Taylor Swift bersinar di skena musik dunia pada 2006 sebagai seorang remaja berbakat, memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mengungkapkan kerumitan dan hinanya cinta menjadi lagu-lagu yang indah.
Pada awal karirnya, Taylor Swift tampil sebagai perempuan muda yang polos dan menawan dengan ketulusannya. Swift sendiri dengan bangga merangkul perannya sebagai role model untuk generasi muda pada masanya.
Dirilis pada 2010 silam, “Speak Now” menandai momen penting dalam kehidupan Taylor Swift. Pada usianya yang 20 tahun, ia meninggalkan rumah orang tuanya, melakukan tur global, dan mengalami pengalaman yang memilukan dan mengguncang stabilitas emosionalnya, terpancar melalui lagu-lagu penuh kejujuran seperti hits ‘Dear John’ dan ‘Last Kiss’.
Album ini mengandung pertarungan internalnya untuk mencapai keseimbangan antara kecenderungannya terhadap fantasi dan pelarian dengan tanggung jawab baru yang ia hadapi menuju pendewasaan.
Ketika bintang pop seusianya ramai-ramai melakukan deklarasi melalui ‘adulthood album’, yang lebih condong pada citra sensual dan materi-materi yang edgy, “Speak Now” merupakan album pendewasaan yang membedakan Taylor Swift dengan musisi wanita generasinya. Bahwa pendewasaan wanita lebih dari sekadar objek seksual, namun juga pergolakan emosional yang puitis dengan kenangan dari masa muda yang polos, menolak untuk terkontaminasi dengan dunia dewasa yang gelap.
The Gist:
Cukup serupa dengan project rekaman ulang album-album di masa mudanya, “Speak Now (Taylor’s Version) mempertahakan kemiripan dengan versi asli dalam segi aransemen dan lirik. Namun, perlu diingat bahwa Swift tidak lagi menjadi penyanyi yang sama ketika ia masih berusia 20. Dalam materi terbarunya, optimisme yang dulu penuh semangat berubah menjadi pendekatan yang lebih hati-hati.
Digodok ketika Swift berusia 18 hingga 20 tahun, lagu-lagu dalam “Speak Now” menggambarkan Taylor Swift yang dengan setengah mati mencengkram masa mudanya yang mau tidak mau harus meninggalkannya. Namun mendengarkan “Speak Now (Taylor’s Version)” kita tak lagi merasakan ketakutan yang dialami oleh Swift muda saat merekam album ini untuk pertama kalinya. Swift yang sudah jauh dewasa memperdengarkan kelembutan dalam membawakan ulang lagu-lagu dari “Speak Now”.
Dalam versi rekaman ulang ini, menjadi momen Taylor Swift menenangkan dorongan remaja yang liar, dimana memberikan cita rasa kepolosan yang membara pada versi originalnya. Ia juga menghilangkan fantasinya akan pangeran berkuda dan gadis tak berdaya yang terbuai oleh dongeng dari narasi album ini.
Pada akhirnya, “Speak Now (Taylor’s Version)” telah berubah menjadi karya dengan esensi yang baru. Narasi album ini jadi lebih terlihat mengenang Taylor remaja dan melihat bagaimana Taylor dewasa menanggapi dirinya yang dulu.
Highlight Tracks:
‘Dear John’ masih menjadi track inti dari album ini yang berkesan, serta merupakan salah satu lagu paling menghancurkan yang pernah ditulis oleh Taylor Swift. Dibawakan dengan latar belakang instrumen gitar yang melankolis, serta aransemen blues-rock, ia dengan jelas menggambarkan perlakuan buruk yang ia alami dari pasangan yang lebih tua. Sudah bukan rahasia lagi bahwa lagu ini tentang John Mayer, pada kala itu menjalin hubungan dengan Taylor Swift pada 2010, ketika Swift berusia 19 tahun, sementara Mayer 32 tahun.
Dalam versi terbaru ‘Dear John’, ketika kini Swift seusia Mayer kala itu, lagu ini berubah menjadi lagu yang dibawakan dengan ketegaran. Ini menjadi momen transformasi dalam kedewasaan yang tak terduga, menjadi krisis kepercayaan, bagaimana manusia memiliki kemampuan untuk menyakiti. Sebagai remaja 19 tahun, terbuai dengan rasa ingin tahu kemudian memandangan pria yang lebih tua bisa menjadi pemandu yang memberikan pelajaran menuju dunia yang sesungguhnya. Namun, pelajaran yang diberikan tidak selalu sesuai dengan harapan. Tetap menjadi pelajaran meskipun harus mengorbankan hati bagi Taylor Swift dalam skenario ini.
“Speak Now (Taylor’s Version)” juga memberikan suguhan sederet lagu baru “from the vault”. Seperti ‘Castles Crumbling’ yang berkolaborasi dengan Hayley Williams. Kemudian ‘I Can See You’ yang terdengar lebih cocok menjadi salah satu track “Reputation” daripada “Speak Now”, lalu track “Foolish One” dengan warna musik country-pop.
Verdict:
Namun, tidak seperti project perilisan ulang “Fearless (Taylor’s Version)” pada 2021, dimana hype akan Taylor Swift yang ambisius untuk mendapatkan kendali penuh akan rekaman-rekaman yang membesarkan namanya, “Speak Now” (Taylor’s Swift) mendapatkan antisipasi yang mulai turun. Mungkin masih menjadi bahan pembicaraan di lingkaran Swifties, namun mulai tidak relevan di media besar. Kesuksesan The Eras Tour juga masih menjadi headline dimana-dimana.
Apalagi dengan semua modifikasi yang terdengar pada ‘Taylor’s Version’, ini sudah bukan “Speak Now” yang sama, karena Taylor Swift sudah berubah jauh sekarang. Pasti menjadi kecanggungan tersendiri untuk setia dengan materi kepolosan 20an ketika kini ia telah matang di usia 30an.