Connect with us
Pig Review
Cr. Neon/Claire Timmons

Film

Pig Review: Mencari Peliharaan yang Hilang dan Rangkuman Tiga Babak Kesedihan

Come back Nicolas Cage yang menghadapi kehilangan seekor babi dan kisah-kisah di masa lalu.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Merangkum kisah seorang lelaki tua yang kehilangan seekor babi, “Pig” (2021) berhasil menarik perhatian berkat kedalaman ceritanya yang berpusat pada penerimaan kehilangan dan rasa pahit merelakan.

“Pig” menandai kembalinya aktor senior Nicolas Cage yang pada akhirnya bisa memenuhi ekspektasi besar para penonton setelah tampil kurang meyakinkan dalam beberapa film sebelumnya.

“Pig” mengawali ceritanya dengan potret kehidupan Robin Feld (Nicolas Cage) yang mengasingkan diri di dalam hutan, Ia tinggal dengan seekor babi kesayangannya di kabin yang kumuh.

Dengan bantuan seekor babi, Rob mencari jamur truffle yang dikenal memiliki nilai jual tinggi. Setiap Kamis Ia menukar hasil buruannya ke seorang pemuda kota bernama Amir (Alex Wolff). Hingga suatu hari, hidup damai yang sudah dilaluinya selama 15 tahun menjadi kacau karena sekelompok orang menerobos dan menculik babi kesayangannya.

Pig 2021

Tiga Babak Kesedihan

Michael Sarnoski membagi film ini ke dalam tiga babak kesedihan, yang pertama adalah tentang “rustic mushroom tart”, dimana kesedihan itu tergambar jelas saat Rob harus kehilangan seekor babi yang selama ini selalu menemaninya mencari jamur truffle. Perasaan kehilangan Rob tergambar dari semua tindakan dan ekspresi muka yang ditampilkan oleh Nicolas Cage.

Babak kedua, adalah tentang “roti panggang, ibu & kerang dekonstruksi” yang menampilkan bentuk kesedihan lain dari karakter-karakter yang ikut terhubung dalam kisah Rob. Bagian ini merupakan penataan ulang dari histori seorang Robin Feld, siapa dirinya di masa lalu dan kesengsaraan apa yang pernah Ia lalui sehingga bisa menjadi Rob yang sekarang.

Babak terakhir merupakan penutup dari semua kesedihan yang membalut semua luka Robin Feld digambarkan melalui “Burung, botol, dan French Salted Baguette”. Alegori itu menandai perasaan puncak kehilangan yang dialami protagonis utama film ini.

“Aku tidak akan merasa kehilangan jika saja tidak berusaha mencarinya, begitu setidaknya dalam ingatanku dia masih ada”

Pig

Orang-orang dan Rasa Kehilangan

Sepanjang film, penonton disuguhkan dengan amukan seorang Robin Feld selama proses pencarian babi. Dengan penampilan khas gelandangan dan muka penuh luka Rob mengitari kota untuk misi balas dendam kepada pencuri babi kesayangannya.

Pada perjalanannya, Ia menemui orang-orang yang memiliki ikatan dengan Rob di kehidupan masa lalu saat Ia menjadi seorang chef. Film ini menempatkan menu-menu makanan sebagai simbol kejayaan Rob dan menjadikannya senjata untuk mengalahkan musuh. Melalui masa lalu, Rob mematahkan pihak lawan dengan kata-kata yang frontal dan kejam, Ia memiliki ketajaman intuisi dan daya ingat yang cemerlang.

Salah satu bentuk balas dendam paling ekplisit dalam film ini adalah pada adegan saat Rob dan Amir memasak hidangan yang sama persis seperti dalam kenangan Darius (Adam Arkin), Ayah Amir yang memiliki hubungan rumit dengan Rob. Visualisasi memasak yang dihadirkan begitu terasa intim dan penuh amarah sehingga bisa mewakili kekecewaan Rob.

Come Back Nicolas Cage yang Kembali Bersinar

Film ini mendapat apresiasi besar dari berbagai kalangan, bahkan mendapatkan audience score sebesar 84% di Rotten Tomatoes. Keberhasilan ini menandai kesuksesan Nicolas Cage dalam memerankan sosok Robin Feld sebagai gelandangan berkelas yang menjalani kehidupan rumit.

Nicolas cage bisa membawakan kesedihan seseorang saat kehilangan sosok kesayangannya, yaitu seekor babi truffle. Ia mempertaruhkan segalanya agar bisa menemukan babi yang selalu meneminya menjalani waktu dalam pengasingan di hutan.

Tipe Film yang Lambat dengan Ending Berkesan

“Pig” adalah jenis tontonan yang bisa dinikmati dengan tempo pelan, para penonton akan disajikan dengan cerita lambat yang mungkin akan membosankan untuk sebagian orang, tetapi jika mau sedikit saja  bersabar, “Pig” akan menjanjikan sebuah ending yang menyadarkan penonton bahwa perasaan sedih, kecewa, dan ditinggalkan akan ada di hidup semua orang.

Sinematografi yang dihadirkan dalam film ini juga menambah kesan sedih, menampilkan adegan yang tidak hanya mementingkan keindahan saja tetapi beberapa adegan seperti saat Rob berjalan sendiri menuju hutan sangat mewakili perasaan seseorang yang begitu dekat dengan rasa kehilangan.

Sebagai film yang bukan diperuntukkan untuk kaum tidak sabaran, “Pig” bisa jadi alternatif tontonan yang bisa dinikmati saat bosan dengan film-film yang fast-pace sejenis aksi dan komedi.

Look Back Review Look Back Review

Look Back Review: Nostalgia & Tragedi

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

We Live in Time We Live in Time

We Live in Time Review: Perjuangan Pasangan Melawan Kanker & Waktu

Film

Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di CGV Cinemas Indonesia dengan Teknologi Dolby Atmos Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di CGV Cinemas Indonesia dengan Teknologi Dolby Atmos

Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di Indonesia

Entertainment

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect