Connect with us
Greyhound
Sony Pictures

Film

Greyhound Review: Intensitas Peperangan Dalam Durasi Singkat

Tom Hanks menyuguhkan ketegangan tanpa henti di atas samudera melalui film perang yang diadaptasi dari novel.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Film tentang Perang Dunia II memang sudah banyak dibuat dalam beberapa dekade terakhir, tetapi belum banyak film perang yang sebagian besar durasinya berada di laut. Greyhound sepertinya dicanangkan untuk menjadi film perang dengan latar belakang samudera Atlantik yang megah, tetapi hanya menghasilkan penggambaran perang yang datar tanpa emosi yang mendalam.

Diadaptasi dari novel fiksi karya C. S. Forester, yang berjudul The Good Shepherd, Ernest Krause baru pertama kali dinobatkan menjadi kapten kapal Angkatan Laut Amerika Serikat. Pada tahun 1940-an tersebut, ia ditugaskan untuk mengawal 37 kapal sekutu yang membawa pasukan dan pasokan dari benua Amerika ke Liverpool, Inggris untuk membantu mengalahkan Nazi Jerman. Namun untuk tiba di Inggris, Ernest harus mengarahkan para awaknya untuk melalui Black Pit, wilayah di lautan di mana mereka tidak akan dilindungi oleh bantuan Angkatan Udara dan harus menghadapi ancaman kapal selam Nazi yang memburunya.

Greyhound Review

Sony Pictures

Tom Hanks kembali mencoba keahliannya dalam menuliskan naskah film untuk Greyhound dan berhasil menunjukkan teknis komando yang menyulitkan di kapal perang pada zaman Perang Dunia II. Namun sayangnya, kelebihan Greyhound hanya bisa meliputi jargon-jargon angkatan laut saja tanpa pengolahan karakter yang cukup mumpuni.

Melalui karakter Ernest Krause, Tom Hanks sudah memberikan petunjuk-petunjuk kecil yang menunjukkan sisi kemanusiaannya melalui beberapa mimik dan kalimat yang dilontarkan dengan penuh kehati-hatian. Tetapi hal tersebut rasanya sangat kurang dan justru membuat penonton semakin kecewa ketika tidak ada perkembangan lebih lanjut mengenai karakter tersebut.

(Warning: Spoiler)

Selipan adegan flashback di awal film mengenai secuil kehidupan pribadi Ernest Krause juga terkesan sangat dipaksakan untuk dimuat dalam film. Rasanya Tom Hanks ingin memberikan kehidupan yang lebih dalam untuk Ernest, tetapi justru hanya dapat memberikan latar belakang yang tanggung tanpa makna yang cukup jelas.

Selain dari itu, Greyhound sungguh terasa seperti berada di pundak Tom Hanks sendiri, dengan berbagai macam karakter awak kapalnya yang lain hanya muncul selewat dan tidak meninggalkan kesan yang berarti. Rob Morgan yang berperan sebagai George Cleveland memang meninggalkan kesan yang menarik hati para penonton melalui kebaikan dan perhatiannya terhadap sang Kapten, tetapi kurangnya pendalaman karakter hanya membuat George seperti sebuah token orang kulit hitam dalam film tersebut.

Meski begitu, Greyhound mempersembahkan adegan-adegan pertarungan di lautan yang sangat menegangkan. 50 jam di tengah samudera tanpa perlindungan udara dan berkali-kali diserang oleh sejumlah kapal selam musuh sungguh terasa melelahkan. Ditambah dengan ancaman dari pihak Nazi yang mengintervensi saluran radio Greyhound, penonton dibuat semakin merasakan betapa gentingnya situasi tersebut dan betapa mengerikannya menghadapi musuh yang tidak hanya berusaha untuk menenggelamkan kapal, tetapi juga menenggelamkan kondisi mental para awaknya.

Greyhound Review

Sony Pictures

Harus diakui bahwa pengambilan gambar yang sebagian besar sungguh dilakukan di atas kapal sangat membantu penggambaran tersebut. Sedangkan untuk beberapa adegan, Greyhound menggunakan teknik CGI yang meski tidak sempurna, tapi tetap membantu dalam menunjukkan posisi dan ancaman di lautan yang dihadapi saat itu.

Arahan pengambilan gambar di awal-awal film memang masih cukup membingungkan dengan sudut pandang mata burung di atas puluhan kapal yang belum jelas arah dan tujuannya. Namun setelah melalui babak pertama film, penonton akan semakin mudah mengikuti dan menangkap posisi sekutu dan lawan.

Dengan mengandalkan adegan serangan yang rasanya seperti tengah bermain Battleship dan ditambah dengan performa Tom Hanks yang menjadi jangkar keseluruhan film, Greyhound sepertinya pantas menjadi film perang kesukaan seluruh Ayah di dunia tahun ini. Meski tidak ada konteks karakter yang cukup kuat untuk menimbulkan rasa haru, adegan aksi di tengah lautan tentu akan tetap meninggalkan kesan yang begitu kuat dengan ketegangan dan keseruannya. Selain itu, sepertinya kisah “pihak baik selalu menang melawan pihak jahat” akan selalu laku di pasaran film perang.

12.12: The Day 12.12: The Day

12.12: The Day Review – Kudeta Militer dan Periode Tergelap Korea Selatan

Film

Look Back Review Look Back Review

Look Back Review: Nostalgia & Tragedi

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

We Live in Time We Live in Time

We Live in Time Review: Perjuangan Pasangan Melawan Kanker & Waktu

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect