Connect with us
Children of Heaven

Film

Children of Heaven Review: Belajar Introspeksi Diri dari Kisah Sepasang Sepatu

Kisah kemewahan hati anak-anak dan potret kemiskinan yang mengekang.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Kisah dua saudara, Ali (Amir Farrokh Hashemian) dan Zahra (Bahare Seddiqi) yang harus bergantian memakai sepasang sepatu untuk pergi ke sekolah adalah tontonan nostalgia yang sering ditayangkan di televisi pada momen libur panjang.

Karya sineas Iran Majid Majidi ini adalah film pertama yang mendapatkan nominasi Film Berbahasa Asing Terbaik dalam Academy Award. “Children of Heaven” (1997) menjadi sebuah kisah kontemplasi yang menyajikan konflik sederhana namun dikemas dengan gaya penceritaan mendalam.

Cerita dengan Narasi Sederhana tentang Sepasang Sepatu

“Children of Heaven” bukanlah karya yang menawarkan cerita dengan narasi besar dan konflik epik, namun memiliki kekuatan dengan kesederhaan tema yang mengikat keseluruhan inti cerita yang dibangun. Kisah Ali yang kehilangan sepatu adiknya, Zahra yang ia bawa ke pasar untuk diperbaiki, membawa masalah beruntun untuk dia dan adiknya.

Karena sadar diri dengan kemiskinan keluarga, dua kakak beradik yang masih duduk di sekolah dasar ini harus rela pergi ke sekolah dengan bergantian memakai satu pasang sepatu yang sama. Konflik sederhana tentang bagaimana Ali yang selalu menunggu Zahra pulang sekolah di ujung lorong untuk berganti alas kaki ini terus dibangun dengan ritme yang intens.

Beberapa permasalahan kecil seperti hujan yang turun saat mereka menjemur sepatu, atau sepatu yang terbawa arus got saat Zahra berlari tak terkendali, dibuat menjadi drama yang mengundang belas kasih.

Children of Heaven

Penokohan Anak-anak Polos yang Dikaruniai Kemewahan Hati

Majid Majidi memang konsisten dengan penokohan anak-anak sebagai peran utama, melalui ketulusan anak-anak, film ini bisa menampar cara pandang orang dewasa tentang bagaimana memaknai dunia.

Tokoh Ali yang berwajah sendu, lahir dari keluarga miskin dengan keadaan ibu yang sakit dan ayah seorang pembuat teh di masjid. Ia memiliki dua orang adik, Zahra yang harus tumbuh dewasa sebelum waktunya dan seorang adik bayi yang masih kecil.

Ali dan Zahra adalah anak-anak polos yang hidup dalam keluarga miskin namun dikaruniai hati yang lapang. “Children of Heaven” memuat cerita-cerita surga yang diciptakan dari tindakan penuh kasih Ali dan Zahra. Penonton akan disuguhkan dengan pelajaran cara berbagi, membantu orang tua tanpa pamrih, menyimpan rahasia untuk kebaikan, dan menaruh belas kasih pada orang yang lebih membutuhkan. Film ini adalah paket lengkap untuk pembelajaran introspeksi diri.

Kritik Sosial tentang Kemiskinan dan Hadirnya Harapan-harapan Kecil

Perjalanan Ali dan Zahra melalui berbagai masalah hidup karena sepasang sepatu, dibangun pada sebuah latar kehidupan di perkampungan kumuh di selatan Teheran. Potret tentang keberadaan bangunan-bangunan tua dengan tembok tinggi yang sudah rapuh dan lorong-lorong kampung yang sempit mewarnai cerita kemiskinan yang ingin disampaikan oleh Majid Majidi.

Namun, takdir malang dan kemiskinan yang menimpa keluarga Ali malah memberi banyak bahan introspeksi bagi banyak orang. Bagaimana cara Ayah Ali mengajarkan anak-anaknya untuk tidak mengambil yang bukan haknya melalui sebuah adegan ketika Zahra ingin mengambil satu potong gula batu masjid yang sedang dipecah.

Atau gambaran tentang cara berbagi Ali dan Zahra ketika memutuskan untuk bergantian memakai sepasang sepatu yang sama saat pergi ke sekolah. Harapan-harapan sederhana namun mewah juga beberapa kali muncul dari kaca mata Ali dan Zahra, misalnya saat mereka selesai mencuci sepatu dan impian memenangkan kompetisi lari yang berhadiah sepatu olah raga.

Kesedihan yang Dipelihara Sampai Akhir Cerita

(Spoiler Alert!) Perjalanan estafet sepatu antara Ali dan Zahra dimulai dengan kesedihan dan kemalangan-kemalangan beruntun yang menghiasi sepanjang plot film. Zahra yang tidak bisa bermain seperti anak seusianya karena ibu yang sakit, atau Ali yang tidak bisa mengikuti pertandingan bola karena sepatunya dipakai Zahra ke sekolah adalah beberapa nasib sial yang dialami dua bersaudara ini.

Walaupun harapan besar pernah sangat dekat, yaitu saat Ali berhasil memenangkan lomba lari maraton. Namun, impian sederhana untuk menjadi juara tiga malah gagal, harapan itu pupus dari kedua mata Zahra yang kecewa menerima kabar dari kakaknya. Kesedihan itu tidak pernah runtuh sampai selesainya film.

“Children of Heaven” menghadirkan kebahagiaan tersirat melalui sebuah potongan adegan Ayah Ali dan Zahra yang membawa dua pasang sepatu di belakang kotak sepeda tuanya. Film ini memilih ending yang mengecewakan namun tepat karena mampu menggantung harapan indah yang bisa tercipta di imajinasi setiap penontonnya.

Pada akhirnya, “Children of Heaven”  adalah sebuah tontonan yang berhasil menguras air mata. Potret kebaikan hati anak-anak dan ketabahannya melawan permasalahan-permasalahan dunia bisa menjadi bahan intropseksi bagi semua orang.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect