Quantcast
Hentai Kamen Review – Superhero Absurd dengan Celana Dalam sebagai Kekuatan - Cultura
Connect with us

Film

Hentai Kamen Review – Superhero Absurd dengan Celana Dalam sebagai Kekuatan

Parodi nyeleneh yang menyentil budaya superhero dan fetisisme Jepang dalam balutan aksi konyol dan keberanian penuh gaya.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

‘HK: Forbidden Super Hero’ atau judul Jepangnya Hentai Kamen adalah film aksi-komedi Jepang yang dirilis pada tahun 2013, disutradarai oleh Yuichi Fukuda dan diadaptasi dari manga karya Keishu Ando.

Film ini mungkin terdengar seperti lelucon belaka—kisah seorang pahlawan super yang kekuatannya aktif saat ia memakai celana dalam perempuan di wajahnya—namun justru itulah kekuatan utama film ini: parodi tanpa rasa malu yang mengolok-olok segala bentuk klise superhero dan budaya pop Jepang dengan cara yang unik dan menghibur.

Meski dari luar tampak sebagai komedi slapstick berisi humor cabul, ‘HK: Forbidden Super Hero’ menyimpan satire sosial yang lebih cerdas dari dugaan awal, dibalut dalam visual absurd dan gaya bercerita over-the-top khas Jepang.

Ceritanya mengikuti Kyosuke Shikijo (Ryohei Suzuki), seorang siswa SMA biasa dengan latar belakang unik—ayahnya seorang polisi yang mengajarkan keadilan, sementara ibunya adalah dominatrix profesional. Di sekolah, Kyosuke termasuk pemuda pemalu dan biasa saja, namun ketika dia secara tidak sengaja mengenakan celana dalam perempuan di wajahnya, ia berubah menjadi “Hentai Kamen”, pahlawan super dengan kekuatan luar biasa yang berasal dari energi hasrat seksualnya.

Kyosuke pun mulai membasmi kejahatan di kota dengan kekuatannya yang tidak biasa—pose-pose sensual, kemampuan akrobatik luar biasa, dan kekuatan otot yang meledak ketika ia berada dalam “mode fetish”. Sementara itu, ia juga mencoba menarik perhatian Aiko Himeno (Fumika Shimizu), siswi baru yang menjadi cintanya.

Hentai Kamen

Alur cerita film ini cukup formulaik mengikuti jalur klasik pahlawan: kekuatan, konflik, cinta, dan klimaks. Tapi narasi konvensional ini dijungkirbalikkan dengan humor seksual yang over-the-top, menjadikan perjalanan Hentai Kamen sangat tidak biasa.

Skenario film ini ditulis dengan sadar akan absurditasnya. Dialognya sengaja dibuat bombastis, dramatis, bahkan melodramatis—tetapi justru untuk menertawakan cara film superhero konvensional membangun narasi. Humor slapstick dan satir seksual terus dilempar tanpa jeda, dari nama jurus seperti “G-string attack” hingga momen slow-motion ala anime yang diparodikan habis-habisan.

Namun di balik kelucuan yang berlebihan, terdapat subteks menarik tentang maskulinitas, ekspresi seksual, dan bagaimana masyarakat Jepang memandang tabu serta hasrat tersembunyi.

Secara visual, ‘HK: Forbidden Super Hero’ tampil dengan gaya teatrikal dan kartun. Efek visualnya sengaja dibuat berlebihan, penuh warna-warna mencolok dan ekspresi wajah ekstrem, seolah memvisualisasikan langsung dari halaman manga. Desain kostum Hentai Kamen yang hanya mengenakan G-string dan celana dalam di kepala menjadi pemandangan yang konyol tapi ikonik.

Adegan laga digarap dengan koreografi cukup rapi, bahkan meskipun dibungkus dalam nuansa komedi. Efek spesial memang tidak bertaraf blockbuster, tapi justru pas dengan nada parodikal yang diusung film ini.

Ryohei Suzuki tampil total sebagai Kyosuke/Hentai Kamen. Ia berani secara fisik dan emosional, memainkan peran yang jelas memerlukan komitmen tinggi terhadap humor fisik dan absurditas visual. Karakternya berkembang dari pemuda pemalu menjadi pahlawan yang percaya diri, meski dalam bingkai sangat tidak biasa.

Fumika Shimizu sebagai Himeno memberikan kontras manis dalam dunia gila yang diciptakan film ini, walau peran wanitanya tetap berada dalam stereotip karakter damsel-in-distress yang umum di anime atau manga era 90-an.

Tema dan Satir Sosial

Film ini dengan cerdas menyindir berbagai aspek budaya Jepang: dari represi seksual, obsesi terhadap celana dalam, sampai absurditas narasi shonen (remaja laki-laki) dalam manga. ‘Hentai Kamen’ juga mengejek gaya penceritaan film superhero barat—dari kisah asal-usul dramatis hingga pencarian jati diri—dengan humor seksual sebagai senjatanya.

‘HK: Forbidden Super Hero’ adalah film yang tidak cocok untuk semua orang. Tapi bagi mereka yang terbuka terhadap humor absurd dan satire budaya pop Jepang, ini adalah hiburan yang segar dan berani. Dengan kesadaran diri yang tinggi, performa akting yang total, dan konsep yang unik, film ini menawarkan sesuatu yang berbeda di tengah kejenuhan formula film superhero.

Film komedi aksi dengan absurditas maksimal, cerdas dalam kekonyolannya, dan mampu menyampaikan kritik sosial dengan celana dalam sebagai topengnya.

Warfare Review Warfare Review

Warfare Review – Realisme Brutal di Medan Tempur Ramadi

Film

Exterritorial (2025) Exterritorial (2025)

Exterritorial Review – Ketegangan di Wilayah Tak Bertuan

Film

Mumon: The Land of Stealth – Ketika Seni Membunuh Bertemu Hati Nurani

Film

The Stoning of Soraya M The Stoning of Soraya M

The Stoning of Soraya M. Review – Penindasan Perempuan dan Penyalahgunaan Hukum Agama

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect