Connect with us
Nomadland
Searchlight Pictures

Film

Nomadland Review: Mengenal Gaya Hidup Pengembara Dengan Mobil Van

Skenario dan akting aktor yang otentik, seperti dokumenter tanpa narasi.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Nomad atau pengembara, merupakan orang yang memilih untuk hidup tidak menetap di satu tempat. Hal ini mungkin terasa lebih realistis pada zaman dahulu ketika peradaban dunia tidak semaju sekarang. Kita bisa membayangkan penyembara dengan kuda, berkelana untuk memperkaya pengalaman, atau sekedar memiliki hasrat besar untuk berpetualangan dan tidak terikat di satu tempat saja.

Hidup mengembara di era modern mungkin tampak tidak lazim untuk sebagian besar orang. Aneh ketika orang tidak memiliki rumah, aneh ketika orang tidak memiliki pekerjaan tetap, dan berbagai opini aneh lainnya.

Melalui “Nomadland”, sutradara Chloe Zhao hendak mengajak kita memahami gaya hidup pengembara di zaman modern dengan sebuah van. Diadaptasi dari buku karya Jessica Bruder bertajuk “Nomadland: Surviving America in the Twenty-First Century”. Bersama Frances McDormand sebagai bintang utama sekaligus produser, film ini sudah digadang-gadang sebagai salah satu nominasi Best Picture Oscar 2021.

Sebelumnya “Nomadland” juga masuk dalam daftar film terbaik 2020 di sebagian besar media. Begitu pula pengakuan melalui sejumlah penghargaan mulai dari Golden Lion pada Venice Film Festival, hingga People’s Choice Award di Toronto International Film Festival tahun lalu.

Nomadland review

Searchlight Pictures

Plot Tanpa Objektif Tertentu, Terasa Seperti Perjalanan yang Natural

“Nomadland” merupakan tipikal film bergenre drama kehidupan dengan plot tanpa objektif tertentu. Bukan soal tujuan, namun apa yang kita dapatkan selama perjalanan. Film terasa seperti film dokumenter tentang para pengembara namun tanpa narasi dan disajikan dengan sinematografi yang menggugah. Keotentikan tersebut dihadirkan melalui latar dan penulisan yang tampak usahanya melalui observasi dan narasumber yang tepat.

Chloe Zhao juga menghadirkan beberapa karakter yang memang seorang pengembara sungguhan yaitu Linda May dan Swankie. Dihadirkan pula sosok terkenal di komunitas pengembara Amerika yaitu Bob Wells. Bob terkenal sebagai sosok yang menginspirasi banyak orang untuk menjalani gaya hidup nomad, serta pelopor dari pertemuan para pengembara, Rubber Tramp Rendevouz yang juga akan kita lihat dalam film ini.

Kita akan melihat Fern, karakter utama dalam kisah ini, dalam memulai kehidupan sebagai pengembara karena alasan tertentu. Mulai dari awal perjalanan, melakukan berbagai jenis pekerjaan yang tidak menetap, hingga berbagai momen interaksi dengan pengembara lainnya yang menarik untuk disimak.

Setiap karakter pendukung memiliki kisahnya masing-masing. Ada yang mengembara hanya karena mereka ingin, ada pula kisah emosional dimana hidup berkelana merupakan obat bagi jiwa yang terluka. Diselipkan pula konflik atau momen mengesalkan bagi Fern selama mengembara yang menambah unsur alami dalam penulisan naskahnya.

Nomadland review

Searchlight Pictures

Fern dengan Prinsip dan Kisahnya Sendiri Sebagai Pengembara

Fern merupakan karakter utama yang dibekali dengan penokohan dan latar belakang yang jelas. Seperti para pengembara lainnya, Fern juga memiliki alasan mengapa Ia memilih untuk mengembara. Kita akan mengenal karakter ini secara bertahap sepanjang film. Namun berbeda dengan karakter pendukung lain yang langsung kita pahami dalam satu babak khusus dimana mereka diberi porsi untuk bercerita.

Eksekusi yang tepat dalam penulisan untuk membuat Fern berbeda dengan karakter lainnya. Perkenalan kita dengan Fern akan terasa lebih personal. Dimana kita lebih mengobservasi rutinitas hariannya, kisah-kisah sentimentil yang sepele, hingga akhirnya opini dari karakter lainnya yang pada waktunya akan tersampaikan secara natural. Bagi orang yang hidup menetap di satu tempat dan rutinitas yang stabil, orang-orang seperti Fern mungkin tampak kehilangan arah atau tidak memiliki tujuan. Namun, justru Fern tahu jelas apa yang Ia tuju; yaitu kehidupan dalam van dengan tujuan tanpa batas.

Perpaduan Antara Sinematografi dan Scoring yang Menggugah

Ada banyak adegan dengan wide angle yang memperlihatkan panorama lokasi dengan pencahayaan alam yang indah. Kita juga akan melihat momen me-time Fern berjalan santai di kamp para pengembara hingga alam terbuka yang tenang. Sinematografi yang lembut berpadu dengan alunan scoring piano melankolis dari Ludovico Einaudi. Menciptakan vibe film yang hangat dan cozy, seperti jalanan dan setiap momen yang tertangkap adalah “rumah” bagi Fern dan pengembara lainnya.

“Nomadland” memiliki kualitas produksi dan penulisan yang memang biasa kita temukan pada jagoan Best Picture Oscar selera klasik. Dimana terinspirasi atau diadaptasi dari kisah nyata, ditulis dengan naskah yang menggugah.

Sinematografi artistik, serta penampilan karakter utama yang kuat. “Nomadland” berhasil membuat kita memahami adalah pilihan lain dalam menjalani kehidupan ini, yaitu sebagai nomad atau pengembara. Tidak ada bedanya dengan kehidupan normal, ada kehangatan, momen mengesalkan, hingga makna yang mendasar gaya hidup tersebut.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect