Connect with us
Momentum Pictures

Film

Black Bear Review: Terjebak dalam Realita dan Khayalan Seorang Penulis

Plot cerita yang trippy, namun tetap menarik.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Sebagai seorang sutradara dan penulis naskah, nampaknya Lawrence Michael Levine ingin membagikan keluh kesah yang dirasakan oleh penulis dalam film terbarunya, Black Bear. Setelah sukses tayang di Sundance Festival awal tahun 2020, akhirnya Black Bear dirilis secara digital oleh Momentum Pictures pada bulan Desember tahun lalu.

Aubrey Plaza memerankan karakter utama dalam film ini, yaitu seorang sutradara film bernama Allison. Sebagai seorang sutradara, kehilangan ide saat menulis naskah adalah hal yang lumrah. Allison memutuskan untuk mencari inspirasi di tempat baru. Ia memilih sebuah penginapan di daerah pegunungan.

Black Bear Review

Momentum Pictures

Film dibuka dengan adegan Allison (Aubrey Plaza) duduk di atas dek dengan pemandangan danau berkabut di hadapannya. Tempat berkabut dan gelap mendominasi film ini. Vibe film thriller semakin diperkuat dengan latar musik yang sukses membuat tensi penonton meningkat. Selain itu, Black Bear juga menyajikan plot cerita yang membuat penasaran.

Kesempatan bagi Aubrey Plaza Menunjukkan Kualitas Aktingnya yang Berkualitas

Pada menit pertama film berlangsung, tokoh Allison sama sekali tidak berdialog maupun bermonolog. Namun, ekspresi wajahnya menunjukkan gabungan perasaan sedih dan cemas. Aubrey Plaza mampu membuat kita ikut merasakan kecemasan dari karakter yang ia perankan melalui ekspresi-ekspresinya. Beberapa kali sinematografi menyajikkan close-up shot, sehingga ekspresi tokoh Allison tergambar dengan jelas.

Dialog muncul ketika Allison sampai di penginapan. Ia bertemu dengan pasangan kekasih pemilik penginapan tersebut. Gabe (Christopher Abbott) dan Blair (Sarah Gadon) terlihat seperti pasangan kekasih yang saling menyayangi. Blair adalah seorang mantan penari, namun harus berhenti karena sedang hamil muda. Di sisi lain, Gabe juga seorang seniman yang berfokus pada dunia musik.

Black Bear memiliki dua babak cerita yang serupa, namun tidak sama. Pada babak pertama, Aubrey Plaza memerankan Allison yang berkarakter independen, pemberani, namun emosinya sulit dibaca. Di babak kedua, Aubrey Plaza mampu memerankan Allison dengan karakter yang sangat berbeda dengan Allison di babak pertama. Aubrey Plaza sukses memerankan tokoh yang sama, namun dengan karakter yang jauh berbeda dalam satu film.

Momentum Pictures

Film yang Tidak Bisa Dinikmati oleh Banyak Orang

Penonton dibuat bertanya-tanya ketika cerita dari babak kedua berlangsung di pertengahan film. Babak pertama sudah mampu menarik atensi penonton, namun tiba-tiba kita disajikan cerita yang mirip, namun berbeda pada babak kedua. Plot cerita yang trippy menjadi salah satu aspek yang menarik dalam film ini, namun mungkin beberapa penonton tidak cocok dengan alur yang membingungkan.

(Warning spoiler)

Scene yang sama beberapa kali diulang, contohnya pada scene Allison duduk di pinggir dek dengan bikini merahnya yang mencolok. Kita juga beberapa kali melihat scene saat Allison duduk sendirian di kamarnya sambil menulis. Penonton mulai mempertanyakan realita yang terjadi dalam film. Apakah mungkin dua babak cerita yang sudah kita tonton hanyalah karangan cerita yang Allison kerjakan untuk projek film selanjutnya? Jawabannya adalah benar.

Black Bear menceritakan kesulitan penulis dalam mengumpulkan ide untuk ceritanya, bahkan terkadang penulis tanpa sadar memasukkan kisah kehidupannya dalam naskah yang ia tulis. Hal tersebutlah yang dilakukan oleh Allison dalam film ini. Babak mana yang merupakan adaptasi dari kisah sebenarnya? Kita tidak dapat mengetahui babak manakah yang menceritakan autobiografi kehidupan percintaan dan karir milik Allison.

Film ini mengingatkan kita pada film produksi Netflix berjudul I’m Thinking of Ending Things (2020). Garis antara realita dan khayalan dibuat blur, layaknya dalam mimpi. Kita diajak untuk fokus pada sebuah cerita yang ternyata hanyalah khayalan orang lain.

Secara keseluruhan, Black Bear merupakan film yang menggugah. Semua aspek dalam film ini dikerjakan dengan sangat baik, walaupun mungkin plot ceritanya tidak dapat dinikmati oleh semua orang karena alur ceritanya yang unik. Black Bear sangat direkomendasikan untuk ditonton, khususnya bagi penggemar film bergenre thriller psikologikal.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect