Connect with us
Turtles All The Way Down Book Review

Books

Turtles All The Way Down Review

Novel ini bisa membuat kita ikut dalam setiap pikiran yang dipikirkan Aza.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“Turtles All The Way Down” merupakan novel keenam John Green setelah sebelumnya ia menulis novel remaja berjudul “The Fault in Our Stars” yang menjadi buku best seller dan telah diadaptasi ke dalam sebuah film. John Green memang belum lepas dari tokoh remaja wanita yang menyedihkan. Seperti dalam novel The Fault in Our Stars, Hazel, seorang gadis remaja yang mengidap penyakit kanker tiroid sehingga ia merasakan depresi karena tidak bisa beraktivitas layaknya remaja normal. Sama halnya dengan karakter Aza Holmes dalam novel Turtles All The Way Down ini seorang gadis remaja yang juga tidak bisa menikmati kehidupan remajanya secara normal.

Menceritakan tentang seorang gadis, bernama Aza, yang berjuang dengan pikirannya sendiri dalam kecemasan berwujud sebuah Obsessive Compulsive Disorder dan juga ia harus menghadapi sebuah kasus menghilangnya ayah kandung dari teman dekatnya, Davis. Buku ini akan membawa kita ke pikiran paling dalam dari seorang Aza Holmes bagaimana ia menghadapi pikirannya dan melawan ketakutannya terhadap bakteri C. diff yang ia percaya bisa membuatnya mati. Aza sendiri memiliki sebuah luka di jari tangannya dan ia beberapa kali harus mengganti plester di jarinya tersebut demi tidak terkontaminasi oleh bakteri C. diff. Nyatanya, perihal tentang kontaminasi bakteri C. diff tidak berlaku hanya pada jari tangannya saja, tetapi juga terhadap tubuhnya yang bisa saja terkena bakteri saat ia bersentuhan dengan orang lain.

Aza yang harus melawan pikirannya, harus melewati hari demi hari dengan memikirkan tentang bakteri yang akan membunuhnya. Aza tak pernah sedikitpun teralihkan oleh dunia. Meskipun ia sudah mendapatkan pengobatan dari psikiaternya, Dr. Singh, dan juga teralihkan karena selalu bertemu dengan sahabatnya, Daisy, pikiran tentang bakteri yang menyerangnya selalu ada.

Namun ternyata, tak hanya kecemasannya yang menjadi-jadi. Aza pun harus memikirkan tentang ayah Davis Picket yang menghilang. Aza dan Daisy mulai mencari fakta-fakta menghilangnya Russel Picket. Aza berusaha menggali segala informasi dan kemungkinan segala hal yang terjadi pada Russel Picket. Aza pun sangat memperhatikan Noah, adik kandung Davis yang masih kecil. Aza tak henti-hentinya mencemaskan Noah, karena ia pun turut merasakan kehilangan yang amat sangat menyakitkan ketika kehilangan seorang ayah.

Adapun ibu Aza yang sangat memperhatikannya, ia rela melakukan apa pun untuk Aza, Ibu Aza tak ingin lagi kehilangan orang yang sangat dicintainya, setelah kematian ayah Aza. Oleh karena itu Ibu Aza sangat overprotective terhadap Aza sampai suatu ketika ia sempat menginterogasi Davis saat berkunjung kerumah Aza hingga membuat Davis menangis dan Aza menyesalkan hal itu. Persahabatannya Aza dengan Daisy tergambar jelas dalam novel ini. Bagaimana ia dengan Daisy saling mendukung satu sama lain, saling berbagi cerita, dan ada saat Aza membutuhkan seorang teman bicara. Namun, karakter Daisy berbeda dengan Aza dan hal inilah yang sering kali membuat mereka berbeda pendapat. Daisy lebih terbuka tetapi ia sedkit egois tentang dirinya.

Selaian persahabatannya dengan Daisy, Kisah cinta Aza pun tak luputkan dalam novel ini. Diceritakan bahwa Aza bertemu Davis Picket secara kebetulan, saat Aza mencari tahu tentang kematian Russel Picket. Namun ternyata pertemuan mereka yang tak direncanakan membawa mereka pada kenangan masa lalu. Ternyata Davis Picket menyukai Aza sejak kecil, lambat laun mereka sering bertemu dan menjadi dekat. Mereka selalu berbagi pemahaman khusunya tentang astronomi karena Davis sangat menyukai astronomi.

Namun, kecemasan Aza pada bakteri terus mengganggu hubungannya dengan Davis. Aza sedih karena tak bisa mencium Davis. Aza pun tak bisa menjelaskan pada Davis tentang kecemasannya terhadap bakteri. Aza mengatakan bahwa ia tak menyukai tubuhnya sendiri tetapi Davis bersikeras bahwa ia menyukai segala hal tentang Aza, namun Aza tak bisa keluar dari pikiran negatifnya tentang bakteri yang akan menyerangnya. Ia pun sering menangis karena pikirannya yang tak bisa dihilangkan.

Istilah Turtles All The way Down sendiri merupakan sebuah istilah yang menggambarkan dengan sitem yang tidak berujung. Hubungannya dengan novel ini adalah bahwa Aza memiliki kecemasan yang tak pernah berujung. Seberapa kuat Aza melawannya, ia kembali pada pikiran negatifnya yang tak pernah bisa ia kendalikan.

Secara keseluruhan novel setebal 286 halaman ini memang menarik, novel ini bisa membuat kita ikut dalam setiap pikiran yang dipikirkan Aza. Meskipun kita akan sedikit kesal karena Aza tak bisa mengendalikan kecemasannya. Tetapi kita pun tahu bahwa kecemasan itu tak bisa dihilangkan begitu saja meskipun kita ingin sekali menghindarinya.

Ernest Hemingway Ernest Hemingway

Ernest Hemingway: The Old Man and the Sea Review

Books

Buku Memperingati Hari Kartini Buku Memperingati Hari Kartini

Mengenal Sosok Kartini dari Sederet Bacaan yang Mengisahkan Pejuangan Hidupnya

Books

Han Kang: Human Acts Han Kang: Human Acts

Han Kang: Human Acts Review

Books

24 Jam Bersama Gaspar, Sabda Armandio 24 Jam Bersama Gaspar, Sabda Armandio

Sabda Armandio: 24 Jam Bersama Gaspar

Books

Connect