Connect with us
The Breakfast Club - 1985
Universal

Film

The Breakfast Club: Drama Remaja 80-an Paling Ikonik

Alasan The Breakfast Club masuk jajaran film klasik ikonik yang wajib ditonton.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

The Breakfast Club merupakan salah satu film ikonik yang masuk dalam arsip budaya pop esensial 80-an. Film karya sutradara John Hughes ini masuk dalam jajaran film terbaik dalam satu dekade menurut banyak media besar Amerika.

Mulai dari Empire, The New York Times, hingga Entertainment Weekly. Pada tahun 2016, The Breakfast Club bahkan di-remastered dan diputar ulang di 430 bioskop untuk merayakan peringatan hari rilis ke-30 tahunnya.

The Breakfast Club bahkan masih menjadi materi yang diselipkan ke berbagai serial maupun film sebagai parody. Mulai dari serial Community Season pertama, hingga animasi Cartoon Network, Regular Show, dan masih banyak lagi. Meski tidak masuk dalam ulasan dengan label critical acclaim, film drama remaja ini masih relevan hingga saat ini, terutama di Amerika.

The Breakfast Club - 1985

The Breakfast Club – 1985

Kisah berawal di sebuah Sabtu pagi dimana lima siswa SMA; John Bender, Claire Standish, Andrew Clark, Brian Johnson, dan Allison Reynolds, harus menjalani hukuman di saat siswa lain menikmati akhir pekan di rumah. Kelima siswa tersebut harus menghabiskan waktu seharian di perpustakaan sekolah di bawah pengawasan Wakil Kepala Sekolah, Bapak Vernon.

Memiliki Sederet Karakter yang Mewakili Setiap Stereotip Remaja

Kelima karakter utama yang dimunculkan dalam The Breakfast Club memiliki sifat dan latar belakang yang berbeda. John atau ‘the criminal’ karakter yang tak akan membuat kita heran harus menjalani hukuman karena tampak jelas perilaku berandalannya.

Claire, ‘the princes’, adalah siswa cantik, populer, dan tampak berkelas. Andrew sebagai ‘the athlete’ merupakan siswa berprestasi dibidang olahraga gulat. Brain ‘the brain’ adalah si kutu buku yang pandai namun tak ingin dianggap aneh. Allison, ‘the basket case’ adalah gadis aneh yang tidak punya teman.

“Rumus” karakter dengan stereotip seperti ini memang sudah sangat umum di berbagai film drama remaja. Namun, The Breakfast Club hendak menyuarakan perasaan dan mental dari masing-masing steriotip ini secara jujur.

The Breakfast Club - 1985

The Breakfast Club – 1985

Tidak seperti film Hollywood remaja lainnya dengan peran antagonis yang harus dibenci atau protagonis untuk dibela. John yang tampak bandel dan suka memberontak, ternyata mempunyai alasan mengapa ia berlaku demikian. Begitu pula Andrew dan Claire yang populer, mereka tidak selalu menyebalkan dan hanya bisa merundung siswa lainnya seperti pada film-film teenlit pada umumnya.

Kita akan melihat sisi lain dari tiap karakter “di balik layar” yang jauh berbeda dengan image setiap karakter yang selalu ditampilkan pada film drama remaja lainnya.

Screenplay yang Sederhana, Bermakna, dan Apa Adanya

The Breakfast Club merupakan film drama dengan alur cerita yang cukup santai dan sederhana. Namun, meski kita hanya akan “terjebak” seharian di gedung sekolah dengan gang satu ini, dijamin kita tidak akan bosan. John Hughes menulis naskah film dengan dialog natural dan tidak cheesy.

Berawal dari setiap siswa yang tidak pernah bersinggungan sebelumnya, interaksi yang dibangun dalam kisah ini dikembangkan secara bertahap dengan porsi yang pas. Meski ada sedikit sentuhan romansa yang diselipkan dan terasa hanya sebagai pemanis.

The Breakfast Club - 1985

Photo by Universal/Kobal/Shutterstock

Ada juga adegan-adegan tertentu yang meningkatkan adrenalin dan keseruan agar flow film tidak membosankan. Karena kembali lagi, film ini adalah drama remaja, harus ada gejolak yang ditampilkan untuk mempresentasikan dunia remaja yang dramatis dan masih dalam fase pemberontakan. Film ini akan seru buat kita yang menyukai drama santai dengan dialog padat dan mengandung nilai-nilai kehidupan, khususnya seputar dunia remaja.

Visual Khas Film Teenlit Klasik 80-an

Meski The Breakfast Club memiliki konsep cerita yang cukup mendobrak panduan umum film drama remaja, nuansa teenlit 80-an yang aesthetic tetap terasa pada setiap frame-nya. Dengan latar gedung sekolah Amerika yang khas, film ini pasti akan menimbulkan perasaan nostalgia bagi penonton yang pernah menjadi siswa SMA juga.

Setiap pemeran juga memiliki penokohan yang tegas melalui desain wardrobenya. Setiap karakter tampil dengan pakaian dengan warna yang berbeda dan kontras satu sama lain. Meski tidak mengaplikasikan sinematografi yang menakjubkan, pemilih palette warna pada setiap frame tampak eye candy karena karakter-karakter yang kuat; baik dalam eksekusi watak hingga penampilan karakter.

Bagaimana Lingkungan Mempengaruhi Tumbuh Kembang Remaja

Masa remaja merupakan masa dimana kita memiliki emosi yang masih labil. Masa dimana kita masih mencari jati diri dan pengakuan. Melalui The Breakfast Club, kita dapat melihat, bahwa setiap remaja memiliki gejolak emosi dan problem yang sama satu sama lain.

Lepas dari perbedaan sifat dan latar belakang keluarga masing-masing. Baik remaja yang sepanjang hidupnya terlalu diperhatikan, maupun yang dianggap tidak ada oleh orang tuanya, masing-masing pasti memiliki masalah. Dan peran orang tua atau staf pendidik seperti guru sangat berpengaruh pada perkembangan remaja.

Pesan tersebut sebetulnya isu umum yang sudah sewajarnya dipahami oleh setiap orang tua. Namun, masih banyak pihak yang terkadang hanya melihat satu sisi dari seorang remaja, khususnya sifat pemberontakan mereka yang seringkali bikin kesan. The Breakfast Club merupakan media film klasik yang mengangkat isu sederhana yang masih sering diabaikan tersebut.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect