Diangkat dari kasus perampokan yang terjadi di perpustakaan Universitas Transylvania pada 2004 silam. “American Animals” (2018) menyuguhkan cerita tentang empat pemuda yang merencanakan pencurian salah satu koleksi langka di perpustakaan Universitas, sebuah buku berjudul “The Birds of America” karya John James Audobon.
Film yang memakai format semi dokumenter ini disutradarai oleh Bart Layton, yang juga dikenal lewat film “Imposter” (2012).
Tentang Ambisi yang Tidak Diimbangi dengan Pengetahuan Matang
Spencer Reinhard (Barry Keoghan) adalah seniman dengan latar belakang keluarga terpandang, namun memiliki jiwa yang kosong. Sedangkan sahabatnya, Warren Lipka (Evan Peters) adalah pemuda penuh ambisi yang selalu gegabah saat mengambil keputusan, pada dasarnya Warren merupakan cerminan dari manusia yang kurang pintar tapi punya bekal nekat. Mereka berdua menjalin persahabatan sejak kecil walau dengan sifat yang saling bertolak belakang.
Suatu hari Spencer bosan menjalani kehidupan yang biasa-biasa saja, saat sedang melakukan kunjungan studi, ia terpikir untuk mencuri sebuah buku langka dari perpustakaan Universitas Transylvania yang nilainya bisa mencapai 12 juta Dolar.
Dengan bekal cerita Spencer, Warren menyambut baik gagasan kriminal sahabatnya dan segera menyusun strategi perampokan yang menurutnya sangat brilian. Ditengah menjalankan rencana, dua orang lain Chas Allen (Blake Jenner) dan Eric Borsuk (Jared Abrahamson) bergabung untuk melengkapi bagian kosong dalam misi perampokan yang disusun secara sembrono oleh Warren.
Sajian Heist Movie yang Diluar Ekspektasi
“American Animals” hadir sebagai sajian yang berhasil menjatuhkan ekspektasi penonton pada film-film dengan tema perampokan. Heist movie yang pada umumnya menampilkan pertunjukkan keren para karakternya saat melakukan aksi kejahatan, seperti pada “Ocean’s Eleven” (2001) dibalikkan dengan sempurna lewat fakta, bahwa komplotan yang ada di “American Animals” adalah orang-orang kurang kompeten yang menjalankan misi perampokan secara grasah-grusuh.
Spencer, Warren, dan dua orang lainnya merencanakan misi perampokan hanya dengan bekal cerita-cerita di film, mereka ingin cepat merubah keadaan dengan memiliki banyak uang dan berharap hidup bahagia seperti tokoh-tokoh dalam film.
Pada kenyataannya misi yang mereka jalankan tidak semulus rencana awal, proses panjang pengamatan yang memakan waktu hampir satu tahun sedikit demi sedikit menemui celah yang mengarahkan penonton pada sebuah fakta, bahwa tokoh-tokoh dalam film ini hanya orang biasa yang tidak memiliki pemikiran jenius.
Kisah Anak Muda yang Kehilangan Arah Hidup
Jika dilihat dari narasi sebuah film, latar belakang yang mendasari Spencer dan Warren untuk melakukan tindak kriminal terasa kurang masuk di akal. Mereka seperti gambaran pemuda-pemuda mabuk yang bosan dengan kehidupan normal, lalu pada akhirnya ingin mengisi kekosongan di hati dengan mencoba melakukan sesuatu yang luar biasa, yaitu sebuah perampokan.
Namun, saat menilik fakta bahwa film “American Animals” ini merupakan dokumenter dari kisah nyata, setidaknya penonton bisa menebak sebab apa yang mendasari keempat pemuda tersebut bisa nekat melakukan tindak kriminal yang bisa berakibat fatal untuk hidupnya dan keluarga. Spencer dan teman-temannya terlihat seperti sekumpulan pemuda yang melakukan berbagai macam cara untuk menuntaskan keinginan semu yang selalu mengganggu pikiran mereka.
Gaya Penceritaan Multiperspektif yang Unik
Yang paling menyenangkan dari menonton“American Animals” adalah gaya penceritaannya menggabungkan dramatisasi film normal yang dikombinasikan dengan wawancara tokoh-tokoh asli, mereka merupakan empat terpidana dan beberapa tokoh yang terkait dengan kasus ini.
Perpindahan adegan yang dimainkan oleh Bart Layton sukses menarik perhatian, misalnya saja saat Spencer dan Warren memiliki sudut pandang berbeda saat ditanyai tentang awal mula rencana kriminal mereka dibicarakan. Warren mengingat kejadian tersebut dilakukan di sebuah club sedangkan dari sudut pandang Spencer mereka melakukan percakapan di dalam sebuah mobil. Reka adegan kemudian dibuat dengan dua scene yang berbeda namun tetap saling terkait melalui tindak tanduk dan percakapan yang tidak terputus.
Adegan-adegan yang dibuat berulang dari hasil ingatan berbeda-beda tokohnya membuat para penonton melihat sisi natural dari film ini. Setidaknya Bart Layton ingin memperlihatkan bahwa orang-orang yang terlibat dalam kasus perampokan di perpustakaan Universitas Transylvania ini, memiliki rekam ingatan yang berbeda. Dan dari pengakuan yang berhasil di kumpulkan penonton bisa diperlihatkan bahwa proses kejadian dan tindak kriminal yang mereka lakukan tidak didasari oleh perasaan yakin.
“American Animals” adalah film dengan tema perampokan yang di luar ekspektasi, film ini bisa menyadarkan siapa saja, bahwa binatang yang ada di dalam diri seharusnya tidak dipelihara hanya karena ingin terlihat kuat di mata orang lain. Pada akhirnya film ini mampu menghibur dengan sajian ketegangan yang nanggung tapi tetap mengagumkan.