Connect with us
Pulau Plastik
Photo via pulauplastik.org

Film

Pulau Plastik Review: Debunk Plastik Ramah Lingkungan dan Isu Mikroplastik

Angkat isu bahaya plastik sekali pakai yang didukung dengan dokumentasi perjalanan dan narasumber kredibel.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“Pulau Plastik” (Plastic Island) merupakan film dokumenter lingkungan yang kini sudah tersedia di Netflix. Film ini disutradarai oleh Rahung Nasution dan Dandhy Dwi Laksono yang rilis pada 22 April 2021, bertepatan dengan Hari Bumi Sedunia.

Dokumentasi dilakukan pada 2019 lalu, menjelang Pawai Bebas Plastik pada 21 Juli di tahun yang sama. Ada tiga tokoh aktivis lingkungan yang dominan sebagai narator kita sepanjang film, mulai dari musisi asal Bali, Gede Robi, aktivis Ecoton dari Jawa Timur, Prigi Arisandi, dan aktivis asal Jakarta, Tiza Mafira.

Meski memiliki kampanye sesederhana ‘tolak plastik sekali pakai’, dokumentasi ini memberikan segala informasi yang kita butuhkan untuk memahami; mengapa kita harus berhenti menggunakan plastik? Mengikuti perjalanan ketiga aktivis dalam “Pulau Plastik”, kita akan menemukan banyak fakta dan pelajaran yang mencelikan bahwa kampanye ini tidak sesederhana kelihatannya.

Pulau Plastik

Napak Tilas Dampak Sampah Plastik pada Lingkungan dari Bali sampai Jakarta

“Pulau Plastik” dibuka dengan eksperimen sampah plastik yang akan membuat penonton penasaran, dimana hasilnya baru akan diungkap pada akhir film. Perjalanan kita akan diawali oleh Gede Robi di Bali. Ia mengungkapkan dilemanya sebagai orang tua yang mengkhawatirkan masa depan anaknya, Rimba. Meski sulit untuk memberikan dampak yang besar secara cepat, setidaknya Robi ingin menunjukan bahwa Ia mengambil bagian dan tidak tinggal diam untuk mengusahakan warisan lingkungan kepada anaknya.

Perjalanan Robi akan semakin menarik ketika Ia bertemu dengan Prigi Arisandi di Gresik, Jawa Timur. Dari sini, kita akan mulai menelusuri asal mula limbah sampah yang menumpuk di perairan Indonesia, hingga berbagai footage uji lab yang mereka lakukan di laboratorium Ecoton.

“Pulau Plastik” menjadi format film dokumenter klasik yang semakin jarang di produksi di industri perfilman. Semua footage dokumentasi dalam film ini diambil dari perjalanan, investigasi, wawancara narasumber, hingga dokumentasi event yang otentik. Ketika berbicara tentang uji lab akan kontaminasi mikroplastik pada air sungai hingga feses manusia, kira benar-benar melihat para aktivis ini melakukannya uji lab sekaligus hasilnya.

Ketika bicara tentang sampah import yang datang dari negara maju ke Indonesia, Robi dan Prigi datang langsung ke tempat pengolahan sampah dan membeli sampah hingga 1 truk. Kita akan melihat langsung setiap bungkus sampah dari negara lain yang tidak terduga bisa ditemukan di tanah kita.

Debunk Plastik Ramah Lingkungan dan Isu Mikroplastik

Masyarakat Indonesia memiliki ketergantungan yang cukup besar terhadap penggunaan kantong plastik. Salah satu alternatif yang banyak digunakan oleh industri dewasa ini adalah plastik ramah lingkungan. Satu lagi isu yang ingin disampaikan oleh film dokumenter ini adalah debunk plastik ramah lingkungan. Apakah benar inovasi kemasan seperti bioplastic dan sejenisnya merupakan solusi untuk menghentikan pencemaran lingkungan?

Setiap kali aktivis dalam dokumentasi ini menemukan pemahaman baru dalam penelusuran memahami sampah plastik dan dampaknya pada lingkungan, mereka tak lantas hanya menarik kesimpulan sendiri. Temuan seperti mikroplastik pada tubuh manusia, kemudian dibawah ke narasumber peneliti untuk memperkuat hasil temuan. Ada peneliti dari Universitas Airlangga, IPEN, hingga LIPI yang mendukung kredibilitas informasi dari film dokumenter ini.

Recycle dan Reuse Terus, Reduce-nya Kapan?

“Pulau Plastik” memiliki kronologi yang rapi sebagai naskah film dokumenter tentang isu lingkungan, dimana gong-nya ada pada event Pawai Bebas Plastik. Namun, film dokumenter ini tidak ingin menonjolkan event besar tersebut. Dengan fakta ada banyak nama besar yang kita lihat pada pawai tersebut (mulai dari Kaka Slank hingga Susi Pudjiastuti) Film ini menjadi latar belakang yang menjelaskan mengapa mereka turun ke jalan pada 21 Juli 2019. Bahwa mereka memiliki alasan yang kuat untuk mengusahakan regulasi penghentian penggunaan kantong plastik.

Selama ini kita familiar dengan tindakan daur ulang (recycle) dan kampanye reuse saja. Padahal ada tindakan pencegahan yang bisa kita lakukan untuk menghentikan ancaman sampah plastik, yaitu dengan berhenti menggunakan kemasan dan kantong plastik (reduce).

“Pulau Plastik” merupakan film dokumenter lingkungan yang tak hanya mengedukasi dan informatif, film ini juga berhasil menunjukan urgensi bagi kita semua dalam mengindahkan gaya hidup bebas plastik.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect