Connect with us
Onde Mande Review
Visinema Pictures

Film

Onde Mande Review: Kampung Halaman dan Segala Dilemanya

Ragam perspektif mengenai kampung halaman dan orang-orang terkaitnya.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Setiap orang tentu memiliki kampung halamannya. Baik yang masih menetap maupun yang sudah lama meninggalkannya, akan selalu ada kisah sebagai pengingat seseorang mengenai kampung halaman tersebut, mulai dari menemukan hal baru, hingga penemuan jati diri yang penting bagi eksistensi manusia. Singkatnya, itulah concern utama pada film ‘Onde Mande’.

‘Onde Mande’ merupakan film drama komedi hasil kolaborasi Visinema Pictures dan Gandrvng Films yang disutradarai oleh Paul Fauzan Agusta. Film bernuansa Minangkabau ini dibintangi oleh segudang aktor-aktris kenamaan Indonesia, mulai dari Jose Rizal Manua, Jajang C. Noer, Shenina Cinnamon, hingga Emir Mahira.

Kisahnya sendiri berpusat pada Angku Wan yang baru saja memenangkan undian dari perusahaan sabun dan berencana menggunakannya untuk mensejahterakan kampung halamannya. Akan tetapi, Angku Wan yang tiba-tiba membuat konflik hadir, baik yang ingin memenuhi keinginan terakhir sang almarhum, sampai yang terpaksa meninggalkan kampung halaman demi menemui ahli waris sang tetua kampung tersebut.

Dalam menampilkan ceritanya, ‘Onde Mande’ dikemas dalam alur maju yang bersifat linear. Melalui teknik penceritaan tersebut, film arahan Paul Fauzan Agusta ini hanya akan mendorong penonton untuk menikmati cerita yang terpampang di layar lebar tanpa mengandalkan elemen storytelling tambahan seperti flashback layaknya berbagai film drama komedi pada umumnya.

Onde Mande Review

Sebagai film drama komedi, ‘Onde Mande’ yang membawa latar Minangkabau sebagai pusatnya banyak bermain dalam dialog sepanjang durasi 97 menitnya. Seperti ‘Yowis Ben’ dan ‘Ngeri-Ngeri Sedap’ yang dialognya didominasi oleh bahasa daerah, ‘Onde Mande’ juga mengusung langkah serupa dalam menampilkan dialognya. Terlepas hal tersebut, menikmati segala dialognya tidaklah menyulitkan penontonnya, bahkan penerapannya membuat nuansa Minang-nya makin terlihat dan pada beberapa momen berhasil membangun komedi situasionalnya menjadi lebih mengundang gelak tawa.

Cerita dalam ‘Onde Mande’ sendiri berpusat pada tiga perspektif, yakni dari sisi kelompok yang memiliki niat membangun kampung dengan cara yang kurang baik, dua remaja yang terpaksa merantau demi mencari sang ahli waris dari almarhum tetua kampung, hingga orang berdarah Minang yang tak mengenal asal-usul orang tuanya namun diminta kembali ke kampung halaman yang tak pernah ia sambangi sepanjang hidupnya. Semua perspektif tersebut lalu menyatu dalam kesamaan kampung halaman, mengubahnya menjadi kisah utuh yang wholesome.

Akan tetapi, ceritanya yang sangat grounded tersebut tampak tersia-siakan pada bagian klimaksnya. Demi menyambungkan setiap benang cerita dari perspektif intinya, film drama komedi dari Visinema Pictures tersebut tak terasa memberikan konklusi nyata. Walau sepertinya penerapan hal tersebut ditujukan untuk menjadi bahan diskusi para penontonnya, cliffhanger yang disematkan memberikan kesan bahwa journey dari para karakternya belum sepenuhnya tuntas.

Walau tampak diusung dengan budget yang tidak terlalu besar, usungan teknis pada ‘Onde Mande’ tak bisa dipandang sebelah mata. Sinematografi yang banyak bermain dengan wide shot-nya dengan paduan color tone bernuansa cool-nya membangun suasana menyejukkan di tengah chaos konfliknya. Tak hanya itu, scoring yang didominasi oleh ambience alam pedesaan juga membuat latarnya terasa lebih hidup seiring durasinya.

Akhir kata, ‘Onde Mande’ adalah film drama komedi mengenai kisah beberapa orang yang terikat karena eksistensi kampung halaman. Dengan representasi yang sangat membumi, film arahan Paul Fauzan Agusta ini bisa menjadi salah satu film terbaik tahun ini apabila tidak membuat ceritanya menggantung.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect