9/11 atau biasa disebut pula sebagai tragedi dua pesawat yang menabrakkan diri ke Gedung kembar WTC September tanggal 11 pada tahun 2001. Kejadian ini begitu menggemparkan dan memunculkan sebuah ikon baru dalam menarasikan orang jahat.
Narasi pasca 9/11 sebenarnya bukanlah hal baru di Hollywood. Ketika Perang Dingin masih berlangsung, studio di Hollywood merilis film-film yang menggambarkan tentang bahayanya orang komunis Soviet.
Penggambaran tersebut diperlihatkan secara implisit maupun eksplisit. Secara eksplisit bisa dilihat dari film-film perang seperti “Rambo: First Blood Part II” (1985), “The Hunt for Red October” (1990), “Invasion USA” (1985), “Apocalypse Now” (1979), “Full Metal Jacket” (1987), “Dr. Strangelove or: How I Learned to Stop Worrying and Love the Bomb” (1964) dan “The Manchurian Candidate” (1962).
Terkadang penyajian film perang tersebut sebagai bentuk propaganda kepada masyarakat di Amerika Serikat untuk ikut mengecam adanya gerakan komunisme. Tapi terkadang pula film-film perang yang disajikan lebih ke menyelamatkan muka Negara Amerika yang cenderung kalah ketika perang di Vietnam.
“Rambo: First Blood Part II” (1985) diperlihatkan bagaimana Negara Amerika hampir kalah ketika perang Vietnam lalu diselamatkan sendirian oleh Rambo. Begitu juga film “Invasion USA” (1985) yang secara eksplisit memperlihatkan betapa superiornya negara Amerika ketika berperang melawan negara Kuba.
Meskipun terkadang beberapa pembuat film memilih menyuarakan untuk negara Amerika berhenti melakukan invasi atau perang terhadap negara lain. Film-film seperti “Apocalypse Now” dan “Full Metal Jacket” secara tidak langsung memperlihatkan betapa buruknya perang dan menganggap perang tersebut hanyalah permainan elitis belaka, rakyat hanya menjadi pion saja.
Secara implisit, biasanya film yang menyuarakan anti komunis disajikan dalam bentuk film-film sci-fi. Alien sendiri diibaratkan sebagai ideologi asing yang mana merujuk pada komunis. Film “Invasion of Body Snatchers” (1956) secara tidak langsung memperlihatkan bagaimana ideologi komunis mampu membuat manusia kehilangan kesadarannya dan cenderung menjadi barbar.
Film “The Thing from Another World” (1951) memperlihatkan betapa bahanya ancaman komunis dengan memperlihatkan latar di Antartika yang penuh salju (seperti halnya di Soviet) dan monster yang diibaratkan dengan ideologi komunis.
Kedua film tersebut bisa dibilang merupakan penggambaran tentang McCarthyism. Komunis begitu meresahkan di Amerika Serikat hingga banyak orang-orangnya yang hancur karena komunis. Sekali tertuduh sebagai orang komunis, saat itu pula dia akan kehilangan pekerjaan bahkan keluarga sekalipun.
Film “The Day the Earth Stood Still” (1951) justru sebaliknya. Film tersebut menunjukkan betapa ideologi komunis tidak perlu ditakuti tapi harusnya dirangkul dan tidak perlu dilawan dengan kekerasan.
Runtuhnya Soviet di tahun 1991 menunjukkan juga berakhirnya pula film-film yang menggambarkan betapa bahayanya ideologi komunis. Jika pun ada film yang berhubungan dengan Soviet lebih ke penggambaran mantan jenderal-jenderal Soviet yang berusaha menghancurkan Amerika seperti pada film “GoldenEye” (1995), “Air Force One” (1997) dan “The Peacemakers” (1997). Runtuhnya Soviet sama halnya dengan kedigdayaan Amerika mulai luntur. Tidak ada perang sama halnya dengan tidak ada propaganda.
Arus kekuatan baru muncul di tahun 1991 dimana arus tersebut datang dari timur tengah tepatnya di Irak. Terjadi peperangan di Kuwait dan daerah sekitarnya yang melibatkan negara-negara Timur Tengah. Dari sinilah terjadi pergeseran narasi penjahat di Hollywood.
Dimulai dari film “True Lies” (1994) karya James Cameron yang menjadikan Arab sebagai penjahat. Stereotipe Arab di film-film Hollywood mulai terbentuk di sini. Berikutnya tahun 1998, film “The Siege” karya Edward Zwick memicu kontroversi terutama di kalangan Arab-Amerika. Film tersebut ditakutkan menambah stigma buruk terhadap bangsa Arab setelah insiden bom di WTC tahun 1993.
Hingga akhirnya terjadilah peristiwa 9/11. Pergeseran itu pun mulai terlihat begitu jelas. Tidak ada lagi narasi Soviet Komunis sebagai penjahat tapi orang-orang Arab sebagai teroris. Penggambaran itu pun biasanya diperlihatkan bom bunuh diri atau bagaimana orang-orang Arab terlihat barbar.
Setelah tragedy 9/11 mulailah era dimana film-film mengambil latar di Timur Tengah atau menjadikan orang-orang Arab sebagai musuhnya dan sentimen terhadap orang-orang Arab. Seperti film “Flight Plan” (2005) karakter Kyle Pratt digambarkan begitu paranoia dengan orang Arab di pesawat sehingga Kyle menuduh mereka sebagai penculik anaknya di pesawat. Film “Crash” (2005) juga memberikan gambaran sentimen seperti itu.
Film “Body of Lies” dan “The Kingdom” terang-terangan memberikan indikasi adanya kaitan dengan tragedy 9/11. Dan tentu saja film “Zero Dark Thirty” seakan memberi indikasi kuat bagaimana Hollywood dan propagandanya dengan memperlihatkan bagaimana kronologi penangkapan Osama Bin Laden yang bahkan belum jelas keabsahannya.
Steven Spielberg terhitung pasca 9/11 membuat beberapa film yang berkaitan tragedi tersebut. “The Terminal” memperlihatkan beberapa adegan yang merujuk pada sentiment penumpang Arab yang dianggap teroris. “War of the Worlds” bahkan memberikan alegori serangan 9/11 dalam perwujudan serangan alien. Sampai akhirnya film “Munich” yang begitu eksplisit membahas tentang konflik agama antara Israel dengan Palestina.
Film “Iron Man” (2008) jika melihat dari komik latarnya adalah di Vietnam. Setelah 9/11, latar cerita diubah dengan Tony Stark diculik oleh kelompok Taliban. Sama halnya dengan film “Batman V Superman: Dawn of Justice”. Film itu bahkan terlihat sebagai perwujudan kejadian runtuhnya WTC hingga diperlihatkan siapa yang bertanggungjawab terhadap kejadian tersebut.
Meski begitu tidak selamanya penggambaran Arab sebagai teroris tidak serta merta menunjukkan mereka buruk. Terkadang penggambaran itu adalah bagian dari kritik terhadap pemerintahan Amerika.
“Iron Man” dan “Batman V Superman” sama-sama menunjukkan musuh mereka adalah kaum Taliban tapi pada kenyataannya mereka hanyalah boneka dari Amerika. Film “The Terminal” dan “Crash” bahkan ada suatu usaha untuk menghapus sentiment Arab sebagai teroris.
Akhir kata, pergeseran narasi penjahat dari Soviet ke Arab hanyalah bagian dari Amerika Serikat untuk menunjukkan superioritasnya. Meskipun begitu pasca 9/11 juga membuka jalan bagi pembuat film untuk membuat alegori konspirasi tentang 9/11 di film-filmnya.
