati bersama anak-anak dalam rangka merayakan musim liburan akhir tahun di rumah saja.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect