Tak ada salahnya menjadi perempuan dengan tinggi di atas normal, namun hal tersebut merupakan masalah besar bagi seorang remaja bernama Jodi (Ava Michelle). Jodi baru berusia 16 tahun dengan tinggi 6 kaki setengah. Mengalami bullying dari kecil, Jodi tumbuh menjadi remaja yang tidak percaya diri dan hanya memiliki dua teman, Fareeda (Anjelika Washington) dan Jack (Griffin Gluck).
Jack merupakan sahabat Jodi yang dari kecil yang menyimpan rasa dan tidak pernah menyerah untuk mengajak Jodi menjalin hubungan dengannya. Jodi memiliki anggapan bahwa ia harus kencan dengan laki-laki yang lebih tinggi darinya. Hingga suatu hari, Stig Mohlin (Luke Eisner), murid baru dari Swedia yang tinggi dan tampan, benar-benar datang memberikan harapan untuk mendapatkan kisah percintaan remaja yang manis.
Tall Girl merupakan salah satu Netflix Original Movie yang baru saja rilis pada 13 September lalu. Tidak ada yang istimewa, film ini merupakan salah satu film dengan genre komedi romantis remaja dengan adaptasi plot yang telah diterapkan banyak film serupa.
Alur Cerita Tipikal Drama Remaja Dengan Pola yang Selalu Sama
Film dibuka dengan narasi yang dibawakan oleh karakter utama dalam kisah ini, Jodi. Menceritakan tentang kemalangannya sebagai remaja perempuan dengan tinggi yang tidak normal. Ia juga memperkenalkan sahabat-sahabatnya sekaligus musuh bebuyutannya, Liz.
Alur cerita yang disuguhkan juga memiliki kesamaan dengan film-film remaja ikonik. Dengan karakter utama yang biasa-biasa saja dan cenderung dikucilkan oleh teman-temannya, dengan dua sahabat yang selalu mendukungnya. Kemudian muncul seorang “pangeran” yang secara ajaib bisa menaruh perhatian dengan seorang perempuan yang sebelumnya tidak pernah diperhatikan oleh orang lain.
Kisah yang disuguhkan juga tidak cukup sesuai dengan judulnya, “Tall Girl”. Judul yang sederhana namun secara gamblang menjelaskan bahwa ini adalah kisah tentang Jodi, gadis bertubuh tinggi. Daripada porsi cerita tentang menggali jati diri Jodi sebagai si gadis raksasa, penulisan cerita lebih didominasi dengan kisah Jodi dalam mendapatkan cinta yang ia idam-idamkan.
Memang ada beberapa nilai tentang penerimaan diri dan bagaimana Jodi berusaha untuk memeluk kepribadiannya sebagai si gadis raksasa. Namun, momen tersebut hanya disematkan untuk melengkapi kisah, bukan sebagai masalah utama dalam film ini.
Unsur Komedi yang Menghibur
Salah satu keunggulan dalam film “Tall Girl” adalah komedinya yang menghibur. Beberapa adegan disajikan dengan sinematografi dramatis dengan kesan berlebihan yang disengaja. Dialog dalam naskah film ini juga padat dan memiliki gaya penulisan yang lucu ala novel teenlit dengan perumpamaan dan pemilihan kata yang hiperbola.
Penulis cerita juga tidak sepenuhnya “ceroboh” dan asal-asalan dalam menulis naskah. Ada beberapa unsur kecil yang diperhatikan dari awal dengan jawaban yang menanti penonton pada akhir film. Meski hanya bersifat klise, namun tetap berhasil menghibur dan membuat kita tertawa.
Penciptaan Karakter Menarik yang Stereotip
Dalam sebuah film remaja SMA, pasti kita akan menemukan perempuan protagonis, perempuan antagonis, laki-laki tampan yang diperebutkan, dan karakter pendukung yaitu sahabat protagonis. Pola penciptaan karakter seperti ini terlihat jelas dalam film “Tall Girl”, hal ini membuat kita yang sudah pernah melihat banyak film serupa kurang lebih bisa memprediksi ending yang telah menanti.
Tak sepenuhnya terlihat gagal, terkadang hadirnya berbagai karakter yang berlebihan dan berpola ini cukup menarik untuk disaksikan. Mulai dari ibu Jodi yang narsistik (Angela Kinsey) dan ayahnya yang paranoid (Steve Zahn) sepanjang waktu dengan keadaan biologis putrinya. Hingga kakak Jodi, Harper (Sabrina Carpenter), pemenang berbagai kontes kecantikan yang sempurna namun juga sedikit aneh. Keluarga Jodi merupakan salah satu bumbu komedi yang akan membuat kita terhibur disamping kisah Jodi yang sebetulnya biasa-biasa saja.
Secara keseluruhan, “Tall Girl” merupakan film remaja dengan genre komedi romantis dengan pola dan pembentukan karakter yang sudah pernah ada sebelumnya. Merupakan film yang cukup menghibur karena unsur komedinya yang dirancang dengan tepat, namun tidak cukup memberikan kisah yang mendalam tentang perkembangan jati diri Jodi secara sempurna.