Connect with us
Jatuh Cinta Seperti di Film-film
Imajinari

Film

Jatuh Cinta Seperti di Film-film Review: Leburan Realita dan Fiksi Penulis

Kisah romansa semi-hypothetical yang tampil sinematik.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Setiap orang tentu memiliki arc-nya masing-masing, dimana dalam satu arc ini terdapat beragam sequence untuk memahami kejadian yang dialami orang tersebut. Seiring waktu, banyak hal yang dapat dipelajari olehnya, memberikan pengembangan diri yang dapat memberikan arti. Singkatnya, ini yang ingin diutarakan dalam ‘Jatuh Cinta Seperti di Film-film’ yang sudah hadir di bioskop.

‘Jatuh Cinta Seperti di Film-film’ merupakan drama romansa produksi Imajinari dan Cerita Films yang disutradarai oleh Yandy Laurens, sebelumnya terkenal dengan mengarahkan versi modern ‘Keluarga Cemara’ dan webseries ‘Yang Hilang dalam Cinta’.

Menempatkan Ringgo Agus Rahman dan Nirina Zubir sebagai pasangan pemeran utamanya, film ini berkisah tentang Bagus, seorang penulis naskah yang bertemu kembali dengan Hana, cinta masa lalunya yang menjanda setelah kepergian suaminya. Untuk memikatnya, Bagus menuliskan kisahnya dengan Hana ke dalam naskah film komersil, yang alih-alih menjadi romantis, justru berubah membawa konflik antara keduanya dan orang-orang sekitar Bagus.

Jatuh Cinta Seperti di Film-film

Dalam narasinya, ‘Jatuh Cinta Seperti di Film-film’ bergerak maju, mengiringi kisah Bagus dengan Hana dan orang-orang lain terdekatnya. Untuk memudahkan penceritaan kisahnya, Yandy Laurens yang juga menulis naskah film ini membagi cerita ke dalam beberapa sequence, membuat penonton seakan-akan berada dalam kisah sang pria paruh baya yang entah itu kejadian nyata atau hanya skenario film.

Yandy Laurens tampaknya membuat ‘Jatuh Cinta Seperti di Film-film’ sebagai bentuk kecintaannya terhadap film, utamanya surat cinta bagi genre drama romansa yang belakang ini pamornya menurun kala industri film Indonesia dihujani oleh film horor semenjak beberapa tahun ke belakang. Tak hanya itu, blurry lines yang hadir pada realita dan fiksi Bagus dalam kisah romansanya dengan Hana menjadikan filmnya lebih menarik untuk diikuti.

Jatuh Cinta Seperti di Film-film

Sebagai film yang berfokus sepenuhnya pada satu point of view, karakterisasi terkait Bagus tampak sangat menonjol pada ‘Jatuh Cinta Seperti di Film-film’. Bisa dibilang, Bagus dalam film ini ter-develop dengan perlahan seiring dengan false belief yang ia percayai, memberikan pengaruh juga terhadap karakter lain dalam kisah sang penulis naskah. Semuanya tertampil dengan baik di layer berkat akting memukau dari para cast-nya, utamanya Ringgo Agus Rahman, Nirina Zubir, dan Sheila Dara Aisha.

Terlepas dari cemerlangnya aspek narasi dan karakterisasi pada ‘Jatuh Cinta Seperti di Film-film’, technical aspect dari film arahan Yandy Laurens ini juga tak bisa dipandang sebelah mata. Salah satu hal paling mencolok dari teknisnya adalah pemakaian color tone monokrom, memberikan kesan artsy dan secara tak langsung mensugesti penonton untuk semakin terserap ke dalam ceritanya. Selain itu, penggunaan ragam shot yang dikemas sebagai gimmick film dalam filmnya juga tersaji dengan baik.

Akhir kata, ‘Jatuh Cinta Seperti di Film-film’ merupakan kisah cinta orang-orang paruh baya yang sekaligus menjadi surat cinta pada industri film Indonesia dengan segenap seluk-beluk dalam ceritanya. Premis simple tersebut, didukung dengan gimmick sinema lain membuat film arahan Yandy Laurens ini sangat wholesome dan layak dinikmati di layar bioskop.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect