Connect with us
Kim Ji-young: Born 1982
Kim Ji-young: Born 1982

Film

Kim Ji-young Born 1982: Potret Patriarki di Korea

Bagaimana patriarki membunuh masa depan para perempuan ketika berumah tangga?

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Feminisme merupakan isu yang kontroversial di Korea. Potret masyarakat yang patriarki telah menggerus banyak hak-hak perempuan dalam hidup. Sejak lahir, anak lelaki dengan anak perempuan diperlakukan berbeda. Anak lelaki adalah kebanggaan keluarga. Ia disayang, dimanja, dan diperhatikan sepenuhnya. Sebaliknya anak perempuan dituntut ini dan itu. Ia harus cantik, diam, tenang, memikirkan keluarga, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, hingga mengalah bila disisihkan. Meski pandangan semacam ini tak hanya ada di Korea tetapi di berbagai belahan dunia lain, ada unsur lokalitas yang kental dalam film ini. Misalnya masalah pornografi.

Spy cam yang diletakkan di kamar mandi perempuan telah meresahkan publik Korea sejak waktu lama. Jumlahnya pun tidak hanya satu dua kasus saja tetapi banyak. Hasil rekamannya lalu disebarluaskan di situs web atau melalui group chat. Inilah mengapa isu semacam ini beberapa kali diangkat di dalam drama. Begitu pula risiko bagi para bapak yang mengambil cuti melahirkan (paternity leave). Walaupun cuti tersebut merupakan hak bagi seorang lelaki tetapi perusahaan acapkali melakukan diskriminasi. Orang yang mengambil paternity leave mendapat risiko terlambat mendapat promosi jabatan.

Jadi, apakah film ini hanya berisi ceramah feminis saja tentang buruknya hidup di bawah ketiak patriarki? Tentu saja bukan. Cerita berpusat pada hubungan pasangan suami istri Kim Ji Young (Jung Yu Mi) dan Jung Dae Hyun (Gong Hyoo). Mereka memiliki putri cantik berusia 26 bulan. Demi mengurus sang putri, Ji Young menjadi ibu rumah tangga. Sebenarnya tak ada masalah keuangan di antara mereka. Dae Hyun mampu mencukupinya. Namun masalah itu mulai muncul ketika Ji Young tidak menyadari bahwa ia tertekan. Ia mengalami post partum depression.

Kondisi ini diperparah dengan sang ibu mertua yang tidak pengertian dan sangat membeda-bedakan perlakuan antara anak dengan menantu. Ji Young sebagai menantu diperlakukan layaknya asisten rumah tangga yang tak digaji. Ia diharapkan sehat, kuat, mampu menjaga diri, menjadi istri sekaligus ibu yang sempurna, dan mendukung karir suami. Meski ia pintar dan dulunya memiliki karir yang bagus, hal itu tidak dinilai. Ia hanya diperhatikan bila berhasil menjadi seorang ibu. Rekan kerja di kantor hingga orang asing di taman pun mengkritiknya atau ibu yang lain.

Kim Ji-young Born 1982

Kim Ji-young: Born 1982

Awalnya Ji Young hanya merasa kurang bersemangat. Ia mulai mudah lupa dan jengkel. Namun ia mulai meracau. Sikapnya seakan ia adalah orang lain. sebenarnya Dae Hyun menyadari kondisi tersebut dan berusaha mendorong istrinya ke psikiater. Sayangnya Ji Young tidak sadar bahwa ia dalam kondisi depresi dan membutuhkan pertolongan. Sementara itu Dae Hyun terlalu takut dan khawatir untuk mengatakan yang sebenarnya. Ia merasa bersalah karena menurutnya Ji Young menjadi sakit setelah menikahinya.

Post partum depression bukanlah fenomena baru di dunia medis. Masalahnya masyarakat masih menganggap kesehatan jiwa sebagai hal yang sepele dan tabu untuk dibicarakan. Orang seperti Ji Young tentu saja ada banyak di luar sana. Tapi ada berapa banyak yang mendapatkan pertolongan? Berapa banyak yang didukung oleh pasangan dan keluarga? Jawabannya mungkin tak banyak. Ji Young dan ibu-ibu lain dituntut untuk menyelesaikan sendiri masalahnya dalam hening tanpa diperkenankan mendapatkan uluran tangan. Padahal mereka bukan superhero.

Masalah lain adalah keluarga besar dari pihak suami maupun istri yang abai dengan masalah ini. Ibu mertua yang ikut campur, ayah kandung yang menyalahkan, hingga adik kandung yang cuek seakan menjadi bom waktu. Harus kita akui inilah gambaran rumah tangga sebagian besar pasutri di Benua Asia. Mereka tak leluasa untuk hidup karena selalu ada mulut-mulut yang ikut membuat keputusan. Acara keluarga akhirnya menjadi momen yang menyesakkan. Hal ini juga mendorong Dae Hyun untuk menghindari acara kumpul keluarga demi kesehatan mental sang istri.

Kim Ji Young Born 1982 memiliki alur yang lambat dan maju mundur. Bagi beberapa penonton mungkin film ini akan terasa membosankan. Namun ini adalah keputusan yang tepat. Film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Jo Nam Joo ini disutradarai oleh Kim Do Young, seorang aktris yang telah malang melintang di industri hiburan Korea. Ia sekaligus sebagai penulis skenario, berduet dengan Yoo Young A. Ketika film berjalan lambat maka penonton akan lebih mampu menyelami perasaan Ji Young. Ia merasakan waktu berjalan sangat lambat dan membuat frustasi. Ia melihat matahari terbenam dengan perasaan gelisah.

Ada banyak scene di mana kita hanya akan melihat keheningan saja. Atau shoot close up wajah aktor dan aktrisnya dengan handheld camera. Hal ini dilakukan sebagai upaya menyorot maksimal raut emosi para pemainnya. Inilah gambaran yang dirasakan banyak pasutri di luar sana ketika tak mampu berkata-kata saat mengalami masalah. Mereka akan terdiam karena tak memiliki hal lain untuk melanjutkan pembicaraan. Momen tersebut membuat kondisi menjadi lebih sendu. Kim Ji Young Born 1982 sungguh layak menyandang predikat lima besar film Korea terbaik tahun ini.

12.12: The Day 12.12: The Day

12.12: The Day Review – Kudeta Militer dan Periode Tergelap Korea Selatan

Film

Look Back Review Look Back Review

Look Back Review: Nostalgia & Tragedi

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

We Live in Time We Live in Time

We Live in Time Review: Perjuangan Pasangan Melawan Kanker & Waktu

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect