Quantcast
Killers of the Flower Moon Review: Adaptasi True Crime Berkelas Martin Scorsese - Cultura
Connect with us
Killers of the Flower Moon
Apple

Film

Killers of the Flower Moon Review: Adaptasi True Crime Berkelas Martin Scorsese

Killers of the Flower Moon nominasi Best Picture Oscars 2024 bisa di-streaming di Apple TV+.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“Killers of the Flower Moon” adalah salah satu film yang masuk nominasi Best Picture Oscars 2024. Martin Scorsese mendapatkan nominasi ke-10-nya sebagai Best Director, menjadikan sutradara yang masih hidup dengan raihan nominasi terbanyak dalam kategori tersebut saat ini.

Semakin berumur, film-film sutradara legendaris ini semakin berbobot, terutama dalam segi muatan naskah. Film yang dibintangi Leonardo DiCaprio, Robert De Niro, dan Lily Gladstone ini mengangkat sejarah kelam dari Suku Asli Osage di Oklahoma, Amerika Serikat.

Berlatar pada tahun 1920an, Suku Osage di Oklahoma menjadi sekelompok masyakat yang sejahtera karena warisan minyak mereka. Ketika pembunuhan berantai terstruktur terjadi di keluarganya, seorang wanita Osage, Mollie Burkhart, menarik perhatian badan investigasi negara (kini dikenal sebagai FBI), untuk mencari dalang sesungguhnya dari fenomena pembantaian demi profit materi Suku Osage tersebut. Naskah yang ditulis oleh Eric Roth bersama Scorsese ini diadaptasi dari buku dengan tajuk serupa oleh David Grann.

Killers of the Flower Moon

Adaptasi True Crime dengan Cita Rasa Berkelas Martin Scorsese

“Killers of the Flower Moon” adalah film adaptasi kasus kriminal nyata. Genre ini masih jadi salah salah satu tren yang menarik sekaligus annoying. Terutama dengan menjamurnya film dan serial di platform streaming untuk genre adaptasi true crime.

Salah satu hal paling menganggu yang sering kita temukan dalam genre ini adalah visi dan misi sutradara yang dipertanyakan. Kebanyakan hanya bersifat eksploitatif hingga yang paling menyebalkan adalah (mungkin secara tidak sengaja) meromatisasi atau mengagunkan tokoh kriminal yang kisahnya sedang diangkat.

Jauh dari kualitas judul-judul adaptasi true crime yang terkenal, sutradara sekelas Scorsese memiliki visi yang jelas dalam memproduksi “Killers of the Flower Moon”. Meski sejarah tidak bisa diubah, Scorsese ingin membawa kebenaran dari kasus pembunuhan Osage ke panggung utama. Meski dalam narasi yang kelam, kita juga bisa mengapresiasi kebudayaan suku asli. Melalui film ini, kita dibuat kagum sekaligus patah hati dengan eksistensi dari Suku Osage.

Killers of the Flower Moon

Akting Berkesan Leonardo DiCaprio, Robert De Niro, dan Lily Gladstone

Leonardo DiCaprio dan Robert De Niro sudah menjadi aktor langganan Martin Scorsese. Sebagai sutradara senior Hollywood, mungkin beliau memang sudah nyaman bekerja sama dengan aktor-aktor dengan kualitas akting yang tak perlu diragukan lagi. Meski sudah sering bermain di film Scorsese, kedua aktor ini selalu tampil berbeda dengan karakter baru mereka.

Terutama DiCaprio, sebagai Ernest Burhart, ia mengeksekusi karakternya dengan aksen yang berbeda. Sebetulnya aktingnya layak sekali masuk nominasi Oscars 2024. Setidaknya Robert De Niro yang akhirnya masuk nominasi Best Supporting Actor.

Aktris baru dalam film Martin Scorsese, Lily Gladstone benar-benar mencuri perhatian dalam film ini. Sudah semestinya masuk nominasi Best Actress dan menjadi salah satu kandidat terkuat. Namun selain ketiga aktor utamanya, semua aktor yang terlibat dalam film ini memberikan penampilan terbaik mereka. Mulai dari Jesse Plemons hingga Brendan Fraser, bagian mereka sedikit tapi kehadiran mereka dalam setiap adegan meninggalkan kesan.

Produksi “Minimalis” Beri Panggung untuk Cerita Secara Maksimal

Menonton kualitas produksi sutradara Hollywood senior memang terasa berbeda dengan cita rasa sutradara muda. Meski sama-sama menghasilkan film yang bagus, film dari sutradara sekelas Martin Scorsese memiliki presentasi yang nyaris sempurna dalam berbagai aspek. Mulai dari sinematografi, scorring, hingga latar syuting yang otentik dan massive. Melibatkan banyak aktor dan figuran yang membauuat lokasi tampak hidup.

Namun dengan segala kemegahannya, dalam segi sinematografi dan scorring, “Killers of the Flower Moon” termasuk minimalis. Ada banyak trik visual yang dipresentasikan dengan mulus, tapi sangat mencuri perhatian. Teknik sinematografi yang ditampilkan juga variatif dan tidak repetitif, sangat memanjakan buat cinephile yang suka memperhatikan detail teknis dalam film.

Scorring yang digunakan terutama tidak berlebihan, namun cukup untuk membangun nuansa menegangkan dan tragedi yang menjadi tone utama film ini. Musik yang tidak terlalu banyak membantu kita lebih fokus pada dialog dan narasi.

“Killers of the Flower Moon” benar-benar film yang patut ditonton lebih dari sekadar apresiasi seninya, namun pesan yang ingin disampaikan oleh Martin Scorsese melalui filmnya. 3 jam adalah harga waktu yang murah untuk tidak melewatkan salah satu film terbaik dari 2023 ini.

Mickey 17 Mickey 17

Mickey 17 Review: Tawarkan Humor Gelap dan Kritik Sosial

Film

I’m Still Here (2025) Review I’m Still Here (2025) Review

I’m Still Here Review: Trauma dan Ketahanan di Tengah Kediktatoran Militer Brasil

Film

The Monkey Review: Antara Tawa dan Teror

Film

The Gorge Review: Terperosok dalam Kekacauan Naratif

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect