Quantcast
Menyelami ‘I Love You’ Milik Sofie Verbruggen - Cultura
Connect with us
The Housemaid Korea
Photo via chezbartizze.com

Music

Menyelami ‘I Love You’ Milik Sofie Verbruggen

Lirik “I Love You” sederhana, tapi punya kedalaman yang mengejutkan.

Di ruang tamu kecil yang diterangi lampu kuning redup, Dina memutar piringan hitam lawas peninggalan ibunya. Jarum menyentuh permukaan vinil dengan gesekan halus, lalu terdengar suara lembut yang segera memenuhi ruangan: “Since the day we met, it seems like heaven came to me…” Suara itu datang dari Sofie—seorang penyanyi yang mungkin tak lagi dikenal generasi TikTok, tapi bagi sebagian orang yang tumbuh di era 1980-an, namanya seperti bisikan nostalgia yang manis. Lagu itu berjudul “I Love You”, sebuah balada cinta yang meluncur lembut dari negeri Belanda pada tahun 1982.

Bagi Dina, gadis 27 tahun yang menggemari musik retro, suara Sofie adalah temuan langka. “Aku menemukannya di YouTube waktu lagi cari lagu-lagu oldies,” katanya sambil tersenyum. “Awalnya kukira lagu pop biasa, tapi semakin didengar, liriknya seperti berbicara tentang cinta yang jujur sekaligus berani.”

Di era musik serba digital dengan ritme cepat dan beat sintetis, lagu “I Love You” terasa seperti surat cinta yang dikirim lewat pos—pelan, hangat, dan sarat makna. Tak ada dentuman bas berlebihan, tak ada efek vokal yang berlapis. Hanya piano, petikan gitar lembut, dan suara Sofie yang bersih, jernih, dan sedikit serak di ujung nada.

Cinta yang Lugas dan Teguh

Lirik “I Love You” sederhana, tapi punya kedalaman yang mengejutkan. Ia bukan sekadar pengakuan cinta, melainkan juga pernyataan tentang martabat dan keteguhan hati. “I am honest, not untouchable. I’m a woman but not weak,” begitu salah satu baitnya. Kalimat itu terasa seperti manifesto kecil tentang cinta dan harga diri.

Di tangan Sofie, kata-kata itu tidak terdengar garang, melainkan lembut namun pasti. Ia menyuarakan sosok perempuan yang tahu apa yang ia mau—mencintai tanpa kehilangan diri sendiri. Sebuah pesan yang masih relevan bahkan empat dekade setelah lagu ini lahir.

Dalam wawancara lama yang dikutip dari arsip radio Belanda, Sofie pernah mengatakan bahwa ia ingin menyanyikan lagu cinta “tanpa kepalsuan.” Ia tidak ingin sekadar menjadi wajah cantik di sampul album, tapi juga perempuan yang menyampaikan isi hatinya. Dan mungkin itu sebabnya, “I Love You” tidak terjebak dalam sentimentalitas murahan. Ia jujur, bahkan ketika bicara tentang ketakutan kehilangan.

“I’m fighting for my honour
And I don’t like second hand
But I will always love you.”

Kalimat terakhir itu seperti napas panjang yang menutup setiap pertengkaran dalam hubungan, atau mungkin doa kecil yang dibisikkan kepada seseorang yang mulai menjauh.

Jejak di Era Piringan Hitam

Versi vinil lagu ini tercatat dirilis tahun 1982 di Belanda. Nama-nama seperti Dan Ross, Richard Gooch, dan Jack Charles Meussdorffer tercantum sebagai penulis lagu. Sementara Sofie menjadi wajah dan suara yang membuatnya hidup.

Tak banyak informasi tentang perjalanan kariernya, tapi dalam komunitas penggemar musik retro, “I Love You” sering disebut sebagai salah satu hidden gem dari awal dekade 80-an—masa ketika musik pop Eropa sedang mencari keseimbangan antara disko yang mulai surut dan gelombang synth-pop yang baru lahir.

Album So Far So Good, yang memuat lagu ini, sempat beredar di sejumlah negara Eropa. Namun popularitasnya tak pernah meledak secara global. Ia beredar pelan, seperti riak kecil yang tak menghebohkan, tapi tetap meninggalkan bekas. Di YouTube, beberapa versi lagu ini diunggah ulang oleh para penggemar. Salah satunya menampilkan tulisan sederhana di layar: “For those who still believe in love, no matter how old you are.”

Dari Rotterdam ke Ruang Tamu Dina

Ketika Dina mendengar lagu itu untuk pertama kalinya, ia tak tahu apa-apa tentang Sofie, apalagi siapa para penulis lagunya. Tapi entah mengapa, lagu itu terasa akrab. “Mungkin karena nadanya seperti lagu yang sering kudengar dari kaset ibu waktu kecil,” katanya. Sejak itu, “I Love You” menjadi bagian dari playlist paginya.

Setiap kali lagu itu diputar, Dina merasa seperti diajak kembali ke masa yang lebih lambat—ketika cinta tak diukur dengan kecepatan pesan WhatsApp, dan kesetiaan bukan sekadar status di media sosial. Ia mulai mencari tahu lebih jauh, menemukan bahwa Sofie berasal dari Belanda dan pernah aktif bernyanyi di awal 1980-an. “Lucunya, aku bahkan mulai tertarik mengoleksi vinil lama gara-gara lagu ini,” ujarnya sambil tertawa.

Pesan yang Tak Lekang

Empat puluh tahun setelah dirilis, “I Love You” mungkin tak lagi diputar di radio, tapi pesannya tetap hidup: cinta yang sehat lahir dari kejujuran dan penghargaan terhadap diri sendiri. Di masa kini, ketika lagu-lagu cinta sering dibungkus dengan kata-kata rumit atau permainan metafora berlapis, kejujuran Sofie terasa menyegarkan.

Musik memang punya cara unik untuk menembus batas waktu. Ia bisa menjembatani generasi, seperti Sofie yang tanpa sadar menjadi teman minum kopi bagi Dina di pagi hari. Dalam dunia yang serba cepat dan gaduh, lagu ini seperti mengajak kita berhenti sejenak—mendengarkan, merasa, dan mengingat bahwa cinta tidak selalu tentang drama besar; kadang ia hanya tentang keberanian untuk tetap jujur.

Di akhir lagu, ketika Sofie menyanyikan “I love you…” dengan nada yang meluruh perlahan, Dina menutup matanya. Di ruang sunyi itu, ia merasa seakan suara lembut dari tahun 1982 sedang berbicara langsung kepadanya.

“Lucu,” katanya kemudian, “kadang lagu lawas justru terasa paling baru.”

Michael Jackson – Dangerous: Ambisi Pop yang Menentukan Masa Depan Musik Global

Music

Picture Parlour – The Parlour Picture Parlour – The Parlour

Picture Parlour – The Parlour: Pintu Masuk ke Dunia Rock Baru yang Penuh Imajinasi

Music

Lorde Virgin Lorde Virgin

Lorde ‘Virgin’ Album Review: Pengakuan Diri yang Sunyi dan Penuh Luka

Music

Thriller’ Returns to the Top 10: Michael Jackson Breaks a Six-Decade Record Thriller’ Returns to the Top 10: Michael Jackson Breaks a Six-Decade Record

‘Thriller’ Returns to the Top 10: Michael Jackson Breaks a Six-Decade Record

Music

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect