Sudah lama kita tidak menikmati film horor yang berkualitas dan benar-benar meledak di pasaran. Ada tahun-tahun film horor produksi dalam negeri justru menyuguhkan judul cerita menggelikan dan karakter-karakter mentah. Film horor Indonesia mulai menunjukkan taringnya kembali saat Danur (2017) dan Pengabdi Setan (2017) dirilis di pasaran. Keduanya meledak. Tak hanya itu, Pengabdi Setan mendapat predikat film horor dalam negeri terlaris sepanjang masa dan meraih sangat banyak penghargaan. Ia hampir memborong segala jenis kategori mulai dari sutradara terbaik hingga tata suara terbaik.
Tahun ini, Joko Anwar dipastikan akan merilis Perempuan Tanah Jahanam. Ia akan kembali bekerja sama dengan produser dari Pengabdi Setan sekaligus The Wailing. Joko Anwar tak hanya kembali menduduki kursi sutradara tetapi juga merangkul dua pemain Pengabdi Setan yaitu Tara Basro dan Asmara Abigail. Kejutan selanjutnya adalah kehadiran Christine Hakim sebagai sosok antagonis. Christine mengaku belum pernah bermain film horor sepanjang sejarah karirnya di industri film. Melihat deretan nama yang mendukung Perempuan Tanah Jahanam, kita tentu menjadi optimis dengan kualitasnya.
Namun, apakah itu The Wailing? Penikmat film di Indonesia mungkin tidak semua familiar dengan judul film tersebut. Sebab, film itu berasal dari Korea Selatan. The Wailing adalah horor thriller yang digarap sutradara Na Hong-jin. Ia dikenal sebagai spesialis film kriminal. Ia juga termasuk ke daftar nama sutradara asal Negeri Ginseng tersebut yang kerap menyuguhkan plot cerita di luar dugaan. Tak hanya thriller yang berdarah-darah tapi jalinan ceritanya tak sesuai pakem. Benar-benar jauh berbeda dengan suguhan film Hollywood.
The Wailing (2016) memeroleh kepopulerannya bukan karena jump scare atau hantu yang mengerikan. Justru skenarionya tidak biasa dan cenderung aneh hingga sedikit sulit dicerna. Tak jelas mana yang hantu dan mana yang manusia di film ini. Tetapi kita tetap dapat menarik garis merah antara The Wailing, Pengabdi Setan, dan poster dari Perempuan Tanah Jahanam. Pertama adalah settingnya yang berada di tempat terpencil. The Wailing menggambarkan kehidupan di desa yang jauh di pedalaman Korea. Kita tak akan disuguhi gambaran kemajuan Korea sebagai sebuah negara. Sejauh mata memandang kita akan melihat hutan, jalanan berkelok, bukit, hutan, dan rumah-rumah yang masih kuno.
Perempuan Tanah Jahanam Review
Hal serupa juga kita temukan dalam Pengabdi Setan. Rumah yang digunakan sebagai setting film tersebut adalah rumah seorang karyawan perkebunan teh. Letaknya di Pengalengan, Jawa Barat. Rumah tersebut tidak memiliki tetangga dan dikelilingi pepohonan yang sunyi. Sangat khas dan cocok sebagai setting film horor. Kabarnya, setting dari Perempuan Tanah Jahanam pun demikian. Kita akan disuguhi lokasi di desa terpencil dengan rumah tradisional Joglo. Kedua, ketiga film ini sama-sama fokus pada tokoh utama perempuan.
Walau dalam The Wailing tokoh utamanya adalah seorang polisi ceroboh, sebenarnya kisahnya fokus pada perempuan. Anaknya yang kerasukan adalah seorang perempuan. Begitu pula tokoh dukun perempuan yang berusaha mengusir hantu dalam wujud kakek tua itu. Pengabdi Setan sendiri adalah kisah mengenai seorang ibu yang memuja setan agar dapat memiliki anak. Sementara dalam Perempuan Tanah Jahanam, keempat tokoh utama yang muncul di poster adalah perempuan. Meski ada tokoh lelaki, tokoh tersebut tidak muncul di poster.
Kesamaan lain dari ketiga film ini adalah pendekatan hal-hal berbau klenik. Pada The Wailing, sang polisi sempat datang ke gereja dan mengadu mengenai hantu orang Jepang yang membuat anaknya kerasukan. Namun gereja mengatakan tidak dapat membantu apa-apa mengenai hal tersebut. Begitu pula dalam Pengabdi Setan. Kita akan menemukan ada tokoh pemuka agama yang terbunuh di bagian paruh akhir film. Apakah pola yang sama akan kita temukan pada Perempuan Tanah Jahanam? Bisa saja, mengingat produser dari ketiga film ini nampaknya menyukai formula yang sama.
Formula yang sama bisa saja dianggap sebagai ciri khas dari sebuah karya seni. Namun ada kecenderungan untuk menduga hal ini dilakukan karena produsernya mencoba bermain aman. Meski demikian patut kita apresiasi bahwa skenario dari Pengabdi Setan sendiri lebih mudah dicerna dan tidak “njelimet” seperti The Wailing.