Connect with us
The Gangster The Cop The Devil Review Indonesia

Film

The Gangster, The Cop, The Devil Review

Dengan aktor dan plot cerita yang potensial, seharusnya film ini bisa lebih baik lagi.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Film mengenai gangster yang melakukan bermacam perbuatan kriminal mungkin sudah umum. Tapi bagaimana bila si ketua gangster justru menjadi sasaran? Apalagi ketika ia harus bekerja sama dengan polisi untuk menangkap orang yang menyerangnya. Kalau seperti ini, maka jalan ceritanya akan menarik sekali. Begitulah kira The Gangster, The Cop, The Devil membuat plot. Memasang Ma Dong Seok sebagai pemeran utama, jelas banyak yang memiliki ekspektasi terhadap film ini.

Jang Dong-su (Ma Dong Seok) adalah seorang ketua geng Zeus. Bisnis kotornya banyak, salah satunya adalah modifikasi mesin permainan. Ia mendistribusikan mesin itu juga mengajak banyak orang menggunakannya dalam bisnis mereka. Demi kelancaran bisnis, ia menyuap seorang detektif. Namun anak buah detektif itu terus mengganggunya dan mencoba menangkap anak buahnya. Orang itu adalah Detektif Jung Tae-seok (Kim Moo-yeol). Detektif Jung sangat bernafsu menyelesaikan berbagai perkara kriminal karena ia sudah lama tidak berlibur maupun naik pangkat.

Suatu hari setelah selesai rapat dengan ketua geng lain, Bos Jang menyetir mobilnya sendiri. Hari itu hujan turun lebat dan sudah larut malam. Sialnya, mobilnya ditabrak dari belakang. Ia memutuskan tak memanjangkan persoalan dan ingin masuk ke dalam mobil. Namun Bos Jang ditikam berulang kali. Penikamnya adalah The Devil (Kim Sung Kyu). Nantinya akan diketahui bahwa The Devil melakukan serangkaian pembunuhan. Trik yang ia gunakan adalah menabrak mobil korban sehingga korban akan sengaja keluar dari mobil lalu ditikam.

Singkat cerita, Bos Jang terpaksa bekerja sama dengan Detektif Jung demi mengungkap misteri siapa The Devil sebenarnya. Namun tujuan mereka berbeda. Bos Jang ingin membunuh The Devil dengan tangannya sendiri. Sementara Detektif Jung ingin agar The Devil diadili secara hukum. Tak mudah menangkap pembunuh berantai ini karena The Devil hidup berpindah-pindah. Ia juga merusak sidik jarinya dengan cairan kimia.

The Gangster, The Cop, The Devil review indonesia

Harus diakui, plot ceritanya menarik. Bagaimana seorang bos gangster justru tak berkutik ketika diserang oleh sosok misterius lalu terpaksa mencari keadilan pada polisi. Polisi yang selalu ia hindari bahkan ia suap akan menjauh malah ia undang ke rumahnya dan ia ajak bekerja sama. Bagi penggemar Ma Dong Seok tentu akan senang melihatnya dalam The Gangster, The Cop, The Devil karena ia menjelma menjadi preman kejam. Bila dalam Along with the Gods: The Last 49 Days ia menjadi dewa yang memiliki sisi kocak, di sini ia terlihat sangat menjiwai perannya sebagai gangster.

Anehnya, kita tidak akan melihat aktris perempuan di sini. Kalaupun ada, hanya sebagai figuran yang kemunculannya sebentar sekali. Semua anggota polisinya berjenis kelamin lelaki. Ada petugas forensik perempuan tapi ia tak punya banyak scene. Semua yang menjadi anak buah gangster adalah lelaki. Rekan bisnis Bos Jang mungkin ada yang perempuan tapi jumlahnya hanya dua. Tentunya ada dua kemungkinan mengapa hal ini terjadi.

Pertama, karena ini diilhami dari kisah nyata, bisa jadi ketiadaan aktris perempuan menggambarkan realita di lapangan. Pada tahun 2005 mungkin polisi perempuan masih sedikit. Begitu pula perempuan yang bekerja di sebuah geng. Kemungkinan kedua, bisa saja sutradaranya hanya tidak menginginkan ada banyak tokoh perempuan karena film ini sangat lelaki. Kriminalitas atau gangster selalu dikaitkan dengan filmnya lelaki.

Sebenarnya kalaulah sang sutradara berpikir demikian, tidak menjadi masalah. Namun ini menjadi masalah karena semua digambarkan berlebihan. Film ini seperti menjadi pertunjukan maskulinitas yang kebablasan. Semua bicara dengan kasar. Semua ingin memaki dan memukul. Para tokohnya terus menerus merokok dan bila ada sedikit goncangan, mereka siap baku hantam. Seakan bicara baik-baik tak ada dalam kamus mereka. Pada titik tertentu, interaksi antartokoh menjadi cheesy.

Gestur Ma Dong Seok membuatnya sangat cocok menjadi gangster. Namun ketika salah satu figuran mengatakan yang lebih mirip gangster adalah Kim Moo-yeol, rasanya aneh sekali. Kim Moo-yeol tidak terlihat seperti gangster, juga tidak meyakinkan sebagai polisi. Sering sekali kita temukan baik dalam drama maupun film-film Korea di mana anggota polisi digambarkan kasar dan seenaknya memukul seseorang yang diduga kriminal. Polisi seringkali digambarkan dengan stigma tertentu sampai-sampai karakternya menjadi membosankan.

Selain Ma Dong Seok, Kim Sung Kyu juga memiliki karakter yang potensial untuk dikembangkan lebih jauh. Hingga film berakhir masih belum jelas ama motifnya melakukan pembunuhan. Mengapa profil korbannya tiba-tiba berubah menjadi perempuan padahal sepanjang film ia terus menyerang laki-laki. Tak dijelaskan pula bagaimana ada orang yang punya biaya hidup untuk tinggal berpindah-pindah dan berganti kendaraan ketika pekerjaannya hanya membunuh.

Hal lain yang sedikit mengganjal adalah kita tidak merasa berdebar atau menarik napas ketika ada banyak scene yang menunjukkan kucuran darah. Orang dibunuh? Gigi ditarik sampai lepas? Semua terasa datar. Padahal bila sang sutradara mampu lebih baik lagi memainkan emosi penonton, film ini akan menjadi sangat bagus. Walaupun begitu film ini mampu meraih satu juta penonton dalam waktu empat hari ketika rilis di Korea. Kita nantikan bagaimana dengan penonton di Indonesia.

The Zone of Interest The Zone of Interest

The Zone of Interest: Penjelasan, Pesan, dan Kisah Nyata di Balik Film

Film

The Outfit The Outfit

The Outfit Review: Drama Gangster Klasik Berlokasi di Satu Tempat Penuh Misteri

Film

The Taste of Things The Taste of Things

The Taste of Things: Kuliner Prancis & Period Drama Romantis

Film

King Richard Review King Richard Review

10 Film Biopik Inspiratif & Memotivasi

Cultura Lists

Connect