Connect with us
The Forgotten Battle Review
Netflix

Film

The Forgotten Battle Review: Film Perang Dunia II dengan Tiga Sudut Pandang

Ide cerita bagus namun eksekusi kurang maksimal.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Perang Dunia ke-2 (PD II) menjadi tema yang tak bosan untuk dikulik, dan “The Forgotten Battle” (2020) adalah salah satunya. Film berdurasi 123 menit ini mencoba mengangkat tema PD II dengan ide menarik.

Film besutan Matthijs van Heijningen Jr. ini sendiri berkisah tentang pertempuran Scheldt yang terjadi semasa PD II. Pertempuran tersebut berlangsung dengan melibatkan sejumlah pihak. Mulai dari Jerman selaku pencetus pertempuran, hingga pihak sekutu dan warga sipil.

Selama menggarap “The Forgotten Battle”, Mathijs berkolaborasi dengan Lennert Hillege selaku sinematografer, serta Paula van der Oest selaku penulis naskah. Selain di Netflix, film tiga bahasa ini juga sudah tayang di Belanda pada 5 Juni 2021 kemarin.

The Forgotten Battle

Sebagai film PD II, “The Forgotten Battle” punya ide cerita yang menarik. Film berdurasi 123 menit itu memakai tiga sudut pandang sekaligus di dalamnya, yakni: Jerman selaku pencetus pertempuran; pihak sekutu; serta pihak sipil. Sayangnya, ide tersebut kurang dieksekusi dengan baik.

Paula van der Oest selaku penulis naskah hendak memperkenalkan tiga sudut pandang itu lewat satu jam pertama “The Forgotten Battle”. Sayangnya, pengenalan tersebut dilakukan dengan flow yang lambat, sehingga membuat satu jam pertama film pertama “The Forgotten Battle” terasa membosankan.

Belum lagi unsur dramanya yang terlalu banyak, serta adegan perangnya yang kurang secara durasi. Jika film ini diadaptasi menjadi series, eksekusi idenya mungkin bisa lebih maksimal.

Secara keseluruhan, pengambilan gambar “The Forgotten Battle” memakai pendekatan point of view. Pendekatan itu bikin penonton bisa melihat tiga sudut pandang yang ditawarkan “The Forgotten Battle”.

Film tiga bahasa ini juga memakai penggunaan CGI dan special effect lainnya, terutama pada adegan perang. CGI yang dipakai sendiri cukup mulus, sehingga membuat visual “The Forgotten Battle” tetap enak dilihat.

Dari segi sound, “The Forgotten Battle” berhasil menyajikan suara yang kelam. Mulai dari suara senjata, rintik hujan, sampai suara kendaraan perang. Kredit sebesar-besarnya ditujukan kepada tim Sound Department film ini. Untuk music scoring, musik yang dipakai kebanyakan adalah musik string section menyayat hati. Musik yang sebetulnya sudah terlalu sering dipakai pada film perang.

Walau begitu, penempatan musiknya boleh dibilang tepat guna. Emilie Levienaise-Farouch selaku penata musik mampu menempatkan musiknya sesuai kebutuhan adegan. Ia tahu mana adegan yang perlu dibubuhi musik, serta mana yang tidak.

Tidak ada cast yang paling menonjol di “The Forgotten Battle”. Hal itu wajar lantaran film berdurasi 123 menit ini lebih menitikberatkan aspek cerita (plot driven) ketimbang perkembangan tokohnya (character driven).

Semua cast di film “The Forgotten Battle” tampil baik sesuai porsinya. Walau tiap tokoh yang diperankan para cast-nya tidak memiliki character driven yang kuat. Bagi penyuka film dengan ide cerita bagus sekaligus punya character driven yang kuat, film ini sepertinya tidak cocok.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect