Connect with us
Tren Susu Vegan dan Dampak Pemanasan Global
Image via pixabay

Current Issue

Tren Susu Vegan dan Dampak Pemanasan Global

Susu kedelai, almond, dan susu kelapa kini menjadi primadona. Tapi, apa alasan orang mengonsumsinya? Apa kaitannya dengan pemanasan global?

Susu kedelai sudah lama menjadi kegemaran kita. Namun ada dua susu baru yang memasuki pasaran Indonesia dengan dengan cepat meraih hati masyarakat. Yaitu susu almond dan susu kelapa. Susu almond sendiri diketahui dapat mendorong produksi ASI. Rasanya juga enak dan dianggap cocok untuk menurunkan berat badan. Susu almond juga dapat dijadikan pengganti susu sapi bagi yang intoleran laktosa. Sementara itu susu kelapa dipilih terutama bagi pelaku diet keto.

Selain alasan menjaga berat badan, banyak pula yang mengonsumsi susu kategori vegan untuk mengikuti tren belaka. Apalagi banyak figur publik yang ikut memopulerkan kehadiran susu vegan di pasaran. Saat ini pun susu vegan mudah ditemukan. Bahkan sudah ada produksi dalam negerinya, tidak menunggu impor. Disebut susu vegan karena bahan bakunya berbasis tanaman. Namun ada alasan lain di balik mengganti susu yang diminum. Yaitu karena alasan etis. Istilahnya, ethical eating.

Kaum vegan di seluruh dunia mulai mengampanyekan ethical eating. Kita didorong tidak hanya mengonsumsi suatu makanan karena suka atau enak saja melainkan memikirkan proses pembuatannya. Bagaimana makanan atau minuman itu diolah oleh petani hingga sampai ke meja makan? Apakah menggunakan pestisida? Apakah petani menjualnya dengan harga pantas sehingga tidak mengalami rugi? Apakah proses pertaniannya tidak mencemari lingkungan? Apakah melalui proses pabrik atau dikemas dalam plastik?

Ethical eating mendorong kita untuk berhati-hati memilih produk makanan dan minuman agar kita tidak merugikan alam. Kita didorong untuk memilih produk yang dapat mengupayakan keberlanjutan. Alam tidak boleh sengsara karena kerakusan manusia. Namun sayangnya, tidak banyak gerakan semacam ini di Indonesia. Konsumsi susu vegan lebih didorong karena rasa penasaran saja atau karena enak di lidah. Sebagian lagi menjadikan susu vegan sebagai salah satu program dietnya karena dianggap lebih sehat dibanding susu sapi.

Bila ditanya manfaat dari mengonsumsi susu, semua orang bisa menjawabnya dengan fasih. Kita tahu selain dari rasanya yang enak, susu juga bergizi tinggi, contohnya sumber kalsium. Di televisi maupun internet kita melihat iklan-iklan mengenai ajakan minum susu untuk tubuh tinggi atau tulang kuat. Namun apa kita tahu dampak dari produksi susu sapi terhadap lingkungan? Studi yang dilakukan University of Oxford menunjukkan segelas susu hewani menghasilkan emisi gas rumah kaca tiga kali lipat dibanding susu nabati.

Susu hewani atau dairy tidak hanya terbatas pada sapi saja. Tetapi susu sapi adalah susu yang paling mudah ditemukan baik di pasar Indonesia maupun dunia. Hasil penelitian lainnya didapatkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Jumlah sapi potong di Indonesia pada suatu daerah berbanding lurus dengan keberadaan jumlah emisi yang dihasilkan. Emisi tertinggi dihasilkan oleh Jawa Timur dan empat provinsi lain yaitu Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, NTB, dan NTT. Kebutuhan akan hewan ternak juga mendorong pembukaan lahan besar-besaran sehingga alam liar terancam.

Angka penjualan susu sapi di Amerika mengalami penurunan. Di Inggris, angka penjualan susu alternatif—seperti susu vegan—meningkat. Tentu saja kita tidak mungkin sepenuhnya berhenti mengonsumsi susu sapi. Anak-anak di Indonesia urutan stunting keempat di dunia. Dengan kata lain, kita terlalu pendek. Kita masih membutuhkan asupan kalsium, vitamin D, dan protein yang tinggi. Protein membuat perut kita lebih kenyang sehingga kita tidak terdorong untuk terus menerus makan. Namun, emisi gas rumah kaca juga tak dapat dikesampingkan.

milk chart

Mengonsumsi susu vegan, terutama dari bahan dasar kacang-kacangan, tidak sama nilai gizinya dengan mengunyah kacang secara langsung. Sebotol susu almond yang kita beli di pasaran mengandung tidak sampai 5% kadar kacang almond. Isi botolnya lebih banyak diisi dengan air. Jumlah protein yang kita dapat mungkin hanya 1%. Bandingkan dengan susu sapi yang menyumbang protein hingga 8%. Selain itu agar rasa maupun teksturnya enak dan tidak encer, seringkali produsen susu almond menambahkan pemanis maupun pengental.

Susu kedelai mungkin satu-satunya susu vegan yang gizinya paling mendekati susu sapi. Kandungan potassium di dalamnya juga bagus untuk mengontrol tekanan darah. Namun penderita tiroid harus berhati-hati dalam mengonsumsinya. Susu vegan lainnya yaitu susu kelapa yang memiliki rasa lebih creamy dan tekstur lebih kental. Tetapi kandungan proteinnya juga lebih rendah. Sama seperti susu almond, seringkali produsen menambahkan zat tambahan (fortifikasi) agar kandungan gizinya menjadi lebih tinggi. Ini membuat kita harus mengocok botol susu vegan sebelum mengonsumsinya agar zat fortifikasi yang mengendap di dasar dapat kembali larut. Kandungan lemak yang dimiliki susu kelapa juga tinggi sehingga cocok untuk pelaku diet keto. Susu kelapa biasanya dicampurkan ke dalam kopi.

Dari seluruh populasi tanaman almond, 80%-nya berada di California. Satu tanaman almond membutuhkan air hingga 5 liter. Ini mungkin lebih ramah lingkungan dibanding 100 ml susu sapi yang membutuhkan 100 liter air. Namun masalah tak berhenti hanya dengan mengganti susu sapi dengan susu almond. Petani-petani di California membutuhkan lebih banyak air untuk tanaman almond mereka. Hal ini mendorong mereka mengebor tanah untuk mencapai sumber air. Penyedotan air besar-besaran menimbulkan penurunan permukaan tanah hingga 11 inchi pertahun. Jelas ini berbahaya.

Tren Susu Vegan dan Dampak Pemanasan Global

Tentu saja menilik dari berbagai data yang ada, kita akan terdorong untuk beralih mengonsumsi susu vegan. Alasannya karena susu sapi memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Ia tidak hanya mencemari udara dengan gas metana tapi juga membutuhkan lahan yang besar, juga air dan listrik yang banyak. Selain itu kemasan dari susu sapi yang kita konsumsi akan menumpuk menjadi limbah. Tetapi, menjadi vegan juga tidak dapat menjadi jalan keluar karena adanya kebutuhan gizi pada tubuh yang harus dipenuhi.

Selain itu, peningkatan permintaan susu almond di dunia membuat meningkatkan aktivitas pertanian tanaman almond. Tanaman almond sendiri mulai menimbulkan masalah lingkungan lanjutan seperti membutuhkan pasokan air yang tinggi. Penggunaan pestisida pada tanaman almond juga ditengarai membunuh lebah madu di Amerika. Ini membuat kita berada di posisi sulit dan dilematis. Di satu sisi kita ingin mencoba menerapkan ethical eating. Tapi di sisi lain, apapun pilihan kita, ketika demand bertambah maka supply akan meningkat dan lagi-lagi bumi yang dikorbankan. Belum lagi susu-susu vegan itu juga dikemas dengan cara yang sama seperti susu sapi. Botol plastik, kaleng, ataupun karton berlapis plastik sama saja menjadi limbah.

Tren Susu Vegan dan Dampak Pemanasan Global

Pilihan terbaik adalah tidak mengonsumsi berlebihan. Kita tidak dapat menekan konsumsi pada anak-anak di masa pertumbuhan. Tapi orang dewasa bisa. Kita juga dapat memilih untuk mengonsumsi produk lokal saja, untuk mengurangi polusi yang ditimbulkan ketika produk susu tersebut didistribusikan antarnegara apalagi antarbenua. Membeli susu almond sendiri dapat merugikan bila persentase jumlah almondnya terlalu rendah sehingga sebaiknya kita mengolahnya sendiri. Selain itu kita juga dapat memilih produk susu yang dibuat dari bahan baku yang organik untuk menekan penggunaan pestisida.

Luigi's Hot Pizza Luigi's Hot Pizza

Luigi’s Hot Pizza: Pizza Rave Pertama di Bali

Lifestyle

Apurva Kempinski Bali_Grand Staircase Apurva Kempinski Bali_Grand Staircase

Memorable Stay Experience at The Apurva Kempinski Bali

Culture

byrd house bali byrd house bali

Byrd House Bali: Pengalaman Kuliner Sempurna Berpadu Dengan Suasana Eksotis

Lifestyle

Bali Dynasty Resort Bali Dynasty Resort

Bali Dynasty Resort: Destinasi Populer Bagi Keluarga di Tepi Pantai Kuta Selatan

Lifestyle

Connect