Quantcast
Mufasa: The Lion King Review - Asal-Usul Mufasa dalam Visual Spektakuler yang Kurang Menggigit - Cultura
Connect with us
Mufasa: The Lion King Review
Disney

Film

Mufasa: The Lion King Review – Asal-Usul Mufasa dalam Visual Spektakuler yang Kurang Menggigit

Sebuah prekuel dengan visual yang indah namun kurang menggigit dalam penceritaan.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

‘Mufasa: The Lion King’ (2024) adalah prekuel dari film animasi klasik Disney yang disutradarai oleh Barry Jenkins, yang sebelumnya dikenal melalui karya-karya seperti ‘Moonlight’ dan ‘If Beale Street Could Talk’. Film ini berusaha mengisahkan latar belakang Mufasa, ayah Simba, dengan pendekatan live-action yang serupa dengan remake ‘The Lion King’ tahun 2019.

Cerita dimulai dengan Mufasa muda, seekor anak singa yatim piatu yang bertemu dengan Taka, pewaris garis keturunan kerajaan. Pertemuan ini memulai perjalanan yang luas, mengungkap masa lalu Mufasa dan hubungannya dengan Taka, yang kemudian dikenal sebagai Scar.

Naskah yang ditulis oleh Jeff Nathanson berusaha memberikan kedalaman pada karakter Mufasa dan Scar, serta menjelaskan asal-usul elemen-elemen penting dalam semesta The Lion King. Namun, beberapa kritikus merasa bahwa upaya ini berlebihan dan kurang menginspirasi. Entertainment Weekly menyebut bahwa film ini mencoba terlalu keras untuk menjelaskan latar belakang dunia Simba, yang seringkali terasa berlebihan dan tidak menginspirasi.

Salah satu aspek yang paling menonjol dari film ini adalah sinematografinya. Dengan penggunaan CGI yang canggih, film ini berhasil menghadirkan visual yang memukau dan mendetail, memberikan kehidupan pada karakter-karakter hewan dengan ekspresi yang lebih nyata.

Film ini menawarkan peningkatan visual dibandingkan dengan remake tahun 2019, dengan adegan dinamis dan lanskap luas yang menekankan dampak dunia alami pada para singa.

Pengisi suara dalam film ini memberikan performa yang solid. Aaron Pierre mengisi suara Mufasa muda, sementara Kelvin Harrison Jr. berperan sebagai Taka. Tiffany Boone mengisi suara Sarabi, dan Mads Mikkelsen memberikan penampilan yang menonjol sebagai antagonis Kiros. Meskipun demikian, beberapa kritikus merasa bahwa narasi yang padat dan lagu-lagu baru dari Lin-Manuel Miranda kurang berkesan, sehingga mengurangi dampak emosional film ini.

Lin-Manuel Miranda, yang dikenal melalui karyanya di ‘Hamilton’ dan ‘Moana,’ menyumbangkan lagu-lagu baru untuk film ini. Namun, lagu-lagu tersebut menerima tanggapan beragam. Urutan musikal dalam film ini kurang menonjol dibandingkan dengan soundtrack asli yang ikonik.

Sejak dirilis, ‘Mufasa: The Lion King’ menerima beragam ulasan dari kritikus. Beberapa memuji peningkatan visual dan upaya untuk memberikan kedalaman pada karakter, sementara yang lain mengkritik naskah yang dianggap kurang orisinal dan lagu-lagu yang tidak berkesan. Entertainment Weekly memberikan nilai C+, menyebut film ini sebagai tambahan yang secara visual menakjubkan namun lemah secara emosional dan naratif dalam repertoar live-action Disney.

‘Mufasa: The Lion King’ menawarkan visual yang memukau dan upaya untuk memperdalam cerita karakter ikonik. Namun, dengan naskah yang kurang orisinal dan musik yang tidak terlalu menonjol, film ini mungkin tidak memenuhi harapan bagi sebagian penonton.

den of thieves 2: pantera den of thieves 2: pantera

Den of Thieves 2: Pantera Review

Film

Nosferatu 2024 Nosferatu 2024

Nosferatu Review: Kisah Klasik Vampir yang Dibalut Visual Gotik Modern

Film

Presence Review: Pendekatan Unik Dari Sudut Pandang Hantu

Film

The Brutalist The Brutalist

The Brutalist Review: Kekerasan dan Kebiadaban Tidak Sama Dengan “Brutalisme”

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect