Connect with us
Sri Asih
Screenplay Bumilangit

Film

Sri Asih Review: Titik Naik Jagat Bumilangit 

Masih membawa elemen yang sama seperti ‘Gundala’ dengan beberapa improvement.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Untuk menyaingi ‘Marvel Cinematic Universe’, Indonesia juga memiliki ‘Jagat Sinema Bumilangit’ dengan deretan superhero-nya yang tak kalah menarik. Diawali dengan ‘Gundala’ pada 2019 lalu, semesta pahlawan super lokal ini kembali hadir melalui ‘Sri Asih’ yang sudah tayang di bioskop.

‘Sri Asih’ merupakan film laga pahlawan super produksi Screenplay Bumilangit yang disutradarai oleh Upi. Menempatkan Pevita Pearce sebagai pemeran utamanya, film ini berfokus pada Alana, anak yatim piatu yang terkenal kuat dan menjadi professional fighter di bawah naungan ibu angkatnya. Akan tetapi, hadirnya ancaman baru dari Dewi Api dan salah satu panglimanya membuat Alana harus bertindak sebagai penerus kekuatan Dewi Asih, yang lebih dikenal sebagai Sri Asih.

Secara premis, ‘Sri Asih’ tampil sebagai origin story dari karakter titular. Hal ini membuatnya serupa dengan ‘Gundala’, walau secara penulisannya terasa lebih baik bila dibandingkan film tersebut. Salah satunya karena film arahan Upi ini ingin memberikan fokus pada latar belakang dari Alana dan lore terkait Dewi Asih di dalamnya.

Walau di beberapa adegan terdapat transisi yang terasa jumpy, filmnya lebih enjoyable tanpa muluk-muluk menghadirkan banyak karakter seperti film pembuka ‘Jagat Sinema Bumilangit’ tiga tahun lalu.

Seperti ‘Gundala’, ‘Sri Asih’ tetap bertabur karakter di dalamnya walau jumlahnya terlihat tak sebesar film pertama dari ‘Jagat Sinema Bumilangit’ tersebut. Meski dengan jumlah yang sedikit, berbagai karakter ini tampak masih kurang digali, membuat penampilannya dalam film pahlawan super pertama Upi ini kurang bermakna. Di balik kekurangan dari karakterisasinya, setidaknya bro-interaction antara Kala dan Tangguh di sini membuat filmnya menjadi lebih asik untuk dinikmati.

Hadirnya banyak karakter tentunya dipunggawai dengan ensemble cast ternama pada ‘Sri Asih’. Dengan berbagai nama besar dari para pemerannya, aktingnya terasa kurang memikat, tak terkecuali bagi Pevita Pearce melalui dialognya yang kelewat kaku. Walau begitu, Reza Rahadian tampak berperan lebih baik, meski karakter yang ia bawakan memiliki development yang terlihat terburu-buru dan instan.

Berbagai kekurangan dari ‘Sri Asih’ tersebut juga ditambah dengan kurang konsistennya aspek teknis di dalamnya. Sebagai film superhero, banyak sekali special effects yang dihadirkan, yang sayangnya seringkali tidak melebur dengan baik pada sebagian besar scene. Belum lagi action choreography yang terlihat masih kaku, membuat bermacam-macam laganya terasa aneh dalam penampilannya.

Akan tetapi, film ini tetap memikat melalui sinematografi menawannya, terutama ketika terdapat homage dari ‘Oldboy’ versi Korea yang dieksekusi mulus meski singkat. Tak hanya itu, scoring dengan nuansa kejawen membuat film ini terasa lebih membumi, ketimbang ‘Gundala’ yang terasa urban dan western.

‘Sri Asih’ cukup berhasil dalam menaikkan nama ‘Jagat Sinema Bumilangit’ pada berbagai elemennya, meski eksekusinya masih sangat mediocre. Walau begitu, menikmati film pahlawan super perempuan lokal ini tetap direkomendasikan selagi masih tersedia di bioskop.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect