The Devil All the Time merupakan Netflix Original Movie terbaru yang disutradarai oleh Antonio Campos. Diramaikan oleh sederet aktor populer dan berbakat, mulai dari Tom Holland, Bill Skarsgard, Sebastian Stan, Haley Bennett, Mia Wasikowska, dan Robert Pattinson. Film drama thriller ini diadaptasi dari novel berjudul serupa oleh Donald Ray Pollock yang juga menjadi narator untuk film ini.
Kisah berlatar pada tahun 1950-an di suatu kota fiksi bernama Meade, Ohio dan Coal Creek, yang secara kebetulan ditinggali oleh berbagai orang yang kisahnya saling berhubungan. Mulai dari warga beragama yang fanatik, pembunuhan, korupsi, hingga balas dendam berdarah. Film ini memiliki vibe yang cukup serupa dengan film 1922 (2017), yang juga merupakan film original Netflix adaptasi novel Stephen King. Bedanya, The Devil All the Time memuat lebih banyak karakter penting, plot, dan kisah bercabang yang kaya.
Sederet Karakter dengan Kisah Tragis dan Rahasia Gelap
The Devil All the Time terdiri dari banyak karakter yang memberi kontribusi pada cerita. Mulai dari Arvin Russell dengan masa kecil yang traumatis, Willward Russell, ayah Arvin dengan cinta mendalam pada istrinya, Charlotte Russell. Kemudian ada pasangan Sandy dan Carl Henderson yang memiliki “pekerjaan” rahasia. Tak ketinggalan Roy Laferty yang mabuk agama dan Pendeta Preston yang memanfaatkan agama untuk kepentingannya sendiri.
Masih banyak lagi pemeran pendukung yang melengkapi kisah ini, menciptakan keterkaitan kisah satu sama lain bagai sarang laba-laba yang rapi. Setiap karakter juga memiliki sifat utama dan kisah tragis yang cukup mendalam untuk meninggalkan bekas di ingatan kita. Dijamin sekalipun kisah telah berakhir, penonton masih akan mengingat setiap karakter penting yang muncul dalam film ini.
The Devil All the Time juga berhasil memotret gaya hidup dan paradigma penduduk Amerika pada masa tersebut. Salah satunya adalah bagaimana penduduk kota kecil masih sangat mengandalkan Tuhan dan pendeta secara ekstrem kala itu. Hingga bayang-bayang perang yang masih menghantui para veteran. Begitu juga tingkat keamanan di kota-kota pinggiran, bagaimana sangat muda mengeksekusi sebuah tindakan yang melanggar hukum.
Tom Holland yang Keluar dari Zona Nyaman
Tom Holland bisa dibilang menjadi pemeran utama dalam film ini. Banyak aktor yang muda Hollywood yang biasanya terjebak pada suatu karakter ikonik, terutama karakter superhero. Contohnya saja Andrew Garfield sebagai Spiderman hingga Robert Pattison sebagai Edward Cullen dari Twilight Saga. Namun, kedua aktor tersebut telah berhasil terlepas dari karakter tersebut dengan memberanikan diri mengambil berbagai film yang lebih menantang dan genre yang jauh berbeda. Kita semua pastinya mengenal Tom Holland sebagai Spiderman era millennial, sosok remaja baby face yang lucu dan selalu bergantung pada aktor senior lainnya di layar lebar.
The Devil All the Time bisa menjadi langkah awal Tom Holland terlepas dari bayang-bayang Peter Parker setelah Marvel Universe Phase 3 telah berakhir. Tom berhasil menampilkan kemampuan aktingnya yang lebih serius dengan naskah drama thriller berdarah.
Tak hanya Tom Holland, Robert Pattinson juga kembali menambah riwayat penampilan terbaiknya dalam film ini. Dengan begini Ia bisa dikategorikan sebagai salah satu aktor bunglon yang selalu menyajikan kualitas akting berbeda. Aktor lain seperti Bill Skarsgard, Jason Clarke, dan Harry Melling juga tampil totalitas.
Plot Maju Mundur yang Tidak Esensial, Namun Tetap Menegangkan Sampai Akhir
Satu hal yang cukup mengganjal dalam film ini adalah teknik plot maju mundurnya pada babak pertama film. Terasa seperti hal yang seharusnya tidak terlalu signifikan dampaknya, justru membuat penonton bingung. Dengan gaya penyampaian cerita narasi dari Donald Ray Pollock, narator jadi terdengar kebingungan harus memulai kisah dari mana. Bahkan ada detail yang terasa seperti spoiler sudah disampaikan sejak awal cerita, dengan babak closure yang jaraknya cukup jauh. Namun hal tersebut hanya terasa pada awal cerita, memasuki babak di mana Arvin Russell sudah dewasa, plot mulai terasa rapi.
Meski tidak didukung dengan editing yang spesial atau scorring tertentu, The Devil All the Time sangat mengandalkan cerita dan akting setiap aktor untuk menciptakan suasana menegangkan dan mengelisahkan. Khotbah dari seorang pendeta yang gila akan terasa sangat mengelisahkan berkat kualitas akting Harry Meilling yang dramatis. Kita bisa merasakan ketakutan, kekhawatiran, dan kebencian yang “ditularkan” pada kita oleh penampilan setiap aktor.
Secara keseluruhan, film drama thriller ini sangat layak untuk ditonton buat kita penggemar drama tragedi, suspense, dan kriminal. Namun, film ini tidak mengandung plot yang penuh teka-teki atau misteri, semuanya kemungkinan cukup terpampang jelas dan mudah untuk disimak. Segala jenis kejahatan dan kisah suram terangkum rapi dalam film ini. Jika seorang mafia atau pembunuh berantai mempunyai anak, The Devil All the Time bisa menjadi dongeng pengantar tidur yang akan mereka bawakan.