Dunia jurnalistik tak hanya menarik untuk didalami tetapi juga untuk ditonton. Ada banyak film yang mengangkat tema jurnalistik, sebagiannya merupakan kisah nyata. Film-film ini tak hanya mengapresiasi kinerja para jurnalis tetapi juga menunjukkan bagaimana perjuangan mereka untuk mendapatkan informasi agar dapat dilaporkan kepada khalayak.
The Bang Bang Club (2010)
Ingat foto pemenang Pulitzer yang menggambarkan seorang anak Afrika kelaparan yang diikuti oleh burung bangkai di belakangnya? The Bang Bang Club mengangkat kisah nyata mengenai jurnalis yang mengambil foto tersebut. Ada empat orang jurnalis yang dijuluki sebagai Bang Bang Club. Mereka begitu nekat meliput ke daerah konflik. Tidak sekadar nekat saja, sebenarnya hasil kerja mereka sangat bermanfaat.
Melalui liputan mereka, kita menjadi tahu kondisi di Afrika saat itu. Namun tentunya sebuah kerja jurnalistik harus dilandasi oleh etika juga. Dua dari empat jurnalis tersebut memenangkan Pulitzer. Salah satunya meninggal dunia, satunya lagi pensiun setelah tertembak empat kali. Sementara jurnalis yang mengambil foto anak kelaparan dan burung bangkai itu melakukan bunuh diri.
The Insider (1999)
Film ini diangkat dari kisah nyata Dr. Jeffrey Wigand yang dulunya adalah eksekutif perusahaan rokok terkenal. Ia mengungkapkan kebobrokan perusahaannya dulu. Ternyata perusahaan rokok sengaja memasukkan bahan tertentu agar perokok menjadi lebih kecanduan. Karena hal ini, ia dipecat. Namun Wigand tak patah arang. Ia lalu menjadi bintang tamu pada acara televisi Lowell Bergman yang sedang menginvestigasi kecurangan industri rokok. Wigand juga menjadi saksi di pengadilan. Para kritikus memberikan acungan jempol kepada para aktornya.
Zodiac (2007)
Film ini diangkat dari buku dengan judul yang sama. kisahnya adalah kisah nyata yaitu tentang pembunuh berantai di San Fransisco pada era 60-70an. Si pembunuh rajin mengirim cerita mengenai pembunuhan yang ia lakukan ke media massa. Meski ini bukan karya terbaik sang sutradara, Zodiac masih patut diapresiasi karena jalan ceritanya yang menarik. Si tokoh utama adalah seseorang yang bekerja di media dan ia pernah dikirimi surat oleh si pembunuh. Ia menjadi begitu terobsesi menemukan si pembunuh hingga kehidupan pribadinya hancur. Bersama seorang jurnalis dan polisi, ia mengulangi pencarian terhadap si pembunuh.
Spotlight (2015)
Spotlight adalah salah satu film bertema jurnalis yang paling terkenal. Selain para aktornya yang bermain dengan baik, tema cerita yang dipilih cukup sensitif. Yaitu menguak kasus kekerasan seksual di gereja dan dilakukan oleh oknum pemuka agama. Hal ini dianggap bukan kejahatan sampai-sampai salah satu oknum tersebut merasa apa yang ia lakukan adalah hal wajar. Tak hanya menginvestigas dari sudut pandang para pelaku, jurnalis dalam film ini juga berusaha mengulik cerita dari sisi para korban. Hal itu membuat film ini sedikit membuat ngilu ketika ditonton karena harus merasakan kepahitan dari sisi korban.
The Post (2017)
Ini adalah film bergenre drama sejarah. Ketika rilis, film ini mendapat anugerah film terbaik dari National Board of Review. Filmnya berkisah mengenai usaha pemerintah membungkam pers. The Washington Post dan The New York Times yang ingin merilis dokumen negara mengenai keterlibatan Amerika dalam Perang Vietnam. Dokumen itu disebut Pentagon Papers. Si penulis naskah mengaku tidak tahu bila naskah yang ia tulis ternyata akan dibuat filmnya. The Post menuai pujian tak hanya karena kualitas filmnya tetapi juga penyutradaraan serta deretan aktor dan aktris gaek yang memiliki akting memukau.
Citizen Kane (1941)
Film ini disebut-sebut sebagai salah satu film terbaik yang pernah dibuat. Kisahnya tentang naik turunnya kehidupan seorang raja dunia penerbitan yaitu Charles Foster Kane. Sebelum ajal menjemput ia membisikkan satu kata: Rosebud. Hal itu menjadi sensasi di media massa. Orang penasaran apa arti dari Rosebud. Akhirnya seorang reporter pun mencari tahu dan mencoba mewawancarai orang-orang di sekitar hidup Kane. Akhirnya diketahuilah awal mula hidup Kane yang penuh kemiskinan di Colorado.
All The President’s Men (1976)
Film bergenre thriller politik ini bersetting mengenai kasus Watergate yang terkenal. Diadaptasi dari novel berjudul sama karangan dua jurnalis yang menyelidiki skandar ini untuk Washington Post. Skandar ini berhasil menurunkan sang presiden dari tampuk kekuasaan. Pada awalnya kedua jurnalis ini tidak menyangka berita yang mereka liput merupakan sebuah skandal besar. Semua bermula dari kasus pencurian biasa di Komplek Watergate yang dipergoki oleh satpam. Nyatanya pencurian kecil tersebut membuka fakta mengenai salah satu skandal terbesar di dunia politik Amerika.
Nightcrawler (2014)
Kisahnya cukup unik yaitu seorang pencuri yang beralih profesi menjadi jurnalis. Ia menyadari bahwa bila merekam suatu kriminalitas, ia bisa menjual rekamannya ke media massa. Si pencuri lalu terobsesi untuk merekam kejadian bahkan sengaja merusak tempat kejadian perkara dan melakukan apapun agar rekamannya menjadi lebih menakjubkan. Asisten yang bekerja sama dengannya juga bukan jurnalis melainkan seorang lelaki yang membutuhkan uang. Agar rekamannya laku, ia bersikap manipulatif dengan memaksa seorang direktur berita untuk ditiduri bila ingin diberikan rekaman kriminal itu. Walau jalan ceritanya tak biasa nyatanya film ini disambut baik oleh para kritikus.
State of Play (2009)
Film ini mengungkapkan skandal kasus pembunuhan terhadap seorang perempuan. Ia adalah asisten kedua dewan dari Partai Republik. Dua orang jurnalis lalu mencoba melakukan investigas atas kasus ini. Film ini dibuat berdasarkan serial televisi berjudul sama yang tayang di BBC. Tak hanya mengangkat kasus pembunuhan, State of Play juga mengangkat isu independensi kerja jurnalis dan Kementrian Dalam Negeri Amerika yang sering menjadi subjek bagi film tahun 70-an. Selain dibintang oleh aktor dan aktris papan atas, State of Play juga mendapat review yang bagus dari kritikus.
Shattered Glass (2003)
Sesuai dengan judulnya, film ini mengungkap jatuh bangun karir seorang jurnalis bernama Stephen Glass. Film ini dibuat berdasarkan kisah nyata. Awalnya diketahui nama Glass naik berkat tulisan-tulisan yang ia buat. Lalu ada pihak yang curiga karena ternyata Glass tak mampu memberikan bukti mengenai hal yang ia tulis. Glass pun dipaksa untuk mengakui dosa-dosanya sebagai seorang jurnalis yang menipu. Setelah kejatuhan karir jurnalistiknya, Glass memilih untuk menyelesaikan sekolah hukum dan menulis kisah hidupnya.