Connect with us
The Zone of Interest
A24

Film

The Zone of Interest: Penjelasan, Pesan, dan Kisah Nyata di Balik Film

Lebih dari sekadar film tentang holocaust, The Zone of Interest adalah film tentang kebenaran dalam kejahatan.

“The Zone of Interest” adalah film karya sutradara Jonathan Glazer, menjadi kerja sama antara filmmaker Inggris dan Polandia, didistribusikan oleh A24. Film drama bersejarah ini dibintangi oleh Christian Friedel dan Sandra Huller sebagai pasangan suami istri, Rudolf Hoss dan Hedwig Hoss.

Berlatar di Auschwitz pada 1943, Rudolf, seorang komandan Nazi, bersama istrinya membangun rumah idaman penuh kesejahteraan, bersebelahan dengan camp konsentrasi dimana orang-orang Yahudi disiksa dan dibantai.

“The Zone of Interest” tayang perdana di Cannes Film Festival ke 76 pada 19 Mei 2023. Kemudian menuai banyak ulasan positif dan sangat diantisipasi perilisannya di bioskop. Hingga akhirnya masuk nominasi Academy Awards ke 96, termasuk Best Picture. Berhasil membawa pulang penghargaan untuk kategori Best International Feature dan Best Sound.

Penikmat film Indonesia pun banyak yang mengakui dampak disturbing yang membuahkan ulasan positif. Lebih dari sekadar mengulas, mari kita membahas makna, materi sumber dan pesan yang sebetulnya terkandung dalam film “The Zone of Interest”.

The Zone of Interest

Materi Sumber & Kisah Nyata di Balik The Zone of Interest

“The Zone of Interest” diadaptasi dari novel oleh Martin Amis yang terinspirasi dari keluarga Rudolf Hoss. Kalau di novelnya, Amis menciptakan karakter fiksi bernama Paul Doll dan Hannah Doll.

Setelah membaca novelnya, Jonathan Glazer lebih tertarik untuk menggunakan karakter asli yang akan menambah nilai bobot sejarah pada filmnya, kemudian melakukan investigasi dan pengumpulan materi selama 2 tahun. Ia mengunjungi Auschwitz dan kediaman Hoss yang benar-benar bersebelahan dengan kamp konsentrasi. Ia kemudian bekerja sama dengan Auschwitz Museum dan konsultan sejarah, Timothy Snyder.

Dalam “The Zone of Interest”, ada adegan hitam putih negatif yang menunjukan seorang gadis diam-diam meninggalkan makanan di lokasi kerja para tahanan kamp konsentrasi. Adegan ini terinspirasi dari kisah nyata Aleksandra Bystron-Koloziejczyk, 90 tahun, yang Glazer temui dalam investigasinya.

Kala itu Aleksandra adalah gadis Polandia berusia 12 tahun yang bergabung dalam kelompok resistan. Seperti dalam film, ia meninggalkan apel dan mengendarai sepedanya di malam hari. Kita juga melihat mendekati akhir film, gadis muda dalam film memainkan piano. Musik yang dimainkan benar-benar ditemukan oleh Aleksandra di lokasi kamp, ditulis oleh tahanan bernama Josep Wulf.

Aleksandra tak lama setelah bertemu dengan Glazer pun meninggal dunia. Sepeda dan baju yang dikenakan oleh aktris muda dalam film adalah milik Aleksandra sungguhan. Saat menerima penghargaan Oscar untuk Best International Feature, Glazer mendedikasikan filmnya untuk narasumber berharganya tersebut.

The Zone of Interest

Penjelasan Film The Zone of Interest

  • “The Zone of Interest” sangat mengandalkan sounds mereka untuk menciptakan pengalaman yang immersive di kediaman keluarga Hoss yang bersebelahan dengan kamp konsentrasi Nazi. Sinematografinya juga jarang menggunakan close up ke aktor dan pola editing seperti film pada umumnya. Dimana sangat efektif untuk membuat penonton merasa seperti berada di sudut-sudut kediaman Hoss, memperhatikan sekaligus merasakan atmosfer yang sama. Pertanyaannya; apakah kita juga bisa setenang Rudolf dan Hedwig?
  • Anjing keluarga Hoss dan bayi Hedwig bisa menjadi navigasi kita akan kejahatan di tengah keluarga mayoritas karakter yang apatis dengan keadaan sesungguhnya. Pada beberapa kesempatan, anjing mereka menunjukan sikap gelisah. Begitu juga dengan bayi Hedwig yang terlalu sering menangis. Ironisnya, karena Hedwig apatis dengan teriakan dan tangisan dari kamp kosentrasi, ia juga terbiasa dan terlihat tenang mendengarkan suara tangisan bayinya sendiri.
  • Kekontrasan mulai terasa ketika ibu Hedwig pindah dan singgah di kediaman keluarga putrinya tersebut. Pada malam-malam sebelumnya kita diperlihatkan bagaimana Rudolf dan Hedwig bisa bercanda di kasur mereka dan terlelap. Namun akhirnya kita bisa melihat reaksi yang lebih masuk akal ketika ibu Hedwig tak bisa tertidur ketika mengetahui pembantaian sedang terjadi di kamp konsentrasi melalui pemandangan yang ia lihat dari jendela kamar.
  • Pada suatu pagi, ibu Hedwig meninggalkan pesan dan kediaman keluarga Hoss karena tidak tahan dengan atmosfer di lokasi tersebut. Hedwig kemudian membuang kertas pesan tersebut ke pemanas. Ditampilkan seperti bukan adegan besar, namun sebetulnya Hedwig membakar pesan tertulis yang bisa menjadi bukti terjadinya holocaust dan kamp konsentrasi Nazi.

Pesan yang Sebetulnya Dimuat dalam The Zone of Interest

Sebagai keturunan Yahudi, Jonathan Glazer tampaknya tidak menargetkan membuat film bertema holocaust seperti “Schindler’s List” dan “The Pianist”. Glazer tidak ingin membuat film tentang orang-orang yang membuat holocaust terjadi.

Pada film-film berlatar Perang Dunia II, sudah biasa memberikan potrait kekejaman Nazi dari sudut pandang yang membuat kita menghakimi para Nazi. Dimana bagi Glazer terasa seperti “mitos” dan kurang relevan dengan kehidupan sekarang. Melalui “The Zone of Interest”, mau tak mau, kita akan dibuat merasa lebih relevan dengan memahami posisi Rudolf Hoss bersama keluarganya.

Banyak netizen dan media Indonesia yang melabeli film ini sebagai film horor yang disturbing. Ketidaknyamanan tersebut akan muncul karena kita akan menyadari bagaimana kita kemungkinan lebih relevan dengan Rudolf bersama istri dan anak-anak mereka. Bahwa holocaust adalah peristiwa yang terjadi di masa lalu, namun bukan berarti tidak terjadi lagi di masa kini dan masa depan.

“The Zone of Interest” menyadarkan kita bagaimana kita mungkin juga bisa apatatis dengan kejahatan, perang, dan kesengsaraan yang sedang terjadi di dunia kita saat ini.

Kita kerap mendengar berita tentang perang dan krisis sosial di bagian negara lain melalui televisi, ponsel kita yang terhubungan dengan internet. Dimana mungkin saja kita dengarkan saat momen makan malam bersama keluarga atau sedang bersantai meng-scrolling halaman utama media sosial kita.

Kalau disandingkan, sebetulnya tidak jauh berbeda bukan dengan Rudolf dan keluarganya? Ini adalah kenyataan sulit yang harus kita terima setelah menonton “The Zone of Interest”. Baik dalam skala kecil maupun besar, dengan fleksibelitas dan penyebaran informasi yang aktual saat ini, kejahataan bisa menjadi sesuatu yang “biasa” dan membosankan untuk beberapa dari kita peduli, berakhir dengan sikap apatis.

12.12: The Day 12.12: The Day

12.12: The Day Review – Kudeta Militer dan Periode Tergelap Korea Selatan

Film

Look Back Review Look Back Review

Look Back Review: Nostalgia & Tragedi

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

We Live in Time We Live in Time

We Live in Time Review: Perjuangan Pasangan Melawan Kanker & Waktu

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect