Connect with us
One Hour Photo

Film

One Hour Photo: Ketika Dedikasi Menjadi Obsesi

Akting memukau Robin Williams sebagai sosok penguntit yang ramah dan menyeramkan.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

‘One Hour Photo’ adalah film thriller psikologis yang rilis pada tahun 21 Agustus 2002. Dengan durasi selama 96 menit, film ini disutradarai oleh Mark Romanek dan diproduksi oleh Catch 23 Entertainment, Killer Films, dan John Wells Productions.

Robin Williams memerankan Sy Parrish sebagai tokoh sentral, Connie Nielsen sebagai Nina Yorkin, Michael Vartan sebagai Will Yorkin, dan Gary Cole sebagai Bill Owens. Film ini meraih kesuksesan dengan total penjualan lebih dari 52 juta dolar AS dari anggaran sekitar 12 juta dolar AS.

Kesuksesan film ini juga terbukti dengan meraih beberapa nominasi penghargaan, termasuk Robin Williams sebagai Best Actor di Critics’ Choice Movie Awards, Satellite Awards, dan Saturn Awards. Sebelum rilis, film ini lebih dahulu mengikuti Festival Sundance pada 13 Januari 2002.

One Hour Photo

Sy Parrish adalah seorang teknisi foto yang hidup sendiri dalam rutinitas yang datar, tetapi berdedikasi dengan pekerjaannya. Dari sekian pelanggan yang ditanganinya, Sy terobsesi dengan keluarga Yorkin yang dianggap ideal. Akibat obsesi tersebut, Sy menyalin lebih banyak foto keluarga Yorkin dari seharusnya dan menjadi tidak fokus dengan kinerjanya sendiri dan Sy pun dipecat dari pekerjaannya.

Ketika memeriksa tugas terakhirnya, Sy menyadari Will Yorkin yang berselingkuh dan berhasil memergokinya di hotel. Akan tetapi, polisi juga tiba dan menangkap Sy dengan tuduhan ancaman setelah mengambil foto anak dari mantan bosnya secara diam-diam. Dalam interogasi, polisi hanya menemukan foto furnitur hotel dan meninggalkannya kembali berimajinasi dengan keluarga Yokin dalam sebuah foto.

Obsesi yang Mengubah Orang Biasa menjadi Mengancam

Genre thriller sering dilekatkan dengan figur-figur yang sudah menyeramkan sejak penampilan dan karakternya. Sy adalah figur yang biasa dari luar dan bahkan kesulitan untuk bersosialisasi, tetapi ia membuktikan seorang yang terlihat paling tidak mengancam pun dapat menjadi berbahaya. Sy tidak melakukan kejahatan apa-apa kecuali mengambil foto tanpa izin. Obsesi menjadi motif yang cukup jelas untuk menegaskan nuansa thriller dalam film ini.

Meskipun obsesinya hanya terwujud dalam imajinasinya sendiri, Sy terdorong untuk melakukan tindakan yang lebih jauh untuk memertahankannya. Ia sudah menyiapkan pisau dan berani mengonfrontasi Will dengan rasa kecewa dan ancaman. Ekspresi tersebut bahkan tidak pernah ditunjukkannya di sepanjang film.

Kemampuan akting Robin Williams pun teruji dalam memerankan tokoh tersebut. Riwayat karirnya sebagai komedian terlihat membantu dalam menyajikan karakter Sy yang ramah. Akan tetapi, ia juga mampu menampilkan sosok yang mengancam ketika Sy menjadi serius dengan obsesinya. Perubahan dari sosok yang kikuk menjadi serius disajikannya secara natural.

Karakter yang serius tidak selalu terlihat dengan mimik muka yang tegang, tetapi juga dengan tetap memasang senyum. Robin Williams secara jenius menempatkan aspek mata sebagai kunci untuk membedakan antara senyum Sy yang benar-benar ramah dan senyum creepy layaknya seorang psikopat.

Satu Lagi Thriller yang Dekat dengan Kehidupan Sehari-hari

Pengambilan gambar dalam film ini berusaha memaksimalkan aspek estetiknya, terutama ketika Sy bereksplorasi dalam imajinasinya. Meskipun demikian, sutradara memahami potensi thriller dengan memfokuskan pengambilan gambar ke arah ekspresi para pemeran, terutama tokoh-tokoh yang terdampak langsung akibat tindakan Sy. Teknik zoom in secara ekstrem ditujukan kepada Sy untuk mempertegas intensinya dari sosok penguntit, putus asa, hingga menjadi pembalas dendam.

Penyusunan latar juga memerhatikan kondisi masing-masing karakternya. Rumah keluarga Yorkin yang berantakan memberikan petunjuk atas nasib mereka di masa depan. Di sisi lain, rumah Sy yang rapi, kosong, dan dapur yang didominasi nuansa putih menggambarkan kehidupannya yang monoton.

Sinematografi juga terlihat lihai dengan memanfaatkan ruang merah (tempat cuci film foto) untuk mendukung titik balik karakter Sy yang mengalami frustasi. Pusat perbelanjaan yang menjadi tempat kerja Sy juga disusun dengan color tone yang ramah untuk menampilkan kegiatan Sy yang dapat terhubung dengan kehidupan sehari-hari.

Soundtrack tidak hanya terdiri dari lagu instrumental yang mendukung nuansa intens dalam film ini, tetapi juga beberapa lagu yang terdengar lebih pelan. Secara tidak sadar, jenis lagu yang lebih pelan ini justru yang mengarahkan kepada obsesi Sy. Imajinasinya terasa seperti kenangan indah yang  diingat dengan perlahan sehingga dibutuhkan iringan instrumental yang mampu mengiringnya dengan tempo yang sama.

‘One Hour Photo’ menyajikan konsep thriller yang cukup menegangkan karena lekat dengan kehidupan sehari-hari. Film ini juga membuktikan kualitas Robin Williams yang menyeberang dari genre komedi dan drama.

24 Jam Bersama Gaspar 24 Jam Bersama Gaspar

24 Jam Bersama Gaspar Review: Petualangan di Negeri Distopia Suram

Film

Damsel Damsel

Damsel Review: Aksi Menegangkan Millie Bobby Brown Melawan Naga

Film

American Fiction Review American Fiction Review

American Fiction Review: Film Satir Sajikan Prespektif Baru dari Black Culture

Film

Bradley Cooper Bradley Cooper

10 Film Bradley Cooper Terbaik dan Terpopuler

Cultura Lists

Connect