Connect with us
The Tinder Swindler
Netflix

Film

The Tinder Swindler Review: Balada Penipuan Simon Leviev melalui Aplikasi Kencan

Film dokumenter kriminal yang mencelikkan dan berdampak. 

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Menemukan pasangan ideal melalui aplikasi kencan sudah menjadi gaya hidup normal di era digital. Tinder menjadi aplikasi kencan terpopuler dimana banyak orang berharap bisa menemukan pasangan yang cocok secara instan. Namun, tak hanya mampu mempertemukan kita pada belahan jiwa, Tinder juga bisa mempertemukan kita pada orang dengan niat terselubung seperti Simon Leviev. 

“The Tinder Swindler” merupakan film dokumenter kriminal yang disutradarai oleh Felicity Morris, film ini melibatkan tiga wanita yang mengklaim diri sebagai korban penipuan oleh Simon Leviev; Cecilie Fjellhøy, Pernilla Sjøholm, dan Ayleen Charlotte. Ketiganya tidak sendirian, mereka dibantu oleh jurnalis dan tim media VG dalam melakukan investigasi. Film dokumenter ini terbentuk dari wawancara narasumber, berbagai dokumentasi bukti serta investigasi yang dilakukan oleh VG.

The Tinder Swindler

Investigasi Kronologis yang Menimbulkan Simpati pada Korban

Ketika kisah Simon Leviev pertama kali diviralkan melalui artikel bertajuk serupa, tak sedikit netizen justru merundung kedua korban; Cecilie Fjellhøy dan Pernilla Sjøholm. Ada yang menyebut keduanya bodoh bisa sampai tertipu, hingga menyebutkan keduanya adalah perempuan materialistis.

Lepas dari berbagai latar belakang hingga preference setiap korban, tindakan menyalahkan korban bukan reaksi pertama yang seharusnya kita lontarkan pada kisah tragedi. Sayangnya, seperti yang diungkapkan oleh Cecilie, media sosial dewasa ini sangat brutal. Butuh keberanian besar untuk mengekspos diri sendiri di media umum demi menghentikan roda penipuan yang dieksekusi oleh Simon Leviev. 

Setidaknya, dengan menonton “The Tinder Swindler”, kita akan diberi kesempatan untuk mendengarkan kesaksian dari setiap korban. Didukung dengan narasi cerita yang kronologis disertai berbagai bukti. Tidak bisa dipungkiri, modus penipuan dari Simon Leviev merupakan definisi dari penipuan yang sempurna. Dari yang awalnya kita merasa tidak mungkin, kita akan memahami bagaimana semuanya sangat terstruktur didukung dengan kemampuan manipulatif oleh pelakunya. 

Biasakan untuk mengetahui cerita lengkapnya sebelum menghakimi seseorang di media sosial. Jika kita malas untuk menyimak, lebih baik tidak mengeluarkan pendapat sama sekali yang bisa menjadi menyakitkan bagi korban.

The Tinder Swindler

Photo by TORE KRISTIANSEN/VG/EPA-EFE/Shutterstock

Sentuhan Sinematik yang Tak Sesuai dengan Konten Kriminal

Tak hanya untuk “The Tinder Swindler”, namun Netflix harus berhenti merilis film atau serial dengan kemasan sinematik pada dokumenter kriminal. Pada bagian awal dimana Cecilie Fjellhøy memulai kisahnya, diselipkan footage rekayasa kencan romantisnya bersama Simon Leviev. Kemudian dicampur dengan footage asli dari dokumentasi pribadi Cecilie.

Kekontrasan antara realita dan rekayasa dalam proyek dokumenter kriminal ini bisa menimbulkan asumsi yang meragukan kredibilitas materi sumber. Tidak seharusnya pula kita menyelipkan romantisme atau menggunakan visual yang artistik pada film dokumenter kriminal. Penonton yang skeptik dan judgemental akan melihat aspek ini sebagai kelemahan dari kisah para korban dan tim media VG sebagai investigator. 

Padahal, semakin dalam kita mengikuti narasi yang disajikan oleh film dokumenter ini, semakin banyak dokumentasi pribadi dan footage nyata yang dipertunjukan. Kredibilitas dan profesionalisme narasi dalam “The Tinder Swindler” memang baru memikat ketika Cecilie menghubungi media VG. Karena setelah itu, kita akan mulai masuk dalam plot investigasi mengejar Simon Leviev. 

Tinder Swindler

Ironi Bahwa Film Dokumenter Memiliki Dampak yang Lebih Besar Daripada Institusi Hukum

Netizen lokal sempat menyatakan bahwa banyak kasus di negeri ini tidak akan mendapat keadilan sebelum diviralkan. Skenario tersebut juga terjadi dalam kasus “The Tinder Swindler”.

Selama bertahun-tahun, Simon Leviev diperlihatkan mampu melansungkan aksinya dengan modal pamer aset di Instagram dan profil Tinder-nya. Bahkan setelah Cecilie Fjellhøy berhasil melangsungkan investigasi dengan VG, Simon masih sempat menipu dua wanita lainnya yang akhirnya menjadi narasumber juga dalam film dokumenter ini. 

“The Tinder Swindler” lebih dari sekadar film dokumenter kriminal yang informatif, namun menjadi satu paket bukti tindak kriminal Simon Leviev agar keadilan segera ditegakan. Segala bentuk investigasi berskala global yang dilakukan oleh VG dan tiga korban dalam kisah ini, tidak sebanding dengan usaha kepolisian lokal karena dibatasi oleh budget dan kewenangan hukum negara. Hingga pada akhir dokumenter, setiap korban harus menanggung kerugian materi masing-masing. Sementara Simon sudah bebas dari hukuman penjara dan kemungkinan masih melakukan aksi penipuan. 

Meski pada akhirnya tidak berhasil mengembalikan kerugian yang dialami oleh setiap korban, “The Tinder Swindler” telah memberikan banyak pelajaran dan kesadaran pada masyarakat luas. Simon Leviev mungkin bebas di mata hukum, namun semenjak film ini viral, Ia telah menghapus akun Instagram-nya dan dinonaktifkan secara resmi dari aplikasi Tinder.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect