Connect with us
Interview With the Vampire
Tom Cruise seduces a victim in a scene from the film 'Interview With The Vampire: The Vampire Chronicles', 1994. (Photo by Warner Brothers/Getty Images)

Film

Interview With the Vampire Review: Kisah Vampir Berjiwa Manusia

Louis adalah sosok vampir yang memiliki pandangan dan perkembangan karakter menarik sebagai vampir.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Film bertema vampir pada umumnya kerap menyajikan tema romansa dramatis dan aksi fantasi. Mulai dari “Twilight” saga yang menjadi pujaan setiap remaja perempuan millennial, hingga koleksi klasik seperti “Bram Stoker’s Dracula” (1992). Sementara pada era 2000-an ke atas, lebih banyak adaptasi tema makhluk penghisap dari ini sebagai semesta action thriller seperti “Underworld” (2003), “Van Helsing” (2004), dan masih banyak lagi.

Cukup sulit menemukan film bertema vampir yang tidak melulu tentang cinta atau perburuan antara Dracula dan Van Helsing, kecuali “Interview with the Vampire” (1994).

Diadaptasi dari novel karya Anne Rice dengan judul sama pada 1976, film ini lebih kental dengan nuansa drama ghotic, dengan Louis (Brad Pitt) sebagai protagonisnya. Di era modern, seorang jurnalis tertarik untuk mewawancarai Louis. Tanpa mengetahui identitas aslinya, tak butuh waktu lama hingga jurnalis tersebut menyadari bahwa Ia sedang berbicara dengan narasumber yang tidak biasa.

Interview With the Vampire

Louis Sang Vampir yang Memiliki Kisah Menarik sebagai Narasumber

Tanpa mengangkat karakter fiksi dalam skena tema vampir klasik yang selalu sama (Dracula, Van Helsing), Neil Jordan menciptakan semesta vampir modern terbaru melalui film adaptasinya ini. Dimana dalam kisah ini, kita akan menyimak kisah protagonis bernama Louis.

Lebih dari sekadar manusia yang diubah menjadi vampir, Ia memiliki penokohan yang menarik, kemudian berkembang menjadi kisah yang progresif. Tanpa memahami konsekuensi menyerahkan diri kepada ‘kegelapan’, Louis adalah vampir yang memiliki jiwa manusia. Ia lebih rela minum darah tikus daripada membunuh manusia tak bersalah. Hal inilah yang akan menjadi pergulatan terbesarnya sepanjang film. Tanpa Ia sadari, poin tersebut ‘lah yang membuatnya berbeda dari vampir tak bermartabat lainnya.

Film ini dibawakan secara naratif oleh protagonisnya sendiri, sesuai dengan tema dimana keseluruhan kisah ini adalah sebuah wawancara. Buat kita yang menikmati film padat narasi dan dialog, “Interview with the Vampire” bisa menjadi hiburan yang berkualitas. Tak hanya padat narasi, ada keseimbangan antara konten kekerasan maupun gore yang bisa kita saksikan dalam adegan-adegan tertentu.

Interview With the Vampire

Menjadi Saksi Debut Akting Kirsten Dunst, Melihat Sisi lain dari Tom Cruise dan Brad Pitt

“Interview with the Vampire” merupakan film debut akting bagi aktris Kirsten Dunst, dan Ia berhasil memberikan penampilan terbaiknya. Berawal dari gadis lugu yang hanya haus dara karena naluri, kemudian berubah menjadi vampir rakus dengan ambisi besar jika menginginkan sesuatu.

Mengingat umurnya yang saat itu masih 11 tahun, Kirsten mampu tampil percaya diri, ekspresif, sebagai wanita dewasa yang terjebak dalam tubuh vampir anak-anak. Bisa menjadi referensi yang menarik untuk melihat perkembangan Kirsten sebagai aktris yang masih eksis hingga saat ini.

Kita juga berkesempatan melihat penampilan berbeda dari Brad Pitt dan Tom Cruise, yang kini lebih banyak tampil di film action drama. Arahan akting untuk film ini sangat kental dengan nuansa teatrikal yang dramatis, mungkin terlihat berlebih bagi kita yang kurang menyukai gaya eksekusi akting seperti ini. Namun, sesuai dengan ekspektasi kita ketika film berlatar di masa lampau. Dimana perempuan masih mengenakan gaun renda dan parasol, begitu juga dengan para pria menggunakan jubah dan topi tinggi.

Film yang Seru untuk Penggemar Setia Tema Vampir

Ada banyak spektrum vibe yang bisa dieksekusi dengan tema vampir, bisa klasik, romantis, aksi, horror, bahkan dalam latar futuristik. Bagi penggemar vampir sejati yang menyukai berbagai eksplorasi latar dari makhluk abadi ini, “Interview with the Vampire” dijamin tetap menghibur.

Meski telah banyak pengaruh modern, tetap ada banyak ciri khas, karakteristik, hingga martabat vampir yang dipertahankan dalam naskah film ini.

Vampir identik dengan keabadian, pesonanya dalam segi penampilan, kharismatik, dan pastinya rasa hausnya pada darah. Louis sebagai protagonis bisa jadi merupakan salah satu karakter vampir terbaik di Hollywood.

Meski tidak ada sentuhan romansa, kesetiaannya pada sang istri secara tak langsung tetap terpancar, cukup dengan fakta bahwa Ia sama sekali tidak berpikir untuk mencari pasangan hidup sepanjang film. Hingga pada akhirnya, perkembangan karakter yang sangat bagus akan membuat kita kagum pada karakter ini. Bagaimana Ia bisa membaca apa yang setiap orang cari, kemudian menolak untuk mewujudkan.

“Interview with the Vampire” bahkan bisa dikatakan lebih menarik ketimbang “Bram Stoker’s Dracula” yang lebih populer.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect