Selain film horor, genre drama juga kerap mewarnai sinema Indonesia dengan deretan judulnya. Akan tetapi, film drama dengan muatan kisah mengenai hidup keluarga polisi acapkali direspon dengan kurang baik oleh para penonton lokal. Untuk mendobrak stigma tersebut, Denny Siregar dan rekan-rekan hadir dengan film drama yang berpusat pada keluarga polisi berjudul ‘Sayap-Sayap Patah’.
‘Sayap-Sayap Patah’ merupakan film drama Indonesia arahan Rudi Soedjarwo hasil kolaborasi antara Denny Siregar Production dan Maxima Pictures. Menempatkan Nicholas Saputra dan Ariel Tatum sebagai pemeran utamanya, film ini berfokus pada kisah Aji, seorang polisi yang ditugaskan untuk menumpas Leong.
Di tengah tugas beratnya tersebut, Nani yang sedang hamil tua juga memerlukan perhatian lebih darinya. Namun, satu kejadian mengerikan mengguncang kebahagiaan yang seharusnya dimiliki oleh Aji dan Nani.
Melalui narasinya, ‘Sayap-Sayap Patah’ menyajikan lika-liku kehidupan yang dialami oleh Aji dan Nani. Akan tetapi, tubrukan kepentingan antara pekerjaan Aji sebagai polisi dan kehidupan keluarga kecilnya bersama Nani membuat kisah intinya terasa sangat membumi. Segala dialog yang dihadirkan melalui naskah tulisan Monty Tiwa, Eric Tiwa, dan Alim Sudio kerap memberikan kesan menohok seiring durasi 110 menitnya.
Hal menarik yang ditawarkan oleh Rudi Soedjarwo pada ‘Sayap-Sayap Patah’ adalah sajian drama beserta konflik utamanya. Film ini cukup berhasil dalam meleburkan drama keluarga polisi di dalamnya yang diiringi dengan thrill mengenai mengerikannya hidup aparat kepolisian. Semuanya dihadirkan dengan perlahan dengan plot yang dikemas rapi, memudahkan penonton dalam mencerna kisah yang diusung di dalamnya.
‘Sayap-Sayap Patah’ juga semakin menarik dengan hadirnya ensemble cast yang memberikan peran terbaiknya. Di balik segudang aktor-aktris ternama seperti Nicholas Saputra, Ariel Tatum, hingga Poppy Sovia yang sudah malang melintang, Iwa K yang terasa tampil paling baik di antara jajaran cast-nya. Melalui perannya sebagai Leong sang teroris dengan idealisme fanatiknya, Iwa K berhasil memberikan sensasi mengerikan berkat persona-nya tersebut.
Walau dikemas dengan narasi dan karakterisasi yang ciamik, aspek teknis yang diusung oleh ‘Sayap-Sayap Patah’ ini terasa sangat low budget. Penggunaan kamera yang tampak labil serta pemilihan warna yang terasa kurang konsisten memberikan kesan bahwa film ini digarap apa adanya. Hal ini menjadikan film drama polisi ini terlihat tak jauh berbeda dengan FTV yang kerap hadir mewarnai acara televisi Indonesia.
Pada akhirnya, ‘Sayap-Sayap Patah’ merupakan film drama yang penuh potensi mengenai gejolak hidup seorang aparat kepolisian. Akan tetapi, teknisnya yang digarap seadanya membuat film ini terasa kurang appealing di balik segala hal baik dalam narasi dan karakterisasinya.