Tahun 2018 Love for Sale pertama dirilis. Film besutan Andi Bactiar Yusuf ini berhasil menyabet beberapa penghargaan. Diantaranya, penghargaan Best Script pada Jogja-NETPAC Asian Film Festival, Pemeran Utama Wanita Terbaik (Della Dartyan sebagai Arini), Pemeran Utama Pria Terbaik (Gading Marten sebagai Richard) dan Penulis Skenario Asli Terbaik (Andi Bachtiar Yusuf dan Irfan Ramli) di ajang Piala Citra 2018, dan banyak penghargaan lainnya. Tahun 2019 ini, Andi Bachtiar Yusuf kembali hadir dengan film garapannya, Love for Sale 2.
Berbeda dengan Love for Sale pertama, Love for Sale 2 menawarkan cerita yang lebih kompleks. Masih tentang desakan untuk segera mengakhiri masa lajang, namun kali ini datang dari keluarga. Tentu jadi satu hal yang jamak dijumpai di keluarga-keluarga Indonesia.
Adalah Ican (Adipati Dolken), pria berumur 32 tahun berdarah Padang, tinggal di Jakarta bersama ibu (Ros yang diperankan oleh Ratna Riantiarno) dan saudara-saudaranya. Pernah berkuliah di Bandung, lalu bekerja pada perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang Periklanan di Jakarta membuatnya sangat akrab dengan pergaulan di kota-kota besar. Namun semaju apapun cara berpikirnya, Ican tetap memiliki ibu yang sangat agamis dan berpegang teguh pada adat minang.
Kepercayaan dan prinsip kultural membuat desakan untuk segera menikah dirasakan cukup besar oleh Ican. Hal ini juga karena Ros memiliki beban pengalaman yang dianggapnya cukup berat dari kakak (Ariyo Wahab) dan adik Ican (Bastian Steel) yang telah lebih dulu berkeluarga. Sehingga saat ini, Ican dianggap sebagai satu-satunya anak laki-laki yang mampu mengobati kekecewaannya dalam menyikapi pernikahan anak-anaknya yang lain. Berbagai cara ia lakukan, termasuk mengenalkan beberapa perempuan yang dianggapnya mungkin cocok dengan Ican. Hingga akhirnya, kematian seorang tetangganya yang membuat ia dan keluarganya syok. Ros semakin berusaha keras mengingatkan Ican bahwa umur dan kematian tidak bisa ditebak oleh manusia, bahwa keinginan terbesar ia saat ini adalah melihat Ican segera menikah.
Ican mulai menimbang kata-kata Ros. Ia pun akhirnya memikirkan cara untuk beberapa saat meredam kesedihan Ros dengan mencari perempuan yang kurang lebih sesuai dengan karakter ibunya ini, yang cerdas, taat agama, Padang, dll. Melalui aplikasi Love.Inc, perempuan bernama Arini Chaniago (Della Dartyan) pun datang ke rumah Ican. Bertemu dengan ibu, keluarga besar, dan berkenalan dengan lingkungan sosial Ican.
Di sinilah semuanya berawal. Arini, perempuan yang mengaku kawan dekat Ican saat berkuliah di Bandung, berdarah Minang-Makassar, jago masak, penuh dengan kelembutan, pun berhasil merebut hati Ros. Semenjak Arini datang, Ros banyak berubah, ia lebih banyak ceria, sikapnya yang tadinya dingin ke menantunya pun berubah drastis.
Melihat perubahan ini pada ibunya, Ican pun akhirnya jatuh hati pada Arini. Namun singkat cerita, Arini menghilang. Persis yang terjadi di Love for Sale pertama. Kali ini, Arini tidak hanya meningalkan seorang laki-laki, namun juga segenap harapan besar ibu dan keluarga Ican.
Menyoal Pernikahan
Tidak bisa dipungkiri, secara sosial, menikah seringkali dikaitkan dengan eksistensi paripurna seseorang. Sehingga bukan hal yang mengherankan jika “kapan menikah?” jadi pertanyaan yang seolah wajib ditanyakan pada mereka yang belum mengambil keputusan untuk berkomitmen secara penuh pada lawan jenis. Pertanyaan ini dapat dijumpai di meja makan, di taman, di gang-gang perumahan, di kantor, dll.
Berbagai jenis pelabelan seperti terlalu pemilih, standar tinggi, gagal bangkit dari masa lalu, perawan tua, bujang lapuk, dan sebagainya seringkali disematkan sekenanya oleh tetangga, kawan, bahkan hingga keluarga sendiri. Label ini menembus sekat-sekat kesukuan, gender, bahkan agama. Dari banyak hal yang bisa ditemukan secara umum berlaku dimana saja, label ini adalah satu diantaranya.
Apa yang dilakukan Ican, tidak sepenuhnya bisa disalahkan. Tidak semua orang mampu berkompromi pada desakan-desakan kultural atas pernikahan, begitupun Ican. Tapi bagaimana dengan Arini? Yang pasti, bagi penonton Love for Sale (1 dan 2), keputusan akhir yang diambil Arini membuahkan perasaan yang campur aduk. Hal ini berkebalikan dengan ucapan Arini saat ditanya oleh Ican tentang alasannya memilih pekerjaan yang ia lakoni saat ini (bergabung di Love.Inc). Saat ditanya, Arini menjawab “karena ia senang melihat orang lain bahagia”. Ya betul, orang-orang menjadi bahagia dengan kehadiran Arini, namun juga harus bersiap dengan patah hati setelahnya.