Connect with us
men in black international review
Sony Pictures

Film

Men in Black: International Review

Melihat kualitas produk akhir, keputusan untuk memproduksi M.I.B: International sepertinya patut dipertanyakan.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Men in Black: International merupakan sebuah spinoff dari trilogi populer Men In Black (1997-2012) yang dibintangi oleh aktor berbakat Will Smith. Bagi yang asing dengan franchise ini, Men In Black: International bercerita tentang sebuah organisasi rahasia bernama M.I.B (Men in Black) yang mengurus interaksi alien di bumi sekaligus menjaga bumi dari ancaman yang sama. Berbeda dengan trilogi sebelumnya, kali ini M.I.B: International tidak dibintangi oleh aktor andalannya Will Smith tetapi dibintangi oleh Tessa Thompson yang memerankan karakter ‘Agent M’. Tidak sendirian Tessa Thompson kembali berduet dengan Chris Hemsworth seperti film Thor: Ragnarok pada tahun 2017. Menggunakan karakter utama perempuan membuat sebuah pertanyaan baru apakah seharusnya film ini berjudul Women In Black? Tenang saja, film ini sadar diri dan membahas ironi ini dalam salah satu adegan.

Sejak film pertamanya di tahun 1997, Men in Black menjadi film ‘buddy cop’ dengan sebuah twist yaitu keberadaan alien di bumi. Masih menggunakan formula yang sama, M.I.B: International juga masih bermain dengan tipe cerita ini. Tessa Thompson yang memerankan ‘Agent M’ dengan cepat menarik simpati penonton dengan latar belakang manis yaitu sebuah flashback ketika Agent M kecil menolong seorang alien.

mib international review

Sony Pictures

Pertemuan takdir tersebut membangun motivasi kuat dalam karakter M untuk mencari organisasi rahasia pengurus alien M.I.B. Motivasi baja, kerja keras serta sifat keras kepala agent M untuk membuktikan keberadaan alien serta M.I.B menjadi salah satu alasan penonton dapat dengan mudah tertarik dengan karakter M. Sayangnya secara bersamaan beberapa hal ini diwujudkan dengan aksi yang tidak logis bahkan bisa dibilang terlalu mudah untuk karakter M. Rasanya tidak ada perjuangan atau kesulitan (obstacle) dalam Agent M menemukan bahkan masuk kedalam markas dari M.I.B. Selain itu, pertemuan takdir masa kecilnya dengan alien menjadi motivasi yang lemah dan rasanya terlalu dipaksakan karena tidak masuk akal. Bagaimana mungkin seorang anak yang kira-kira berumur 6 tahun dapat mencerna dan mengingat momen tidak masuk akal yang terjadi didepannya hingga 23 tahun lamanya? Untungnya hal ini masih menjadi masalah minor yang bisa dimaklumi.

Masalah berikutnya datang dari plot yang terlalu lamban atau bisa dibilang hanya membuang-buang waktu. Pertemuan Agent M dengan Chris Hemsworth ‘Agent H’ memakan waktu hingga tiga puluh menit lamanya. Hal ini menjadi fatal karena sebagai film buddy cup duo, interaksi keduanya menjadi fokus bahkan memulai cerita sehingga seharusnya mereka bertemu jauh lebih awal. Dengan kata lain, pertemuan yang kira-kira berada di menit 30 adalah garis start dimulainya plot cerita di film ini. Entah ada masalah di penulisan, penyutradaraan atau pemotongan, babak pertama yang berjalan 30 menit terasa membuang waktu karena tidak menjadi setup yang baik dan hanya berisi eksposisi yang kurang penting.

mib international review

M.I.B: International

Karakter ‘Agent H’ juga terasa tidak spesial karena menjadi karakter dua dimensi yang sudah umum. Agent H menjadi karakter pria tampan yang berbakat namun tidak tahu aturan; Sehingga sepanjang film ia berusaha menjadi versi terbaik dari dirinya belajar dari Agent M. Jenis karakter diatas sudah sangat umum dan sering didengar sehingga sulit rasanya penonton untuk bersimpati dengan karakter Agent H. Mungkin karakter Agent H hanya dapat menarik bagi penonton perempuan karena ketampanannya. Padahal dengan aktor sekelas Chris Hemsworth banyak potensi luar biasa yang dapat diwujudkan oleh kemampuan aktingnya.

Kembali kepada masalah logika cerita, aksi Agent M sebagai member baru dalam organisasi M.I.B terasa tidak dapat dipercaya. Bagaimana mungkin seorang biasa tanpa pelatihan khusus dapat menggunakan berbagai senjata seperti professional, memanjat tebing, bahkan memiliki kemampuan bela diri untuk bertarung dengan alien? Tidak ada pembelajaran atau setting baru yang terasa asing bagi karakter Agent M sehingga rasanya Agent M adalah veteran bukan agent dalam masa ‘probation’. Jika dibandingkan pada film pertama pada tahun 1997, karakter Will Smith Agent J bahkan kesulitan menggunakan senjata pertamanya ‘The Noisy Cricket’. Ada pembelajaran serta pertumbuhan yang harus dilewati oleh Agent J sehingga tidak terjadi lompatan logika yang terasa ketika menonton aksi Agent M. Melihat film pertamanya pada tahun 1997 sadar diri dengan masalah ini menjadi sebuah pertanyaan kenapa film yang keluar 22 tahun berikutnya melakukan kesalahan yang sudah dihindari pada film pertama.

Masalah logika ini terus terjadi sepanjang film, mungkin salah satu cara menghindari masalah ini adalah setup yang baik di babak pertama. Sayangnya durasi 30 menit yang digunakan demi melakukan setup masih tidak cukup untuk menjadi dasar sebuah cerita yang baik. Sebagai sebuah film buddy cop film ini seharusnya menjadi tontonan fun yang mengundang tawa tetapi jika mengingat ulang sepertinya tidak ada satu adegan pun yang terasa lucu atau membuat tertawa. Hal ini sangat disayangkan apalagi ekspektasi penonton terhadap keseruan serta kelucuan film M.I.B sudah dipatok dengan standard tinggi lewat film Men In Black 1997. Momen fun ketika menonton film ini hanya berasal dari karakter ‘Pawny’ yang suaranya diisi oleh Kumail Nanjiani. Seluruh adegan dimana ia terlibat terasa menghibur karena latar belakang karakter menarik yang ia miliki. Sayangnya, kemunculan serta keterlibatan Pawny juga sangat minim bagi jalan cerita.

Film ini juga tidak bisa dipuji dari segi visual karena terasa tidak spesial dan biasa saja. Berbeda dengan tahun 1997, visual effects sudah tidak bisa menjadi senjata utama yang menjadi daya tarik dalam sebuah film. Penonton modern sudah terbiasa melihat perwujudan monster serta alien dalam film. Diperlukan sebuah cerita matang yang berbeda agar penonton dapat menikmati film secara keseluruhan. Sepertinya M.I.B: International hanya menjadi sarana untuk melakukan eksploitasi meraih pendapatan sebanyak-banyaknya dengan dasar kesuksesan franchise M.I.B. Hal ini sungguh disayangkan karena hanya mencoreng nama serta kesuksesan franchise M.I.B.

Bird Review Bird Review

Bird Review: Karya Emosional dan Realis Andrea Arnold

Film

Heretic Review Heretic Review

Heretic Review: Filsafat, Budaya Populer, Agama, Keyakinan dan Fanatisme

Film

Blink Twice Blink Twice

Blink Twice Review: Debut Berani Zoë Kravitz

Film

The Crow 2024 The Crow 2024

The Crow Review: Kebangkitan Baru dengan Sentuhan Gotik Modern

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect