Connect with us
A Midsummer’s Fantasia
Photo via koreanfilm.or.kr

Film

A Midsummer’s Fantasia: Memotret Keindahan Realitas dan Fantasi di Kota Asing

Film Korea modern yang berhasil menyajikan hal menarik dengan eksperimen unik.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“A Midsummer’s Fantasia” (2014) merupakan film kolaborasi Korea-Jepang yang ditulis dan disutradarai oleh Jang Kun-jae. Film ini ditayangkan perdana pada September 2014 sebagai film pembuka dalam Nara International Film Festival ke-5, kemudian dirilis secara komersial di Korea pada Juni 2015.

Film yang dibintangi oleh Lim Hyung-kook, Kim Sae-byuk, dan Ryo Iwase ini berhasil menarik banyak perhatian karena berani menampilkan eksperimen gaya sinematografi yang unik dengan membuat dua segmen film yang seperti tidak berhubungan tetapi terkait satu sama lain.

Film Meta-Narrative yang Disajikan dalam Dua Babak

Film yang diproduseri oleh Naomi Kawase yang terkenal dengan karya sinema independen dan dokumenter ini membawa formula yang tidak jauh dari ketertarikan produsernya. “A Midsummer’s Fantasia” menyajikan cerita yang terbagi menjadi dua babak berbeda, realitas dan fantasi.

Chapter pertama film ini diberi sub judul “First Love”, dengan sentuhan warna monokrom membawa cerita tentang sutradara Korea yang ditemani seorang penerjemah mengunjungi kota kecil di Jepang, Gojo. Babak ini dibuat seperti non fiksi yang menunjukkan bagaimana proses observasi seorang sutradara untuk memulai proyek film terbarunya, dari mulai memungut cerita-cerita menarik dari penduduk setempat, hingga membingkai landscape cantik dari sudut Kota Gojo.

Kembang api menjadi transisi yang membawa film ini beralih ke chapter kedua, “The Well of Sakura” menandai cerita fiksi yang dibuat. Dalam babak ini film menjadi berwarna, Kim Sae-byuk dan Ryo Iwase berperan sebagai dua orang asing yang dipertemukan oleh ketertarikan satu sama lain.

Kedua babak “A Midsummer’s Fantasia” dibuat terpisah, namun seolah dibuat terkait dengan beberapa menampilkan objek yang seperti dibuat dalam imajinasi sutradara, misalnya tentang cerita pertemuan dua orang asing, latar sekolah di masa lalu, atau nyala kembang api di langit Kota Gojo.

Menyajikan Bidikan Indah dari Tempat-tempat yang Jauh

Secara visual “A Midsummer’s Fantasia” mampu memanjakan mata dengan pemandangan Kota Gojo yang masih asri dan sangat indah untuk dilihat. Babak pertama yang hanya menampilkan komposisi pewarnaan hitam-putih saja bahkan tidak mempengaruhi sedikitpun pesona yang ada di kota kecil tersebut. Konsep ini malah memberikan kesan yang lebih estetis dan menonjolkan sisi tradisi kuno di bagian kecil Jepang.

Pembawaan cerita dalam babak kedua juga menampilkan bidikan-bidikan indah yang mampu menceritakan kisah cinta musim panas yang tidak kalah mengesankan. Perjalanan panjang dua karakter utamanya mengunjungi kota kecil melewati jalan-jalan pegunungan menjadi salah satu pengalaman berkesan lain yang menyajikan gambar-gambar indah dari kejauhan.

Kim Sae-byuk dan Ryo Iwase: Love Birds yang Menghidupkan Fantasi

Kemunculan dua karakter dalam chapter kedua membuat film ini lebih hidup, Dengan dialog-dialog dan gestur sederhana mereka tampil sangat memukau menunjukkan segala macam emosi, cinta, kekecewaan, dan harapan yang pupus.

Dalam film ini, Kim Sae-byuk tampil sangat menarik perhatian dengan permainan kata canggung yang membangkitkan fantasi tentang kencan pertama dengan orang asing yang baru ditemui, ada hal-hal yang ingin disembunyikan sekaligus diajukan secara bersamaan. Setidaknya ia melakukan pekerjaan yang sangat baik, tidak heran jika pada akhirnya Kim Sae-byuk mendapatkan dua nominasi di Baeksang Arts Awards untuk kategori Best new Actress dan Most Popular Actress in Film pada tahun 2016 lalu.

Secara keseluruhan, “A Midsummer’s Fantasia” menjadi salah satu film kolaborasi Korea-Jepang yang bisa menarik perhatian karena memiliki konsep dokumenter dan fantasi yang digabungkan dengan cara yang unik. Film ini setidaknya mampu memperlihatkan eksperimen baru yang digarap dengan maksimal bisa menghasilkan sebuah karya yang menyenangkan untuk dinikmati.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect