Connect with us
Jurassic World Dominion
Jurassic World Dominion

Entertainment

Filosofi Dari Jurassic Park Series

Bagaimana Jurassic Park Series memberi gambaran betapa berbahayanya teknologi.

Film “Jurassic World Dominion” akan rilis pada tanggal 10 Juni 2022 menurut situs resminya. Film ini bisa dibilang sebagai penutup dari trilogy Jurassic World. Banyak orang menanti akan seri penutup ini dikarenakan kekecewaan terhadap seri sebelumnya yaitu “Jurassic World: Fallen Kingdom“ yang rilis pada tahun 2018. Beberapa kritik pedas terhadap film tersebut datang dari media besar seperti The Hollywood ReporterThe Verge, The Looper dan media-media lainnya.

Film “Jurassic World Dominion” merupakan film keenam dari keseluruhan franchise Jurassic Park. Series ini dimulai dari tahun 1993 ketika Steven Spielberg menampilkan sihir dalam wujud dinosaurus di film “Jurassic Park”. Suatu pencapaian teknologi tertinggi di masanya ketika dinosaurus berhasil diperlihatkan dengan begitu indah sekaligus mengerikan. Kenapa mengerikan? Karena dibalik kemegahan filmnya, disusul pula ketakutan yang mungkin akan terjadi di dunia nyata nantinya.

Sebuah buku berjudul “Jurassic Park and Philosophy: the Truth is Terrifying” mungkin akan memberi kita gambaran betapa mengerikan film tersebut selain melihat sosok T-Rex dan Raptor dalam wujud nyata. Buku tersebut merupakan kumpulan artikel yang melihat film “Jurassic Park” dari sisi filosofi.

Jurassic Park - Dr. Alan Grant, Dr. Ian Malcolm dan Dr. Ellie Sattler

Jurassic Park – Dr. Alan Grant, Dr. Ian Malcolm dan Dr. Ellie Sattler

Dr. Ian Malcolm dan Teori Kekacauannya terhadap taman Jurassic

Buku tersebut hampir sering menyebut karakter Dr. Ian Malcom (yang diperankan dengan menawan oleh Jeff Godblum). Dr. Ian Malcolm di film ini adalah seorang matematikawan yang memiliki spesialiasi di teori kekacauan (chaos theory). Malcolm hampir di sepanjang film menyuarakan ketakutannya terhadap rencana pembuatan taman Jurassic. Ia memprediksi dengan teori kekacauan bahwa taman Jurassic akan menjadi ladang pembantaian yang berdarah.

Percakapan Malcolm dengan ilmuwan Dr. Wu menegaskan betapa taman Jurassic sangat erat kaitannya dengan pengaplikasian teori kekacauan. Malcolm menanyakan apakah dinosaurus di taman akan berkembang biak dan dijawab oleh Dr. Wu bahwa semua dinosaurus di taman sudah diciptakan dengan jenis kelamin perempuan. Malcolm pun memberikan komentar bahwa dalam sejarah evolusi mengajarkan kita kehidupan tidak bisa dibatasi dan kehidupan pasti akan mencari cara untuk bertahan hidup.

Selain itu Malcolm juga memberikan pernyataan menarik tentang taman Jurassic. “Tuhan mencipatkan dinosaurus, Tuhan menghancurkan dinosaurus, Tuhan menciptakan manusia, manusia menghancurkan Tuhan dan menciptakan dinosaurus”. Kalimat tersebut memiliki kaitan dengan teori Charles Darwin dari bukunya On the Origin of Species. Darwin menyatakan bahwa dinosaurus mungkin merupakan bagian dari evolusi kehidupan. Musnahnya dinosaurus bisa jadi karena memang dibutuhkan untuk keberlangsungan evolusi.

Jika memang pernyataan Darwin tersebut benar maka ketika manusia akhirnya menciptakan kembali dinosaurus hal itu justru dianggap akan merusak tatanan lingkungan. Ditambah kenyataan bahwa dinosaurus hidup beribu tahun yang lalu yang tentu saja memiliki adaptasi lingkungan yang berbeda pula. Hal itu bisa menjadi kekacauan karena dianggap melanggar kodrat semesta.

Bagi Malcolm walopun akhirnya para ilmuwan di taman Jurassic tersebut berhasil menghidupkan dinosaurus tapi tidak dengan cara mengatur hidup kawanan dinosaurus tersebut. Terlebih ketika mereka juga menghidupkan kawanan dinosaurus predator di taman tersebut.

Plato dan impian John Hammond akan perwujudan sirkus kutu

John Hammond, miliuner pemilik perusahaan InGen, memiliki ambisi yang begitu besar yaitu mewujudkan adanya taman Jurassic. Hammond tidak ingin mencurangi orang-orang bahwa yang mereka lihat hanyalah sebuah ilusi seperti pada sirkus kutu, Hammond ingin mereka melihat bahwa kutu tersebut memang melompat.

Konsep perwujudan nyata ini selaras dengan yang diutarakan oleh filsuf ternama bernama Plato. Berdasarkan video pendek dari YouTube dan artikel dari Stanford Encyclopedia of Philosophy, Plato menyebutkan teori tentang bentuk. Plato menyatakan bahwa segala hal yang dilihat di sekeliling kita tidak sepenuhnya nyata. Mereka hanyalah perwujudan dari suatu kenyataan tertinggi, sesuatu yang lebih nyata yaitu bentuk.

Perwujudan sosok dinosaurus sendiri yang nyata memang belum begitu spesifik. Ahli paleontologi memvisualkan dari penemuan fosil-fosil. Gambaran umum bentuk dinosaurus adalah mereka menyerupai hewan reptil. Sama halnya dengan pertanyaan Plato, seperti apakah bentuk dinosaurus yang nyata itu?

Jurassic Park - John Hammond, Dr. Alan Grant

Jurassic Park – John Hammond, Dr. Alan Grant

Hammond mungkin menyadari hal tersebut dan ia pun berambisi untuk melampaui batas dunia sains dengan menciptakan taman Jurassic. Selain karena ingin memperlihatkan manusia wujud dinosaurus yang nyata juga ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Hammond adalah satu-satunya orang yang mendekati Tuhan karena berhasil menciptakan spesies yang sudah lama punah.

Hanya saja, apakah Hammond benar-benar berhasil menciptakan taman Jurassic yang tidak sekadar ilusi belaka? Dr. Ellie Sattler, seorang paleobotanis yang diajak Hammond untuk melihat habitat ciptaan untuk dinosaurusnya, memberikan pernyataan menarik. Dr. Sattler mengatakan bahwa taman itu sendiri hanyalah ilusi belaka. Kita tidak akan pernah berhasil menciptakan dunia yang nyata untuk dinosaurus karena masa tersebut telah lama usai. Pada akhirnya kekuatan untuk membangkitkan dinosaurus hanyalah kefanaan.

Kapitalisme samar-samar di dalam Taman Jurassic

John Hammond sebagai seorang pebisnis tentu tidak hanya sekadar ingin memperlihatkan dunia dengan taman Jurassic-nya, ada sisi kapitalis juga yang menyusul di belakang. Hal ini diperlihatkan bagaimana ambisi Hammond yang ingin membuat dinosaurus di tamannya dibuat senyata mungkin.

Dr. Henry Wu memiliki keraguan terhadap ambisi Hammond. Ia bahkan memberi saran kepada Hammond bahwa sebaiknya dinosaurus ciptaannya dibuat lebih pelan jalannya dan dibuat lebih jinak. Hammond menolak saran tersebut karena menganggap hal itu bukanlah dinosaurus yang sesungguhnya. Ketakutan Hammond karena ia takut taman Jurassic hanya akan menjadi sirkus kutu belaka dan tentu saja tidak akan meraih untung lebih banyak.

Perlengkapan senjata yang digunakan pun tidak menggunakan peluru logam seperti peluru biasanya untuk perlindungan diri tapi menggunakan peluru bius saja. Hammond menganggap dinosaurusnya ada properti mahal yang tidak boleh dibunuh begitu saja. Dari sini akhirnya terlihat bahwa motivasi utama Hammond tidaklah hanya sekadar untuk memberi hiburan semata tapi keuntungan.

Hal ini menjadi terasa menakutkan jika suatu saat apa yang dilakukan oleh Hammond tersebut benar-benar terjadi di kehidupan nyata. Ketika para miliuner memiliki ambisi untuk membuka kebun binatang yang berisi kloningan hewan-hewan di jaman purbakala hanya sekadar untuk meraih keuntungan belaka. Masalahnya adalah ketika mereka tidak memperhitungkan apa dampak yang terjadi jika spesies di jaman purbakala hidup di jaman sekarang yang jelas-jelas memiliki ekosistem yang berbeda pula.

24 Jam Bersama Gaspar 24 Jam Bersama Gaspar

24 Jam Bersama Gaspar Review: Petualangan di Negeri Distopia Suram

Film

Damsel Damsel

Damsel Review: Aksi Menegangkan Millie Bobby Brown Melawan Naga

Film

American Fiction Review American Fiction Review

American Fiction Review: Film Satir Sajikan Prespektif Baru dari Black Culture

Film

Bradley Cooper Bradley Cooper

10 Film Bradley Cooper Terbaik dan Terpopuler

Cultura Lists

Connect