Connect with us
vertigo 1958
Paramount Pictures

Film

Vertigo Review: Kisah Cinta Noir Antara Detektif John dan Madeleine

Perpaduan drama romantis dan misteri yang sempurna.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Vertigo merupakan film karya sutradara klasik kawakan, Alfred Hitchcock. Dibintangi oleh James Stewart dan Kim Novak, Vertigo mengisahkan detektif John Ferguson yang pensiun setelah mengidap phobia serius akan ketinggian.

Bebas dari segala tugas, John pun dimintai tolong oleh temannya, Gavin Elster, untuk menginvestigasi istri temannya tersebut, Madeleine. Sepakat untuk membantu temannya, John pun mulai mengikuti Madeleine. Sebelum ia sadar, timbul perasaan untuk melindungi Madeleine pada diri John dan membuatnya terobsesi dengan sosok wanita menawan tersebut.

vertigo 1958

Paramount Pictures

Dari sinopsis singkat tersebut, mungkin kita akan memiliki ekspektasi yang tidak cukup tinggi; detektif yang jatuh cinta karena secara teknis menjadi stalker dari target investigasinya. Namun, ketika kita mulai mengenal karakter John dan Madeleine yang misterius, ekspektasi kita akan meningkat dan semakin tertarik untuk melihat perkembangan kisah film Vertigo dengan misteri berlapi-lapis.

Memadukan Genre Suspense Misteri dengan Romansa

Film bergenre romantis melankolis merupakan salah satu yang populer pada Golden Age of Hollywood (1930an-1960an). Alfred Hitchcock merupakan salah satu sutradara eksentrik yang selalu menyuguhkan hal baru, terutama pada genre drama misteri dan suspense.

Vertigo memiliki kemasan produksi yang masih identik dengan film drama romantis. Karakter wanita utama Madeleine diperankan oleh aktris rupawan, Kim Novak. Selalu tampil dengan busana yang fashionable dan berkelas. Hubungan yang terjalin antara Madeline dan John pun sebetulnya cukup klise, namun memberikan unsur suspense yang berkembang menjadi kisah menggelisahkan.

Bukan konten romansa manis yang sudah umum, Vertigo menghadirkan sifat cinta yang tidak sehat dan penuh dengan tipuan psikologi pada karakter yang terlibat.

Madeleine tak hanya menarik secara fisik, misteri juga merupakan pesona yang berhasil terpancar dari karakter ini. Kita bisa melihat, John, seorang detektif yang bergulat dengan berbagai kasus dan teka-teki dalam pekerjaannya, akan lebih mudah tertarik dengan misteri.

Diceritakan tak pernah menjalin hubungan serius apalagi menikah, Ia tak pernah tertarik dengan wanita dengan cara konvensional. Hingga akhirnya, Madeleine muncul dengan misteri, teka-teki, yang selalu menarik bagi John yang merupakan seorang detektif.

Kisah yang disuguhkan juga mengandung teka-teki yang berlapis. Pada babak awal kisah John mengikuti Madeleine, penonton pasti telah memiliki asumsi sendiri tentang kondisi mental Madeleine. Misteri tersebut akan terus berkembang seiring dengan perjalanan investigasi John.

Ketika kita berpikir plot twist sudah terungkap, ternyata ada misteri baru muncul kembali dan membuat kita kembali menaruh perhatian kemana kisah ini akan berakhir. Tidak terasa dipaksakan, setiap plot twist yang disematkan tetap memiliki korelasi yang seru untuk diikuti.

Penulisan Naskah yang Kaya dan Penuh Teka-Teki

Dengan latar belakang tema yang telah dijabarkan sebelumnya, terciptalah percampuran antara misteri dan romansa yang noir pada film Vertigo. Di lain sisi membuat penonton penggemar genre romansa pada masa itu menikmati klise romantisme yang disuguhkan, namun juga mengajak kita untuk melihat kisah suspense dengan teka-teki dan kompleksitas psikologi yang mendalam.

Dialog yang ditulis dalam naskah cukup kaya dan sangat deskriptif. Meski memiliki kisah yang kompleks, tak akan susah bagi kita untuk memahami keseluruhan cerita. Mulai dari investigasi hingga kondisi mental masing-masing karakter, semuanya dijelaskan melalui penulisan naskah yang tepat. Tidak ada plot hole, tak ada hal yang absurd yang perlu kita intepretasikan sendiri.

Sedikit Celah Pada Adegan Terakhir

Eksekusi Vertigo bisa dibilang sempurna dari awal hingga mendekati akhir film. Tensi penonton dibangun secara bertahap dengan transisi yang juga pas. Mulai dari munculnya rasa penasaran, tegang ketika adegan-adegan krusial terjadi, hingga merasakan suasana romantis melankolis yang sedikit melembutkan suasana yang intens. Desain karakter, penulisan cerita, semuanya cukup sempurna.

Namun, adegan terakhir bisa dibilang merupakan salah satu celah yang disayangkan. Sangat konyol. Mengapa perkembangan cerita yang tanpa celah harus berakhir dengan cara seperti itu? Ada banyak cara yang setidaknya lebih klise atau cheesy sekalipun namun masih bisa diterima untuk mengakhiri kisah John dan Madeleine.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect