Connect with us
Three Songs for Benazir
Netflix

Film

Three Songs for Benazir: Kisah Cinta Sederhana Di Tengah Krisis Perang Afghanistan

Bagaimana menemukan rumah untuk pulang di tengah ketakutan dan ancaman kematian.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Pasangan pegiat sinema Afghanistan, Gulistan dan Elizabeth Mirzaei merupakan produser sekaligus sutradara yang seringkali mengangkat kehidupan masyarakat Afghanistan dalam dokumenter pendek seperti “Farewell Kabul” (2014) dan “Laila at the Bridge” (2018).

Setelah mencoba memperlihatkan banyak cerita tentang konflik politik, pembunuhan seorang jurnalis internasional, dan fenomena kecanduan heroin di Afghanistan, Gulistan dan Elizabeth Mirzaei memutuskan untuk mendokumentasikan kisah cinta pasangan muda yang penuh harapan di tengah rumitnya keadaan dalam “Three Songs for Benazir” (2021).

Three Songs for Benazir

Merayakan Cerita Cinta Dalam Situasi Sulit

“Three Songs for Benazir” memusatkan cerita pada pasangan muda yang tinggal di kamp pengungsian di Kabul, Afghanistan. Shaista dan Benazir adalah pasangan suami-istri yang baru memulai rumah tangga dan akan dikaruniai seorang anak, mereka diperlihatkan sangat bahagia dengan harapan-harapan kecil di masa depan.

Perjalanan film ini menampilkan impian Shaista yang ingin membanggakan istrinya dengan menjadi Tentara Nasional Afghanistan. Namun, cita-cita besarnya terhalang oleh realitas hidup yang sulit. Dalam lingkungan tempat tinggalnya, banyak ketakutan yang menghalangi, misalnya kekhawatiran orang tua Shaista yang takut jika anaknya menjadi seorang tentara, atau ancaman bom yang suatu saat bisa saja menghancurkan wilayah yang mereka tempati.

Namun, film ini setidaknya bisa menggambarkan bagaimana kisah cinta muda-mudi yang diwakili oleh Shaista dan Benazir bisa hidup, dan tumbuh penuh harapan ditengah konflik perang yang ada di negaranya. Mereka berani mengambil resiko besar dan memilih bahagia dengan cara sederhana, berkeluarga, memiliki anak, dan merajut mimpi besar ditengah harapan yang begitu kecil.

Short Dokumenter yang Masuk Jajaran Nominasi Oscar

Di antara banyaknya tema cerita di Afghanistan yang bisa diangkat menjadi film dokumenter “Three Songs for Benazir” memilih fokus pada kisah percintaan yang tumbuh di tengah konflik politik. Hal itu pernah dijelaskan oleh sutradara Gulistan Mirzae, bahwa hubungan antara Shaista dan Benazir adalah cerita yang layak diceritakan pada dunia, bagaimana kekuatan cinta masih sama manis dan puitis walau tercipta di tengah kondisi yang sulit.

“Three Songs for Benazir” pada akhirnya bisa menarik perhatian dunia dengan masuk menjadi nominasi dalam kategori Best Documentary (short Subject) di Academy Awards ke 94. Kisah yang dihadirkan dalam film ini menjelaskan bahwa Afghanistan tidak hanya membawa cerita tentang perang dan kehancuran, tetapi bisa juga menjadi tempat orang-orang jatuh cinta.

Film Afghanistan dari Sudut Pandang Orang Afghanistan

Jika dilihat dari latar belakang pembuatan filmnya, “Three Songs for Benazir” termasuk dokumenter yang sangat personal bagi Gulistan dan Elizabeth Mirzaei. Mereka mengenal Shaista dan Benazir sejak lama saat keduanya masih bergabung menjadi pekerja sosial yang mendistribusikan makanan untuk warga yang tinggal di kamp.

Keceriaan Benazir, dan ketulusan Shaista membuat pasangan Gulistan dan Elizabeth Mirzaei terkesan dan seperti mendapat kebahagiaan dalam hari-hari terberatnya di wilayah konflik perang.

Cerita tentang Afghanistan lebih sering tampil dalam karya film yang menggambarkan bagaimana panasnya konflik perang, kekerasan militer, atau kisah orang asing yang ingin menjadi pahlawan. Namun, dalam “Three Songs for Benazir”, mereka ingin memberikan pandangan lain tentang kehidupan yang ada di Afghanistan dari lensa dan suara orang Afghanistan sendiri.

Pada akhirnya, “Three Songs for Benazir” merupakan salah satu dokumenter yang sangat puitis dan menyentuh hati, baik dalam hal sudut pandang ceritanya yang tidak biasa dan kesederhanaan penyampaiannya yang pas. Ada beberapa ironi yang membekas, misalnya tentang fenomena kecanduan opium yang dianggap sudah biasa dan pemandangan kesulitan hidup yang seperti sudah wajar-wajar saja terjadi disana.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect