Membuat film romantis untuk kalangan remaja memang gampang-gampang susah. Untuk bisa membuat film dengan genre tersebut, filmmaker mesti menyajikan cerita yang mudah dicerna, menarik, dan tidak klise.
Tak banyak film remaja romantis yang memenuhi kriteria tersebut, dimana salah satunya adalah “Anonymously Yours” (2021). Film asal Meksiko ini memang menawarkan beberapa hal menarik, namun sayang masih ada sejumlah hal klise yang masih tersaji.
Ide cerita dan sinematografi adalah dua hal paling menarik di film sepanjang 101 menit ini. Filmnya sendiri berkisah tentang gadis bernama Vale yang mendapatkan pesan dari sosok anonim. Pesannya cukup menarik sehingga ia tak sungkan untuk membalas. Keduanya pun memutuskan untuk saling berkirim pesan teks, dengan syarat keduanya tak boleh menelepon atau mengirim pesan suara. Vale jatuh cinta pada sosok anonim itu, sosok yang sebetulnya selalu ada di dekatnya. Ide ceritanya sungguh menarik, dimana tokoh utamanya dibuat jatuh cinta lewat pesan teks, bukan lewat adegan meet cute khas film romantis.
Sinematografinya banyak memakai medium shot dan color grading yang terlihat penuh warna. Unsur warna pada film ini membuat tampilan visualnya agak mirip dengan serial “Sex Education” (2019). Aspek visualnya semakin menarik berkat kehadiran footage film Bruce Lee, serta efek visual berupa kalimat-kalimat yang ditampilkan dengan font dan warna yang eye-catching. Di luar aspek visual, film ini punya daya tarik berupa sajian soundtrack filmnya yang catchy, dimana semua soundtrack tersebut dibuat dan dinyanyikan oleh Jessica Mellott.
Semua aspek menarik itu sayangnya harus ternodai dari banyak aspek yang flop di film ini. Aspek pertama adalah eksekusi idenya yang tidak maksimal. Banyak adegan-adegan yang terasa klise, salah satunya adalah momen pertemuan Vale dengan Alex (Ralf) yang kelak diketahui sebagai sosok anonim dambaan Vale. Pertemuan tersebut terjadi saat keduanya mendapat hukuman dari guru masing-masing. Suatu momen yang jamak ditemukan pada sejumlah film remaja romantis, bahkan pada film remaja di Indonesia sekalipun.
Hal-hal klise khas film remaja semisal party di club dan pesta perpisahan masih tersaji di film ini dengan eksekusinya yang tak kalah klise. Konflik yang tersaji di film ini punya penyelesaian yang agak bertele-tele, sehingga membuat filmnya jadi over-duration. Belum lagi kehadiran tokoh antagonis yang alih-alih menjadi pencipta konflik menarik, malah jadi sosok menyebalkan yang sebetulnya tak perlu muncul di film ini.
Karakterisasi tokohnya masih begitu klise. Vale adalah tipikal Manic Pixie Dream Girl (MPDG) yang mudah dicintai, memiliki sosok love interest, namun kesulitan mendekati sosok yang disukainya itu. Alex adalah tipikal karakter remaja laki-laki yang tampan dan pintar, namun payah di ranah percintaan. Lina (Alicia Velez) dan Regina (Estefe Merelles) adalah tipe sidekick bestie yang tak lelah memberi dukungan dan masukan, terutama soal percintaan. Adapun sedikit pembeda adalah Lina yang digambarkan sebagai sosok non-biner yang berpacaran dengan Regina. Semua tokoh itu lantas dieksekusi dengan akting yang so-so; tidak terlalu buruk namun juga tidak terlampau mengesankan.
Khusus untuk Vale dan Alex, keduanya tak mampu menampilkan chemistry meyakinkan sebagai dua remaja yang sebetulnya saling suka, namun masih ragu-ragu dan sering salah paham. Padahal, keduanya banyak dihadapkan pada adegan-adegan yang mengharuskan keduanya untuk menciptakan chemistry yang meyakinkan. Kegagalan dua tokoh itu membuat unsur romantis film ini terasa hambar. Satu-satunya hal romantis di film ini justru hadir lewat kecintaan Vale terhadap film yang begitu besar.
“Anonymously Yours” adalah contoh lain betapa sulitnya membuat film romantis untuk kalangan remaja. Mungkin filmmaker ini masih memakai beberapa hal klise agar filmnya mudah dicerna penonton, namun hal tersebut justru membuat filmnya jadi begitu flop.
