“Elvis” merupakan salah satu film populer pada 2022 kemarin. Film ini disutradarai oleh Baz Luhrmann, dibintangi oleh aktor Austin Butler sebagai Elvis Presley dan Tom Hanks sebagai Kolonel Tom Parker.
Melalui sudut pandang Kolonel sebagai manajer, kita akan melihat kisah jatuh bangun dari Elvis Presley sebagai penyanyi legendaris era 50-an hingga 70-an di Amerika Serikat. Mulai dari masa kecilnya, pertemuannya dengan Kolonel sebagai awal karirnya, hingga akhir hayat penyanyi yang dijuluki sebagai King of Rock and Roll ini.
Baru-baru ini, “Elvis” resmi diumumkan sebagai salah satu nominasi Best Picture dalam Oscar 2023. Begitu pula Austin Butler yang menerima nominasi Oscar pertamanya sebagai Best Actor in a Leading Role. Buat yang ketinggalan menyaksikan “Elvis” di bioskop kemarin, film ini sedang tayang di HBO dan bisa di-streaming di HBO GO.
Perjalanan Karir Fenomenal Elvis Presley yang Ikonik
“Elvis” merupakan film biopik dengan format yang sudah sering kita temui sebelumnya. Dimana berusaha keras meng-highlight kisah sang bintang dari masa kecil, awal karir, masa kejayaan, hingga akhir hayatnya. Kurang lebih serupa dengan “Bohemian Rhapsody” (2018) biopik Freddie Mercury dan “Blonde” (2022) biopik Marilyn Monroe.
Elvis Presley juga masuk dalam skena ikon dunia hiburan legendaris seperti kedua tokoh tersebut. Penggemar maupun bukan, siapa yang tidak familiar dengan Elvis Presley? Namun apakah kita semua familiar dengan seberapa fenomenalnya Elvis pada masanya? Bisa kita lihat bahwa salah satu visi Luhrmann dalam “Elvis” adalah mengajak penonton untuk kembali ke masa kejayaan penyanyi legendaris ini. Merasakan euphoria panggung dan aura bintang Elvis yang menghipnotis para gadis pada masanya.
Bagi kita yang belum mengenal perjalanan karir atau memahami mengapa bintang satu ini sangat ikonik, akan mendapatkan banyak informasi melalui “Elvis”. Naskahnya berhasil menggaris bawahi poin-poin kesuksesan ikon musik ini. Mengapa ia menyandang gelar yang begitu besar, sensasional, dan fenomenal. Sementara bagi para penggemar, kita akan dimanjakan dengan footage penampilan ikonik Elvis Presley yang diakselerasi dengan kualitas produksi perfilman masa kini yang extravaganza. Mulai dari visual, koreografi, hingga penampilan musik rock and roll dan blues yang menjadi jati diri Elvis.
Breakthrough Performance dari Austin Butler sebagai Elvis Presley
Austin Butler terlahir untuk memerankan Elvis Presley. Hal ini bukan karena ia kebetulan mirip Elvis Presley atau faktor seperti demikian, namun karena kerja keras aktor, sutradara, dan tim dalam membangkitkan karakter Elvis. Austin Butler melakukan pendalaman karakter yang bersifat ‘portrait’, yaitu berusaha untuk memberikan penampilan yang otentik dan menyamai Elvis yang asli. Kemudian didukung dengan makeup, hairdo, dan kostum yang sangat mirip dengan footage-footage Elvis semasa hidupnya.
Mulai dari warna vokal, cara bicara, gesture, hingga tatapan mata yang dijamin akan memikat penonton. Untuk penampilan bernyanyi, Butler memang mendapat bantuan dengan sound mixing untuk bisa mendapatkan suara yang sangat mendekati suara asli tokoh. Namun presentasinya sebagai Elvis dalam menjalani kehidupannya serta tariannya yang fenomenal di atas panggung adalah hasil keringat dari Austin Butler sendiri, and he nailed it!
Tak diragukan lagi, ini adalah momen breakthrough dalam karir berkating Austin Butler. Jika Rami Malek bisa memenangkan Best Actor di Oscar 2019 sebagai Freddie Mercury, dengan kualitas akting ‘portrait’ demikian, Austin Butler patut menjadi kandidat kuat untuk memenangkan Best Actor Oscar tahun ini.
Pacing Plot dan Sinematografi yang Intens
“Elvis” memiliki durasi kurang lebih 2 jam, berusaha merangkum 42 tahun kehidupan Elvis Presley. Hal tersebut membuat film ini memiliki perkembangan plot yang sangat cepat. Kemudian dieksekusi dengan konsep editing yang dazzling, riuh, kalut, sekaligus artistik.
Sesuai dengan estetika Elvis Presley yang identik dengan panggung pertunjukan era 50-an dan panggung Las Vegas. Awalnya mungkin menyenangkan dan menimbulkan semangat pada penonton. Namun, bagi kita yang sensitif dengan pengalaman visual yang terlalu ramai dan intens, “Elvis” bisa jadi cukup melelahkan untuk ditonton selama 2 jam.
Pada akhirnya, film ini memiliki materi biopik level permukaan saja. Yaitu sebagai rangkuman kehidupan jatuh bangun The King, yang mungkin bisa kita temukan di situs informasi dan sejarah Elvis Presley di internet. Bukan materi-materi yang terlalu personal atau rahasia baru untuk diungkap dari seorang idola. Presentasinya saja yang berhasilkan menimbulkan euphoria serta berhasil membuat kita memahami, bagaimana pemuda asal Tupelo, Mississippi meraih kesuksesan di panggung Las Vegas hingga dunia.